Skip to main content

LG Makin Dekat ke Masyarakat


BATAM, HALUAN

Memasuki tahun 2011,produk-produk LG semakin gencar berpromosi di pusat-pusat perbelanjaan besar di Kota Batam. Promosi ini semakin mendekatkan LG ke masyarakat dengan berbagai produk terbaru yang diluncurkan perusahaan asal Korea ini. LG Exhibition pun hadir sejak tanggal 3-16 April ini di Mega Mall Kota Batam dengan harga spesial. Hal ini diungkapkan Jannes Boyni Silitonga, bagian promotion LG, Rabu (6/4) siang lalu.

Selain itu, menurutnya daya beli masyarakat terhadap produk-produk elektronik bulan ini masih rendah. LG pun mempromosikan diri untuk meningkatkan penjualan ke beberapa tempat.Tahun ini LG akan mempromosikan produk terbaru sebanyak tiga kali hingga akhir tahun. Produk-produk itu ada TV LCD, kulkas, mesin cuci, home theater dengan model-model terbaru.

Ia menambahkan, promosi ini juga diikuti dengan undian berhadiah bagi pembeli yang berbelanja minimal Rp 1 juta produk LG apa saja selama promosi di pusat perbelanjaan berlangsung.

"Semua akan diundi di akhir promo dan hadiahnya ada TV plasma serta lainnya," jelas Jannes via telepon.

Dalam promosi ini setiap pembeli bebas menentukan apakah akan langsung dibayar tunai ataupun kredit dengan lama waktu yang disepakati. Adira Kredit ikut serta memudahkan pembeli memperoleh produk-produk LG terbaru selama promosi di Kota Batam.

"Dengan jasa pelayanan kredit calon pembeli akan lebih banyak," ungkap Wendy dari Adira Kredit.

Comments

Popular posts from this blog

Jakarta Undercover, Seksualitas Membabi Buta Orang-orang Ibu Kota Negara

Judul : Jakarta Undercover 3 Jilid (Sex 'n the city, Karnaval Malam, Forbidden City) Pengarang : Moammar Emka Penerbit : GagasMedia Tebal : 488/394/382 halaman Cetakan : 2005/2003/2006 Harga : Mohon konfirmasi ke penerbit Resensiator : Adek Risma Dedees, penikmat buku Jakarta Undercover, buku yang membuat geger Tanah Air beberapa tahun silam, pantas diacungi empat jempol, jika dua jempol masih kurang. Buku ini menyuguhkan beragam peristiwa dan cerita malam yang kebanyakan membuat kita ternganga tak percaya. Kebiasaan atau budaya orang-orang malam Jakarta yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Ini bukan perihal percaya atau tidak, namun merupakan tamparan fenomena dari kemajuan itu sendiri. Menurut pengakuan penulis dalam bukunya, Moammar Emka (ME), yang seorang jurnalis di beberapa media lokal Ibu Kota, tentu saja cerita ini didapatkan tidak jauh-jauh dari pergulatan kegiatan liputannya sehari-hari. Tidak kurang enam tahun menekuni dunia tulis menulis, ME pun menelurkan ber...

Gangnam Style dalam Perspektif Konstruksi Identitas

KETIKA Britney Spears diajari berGangnam Style ria oleh Psy, sedetik kemudian tarian menunggang kuda ini menjadi tren baru dan memecah rekor baru di YouTube. Guinness World Records menganugerahi sebagai video yang paling banyak dilihat yakni 200 juta kali dalam tiga bulan. Sebuah pencapaian yang tak diduga sebelumnya, begitu kira-kira kata Dan Barrett. Park Jae Sang pun mendapat nama dan melimpah job baik di Asia maupun di Amerika Serikat. Google dengan jejaring luasnya bercerita jika horse dance ini adalah sindiran kepada anak muda Korea yang tergila-gila memperganteng, mempercantik, memperlangsing, dan mempertirus tubuh dan wajah sebagai ‘syarat utama’ penampilan dan pergaulan di negeri itu. Tak ketinggalan juga mengkritik gaya hidup yang cenderung high class serta selalu mengejar kesempurnaan. Di kawasan elit Gangnam inilah anak muda dan masyarakat Korea bertemu dengan rumah-rumah bedah, salon kecantikan, serta starbuck-starbuck ala Korea. Psy mengkritik –mungkin tepatnya mela...

Review The Commodity as Spectacle by Guy Debord

Menurut Debord sistem kapitalisme yang mendominasi masyarakat menciptakan kesadaran-kesadaran palsu para penonton atau audiens untuk memenuhi segala bentuk kebutuhan, baik berupa barang (komoditas) ataupun perilaku konsumtif. Kesadaran palsu ini dibangun melalui citra-citra yang abstrak atau bahkan irrasional, yang dianggap rasional oleh penonton, sebagai bentuk pengidentifikasian diri dalam relasi sosial. Relasi sosial ini bergeser jauh dan dimanfaatkan oleh era yang berkuasa sebagai komoditas dalam dunia tontonan. Kaum kapitalis mempunyai kontrol yang kuat atas apapun termasuk mampu mengubah nilai-nilai personal menjadi nilai tukar. Hal ini sejalan dengan otensitas kehidupan sosial manusia, dalam pandangan Debord, telah mengalami degradasi dari menjadi (being) kepada memiliki (having) kemudian mempertontonkan (appearing). Ketiga aspek ini selalu dikendalikan atau disubtitusikan dengan alat tukar yakni uang. Ketika ketiga aspek ini tidak terpenuhi, penonton tidak hanya terjajah (he...