Skip to main content

2200 Ton Stok Beras Hingga Agustus 2011

BATAM-Kota Batam memiliki cadangan beras sebanyak 2200 ton hingga Agustus 2011. Persediaan ini dinilai cukup aman bagi masyarakat Kota Batam untuk empat bulan ke depan.Hal ini diungkapkan Marjoni Busjal, SH, selaku Kasubag Divisi Regional Perum Bulog Batam.

Selain itu, tambah Marjoni, distribusi beras miskin (raskin) bagi keluarga kurang mampu juga sedang berjalan.Sebanyak 36.207 Rumah Tangga Sasaran (RTS) raskin yang tersebar pada 12 kecamatan di Kota Batam, masing-masing RTS menerima 15 kilogram per bulan.

"Harga raskin tentu disubsidi dari Rp 6.285 per kg menjadi Rp 1.600 per kg pada titik distribusi," terang Marjoni, Jumat (8/4) lalu di ruangannya.Jika ada harga raskin yang lebih mahal, berarti raskin tersebut tidak berada pada titik distribusi.

"Biaya transportasi pun mempengaruhi harga raskin, dan masyarakat harus paham hal ini," terangnya.

Setia bulan, lanjutnya, Divre Bulog Kota Batam mendistribusikan raskin sebanyak 543 ton ke seluruh RTS di kecamatan masing-masing. Sejak Januari hingga sekarang sebanyak 1.400 ton beras telah terdistribusi.

"Sisanya sedang didistribusikan bulan ini," ungkap Marjoni.

Agar distribusi raskin lancar, Majoni menghimbau agar pihak terkait segera melunasi raskin yang telah didistribusikan sehingga raskin bulan berikutnya lebih lancar dan cepat sampai ke tangan masyarakat.

"Kalau tidak, berarti kita ngutang dulu, karena raskin bulan kemarin belum dilunasi," terangnya.

Adapun jenis beras yang didistribusikan Divre Bulog Batam tergolong beras medium atau golongan III. Beras golongan ini, tambah Marjoni, beras yang hanya mampu bertahan disimpan dalam satu tahun. Kadar air pada beras sangat menentukan kebertahanan beras disimpan di gudang-gudang Bulog.

Comments

Popular posts from this blog

Jakarta Undercover, Seksualitas Membabi Buta Orang-orang Ibu Kota Negara

Judul : Jakarta Undercover 3 Jilid (Sex 'n the city, Karnaval Malam, Forbidden City) Pengarang : Moammar Emka Penerbit : GagasMedia Tebal : 488/394/382 halaman Cetakan : 2005/2003/2006 Harga : Mohon konfirmasi ke penerbit Resensiator : Adek Risma Dedees, penikmat buku Jakarta Undercover, buku yang membuat geger Tanah Air beberapa tahun silam, pantas diacungi empat jempol, jika dua jempol masih kurang. Buku ini menyuguhkan beragam peristiwa dan cerita malam yang kebanyakan membuat kita ternganga tak percaya. Kebiasaan atau budaya orang-orang malam Jakarta yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Ini bukan perihal percaya atau tidak, namun merupakan tamparan fenomena dari kemajuan itu sendiri. Menurut pengakuan penulis dalam bukunya, Moammar Emka (ME), yang seorang jurnalis di beberapa media lokal Ibu Kota, tentu saja cerita ini didapatkan tidak jauh-jauh dari pergulatan kegiatan liputannya sehari-hari. Tidak kurang enam tahun menekuni dunia tulis menulis, ME pun menelurkan ber...

Review Encoding/Decoding by Stuart Hall

Stuart Hall mengkritik model komunikasi linear (transmission approach) –pengirim, pesan, penerima- yang dianggap tidak memiliki konsepsi yang jelas tentang ‘momen-momen berbeda sebagai struktur relasi yang kompleks’ serta terlalu fokus pada level perubahan pesan. Padahal dalam proses pengiriman pesan ada banyak kode –pembahasaan- baik yang diproduksi (encode) maupun proses produksi kode kembali (decode) sebagai suatu proses yang saling berhubungan dan itu rumit. Proses komunikasi pada dasarnya juga berkaitan dengan struktur yang dihasilkan dan dimungkinkan melalui artikulasi momen yang berkaitan namun berbeda satu sama lainnya –produksi, sirkulasi, distribusi/konsumsi, reproduksi (produksi-distribusi-reproduksi). Landasan Hall atas pendekatan ini adalah kerangka produksi komoditas yang ditawarkan Marx dalam Grundrisse dan Capital, terminologi Peirce tentang tanda (semiotic), serta konsep Barthes tentang denotatif dan konotatif yang bermuara pada ideologi (denotative-connotative-id...

Review The Commodity as Spectacle by Guy Debord

Menurut Debord sistem kapitalisme yang mendominasi masyarakat menciptakan kesadaran-kesadaran palsu para penonton atau audiens untuk memenuhi segala bentuk kebutuhan, baik berupa barang (komoditas) ataupun perilaku konsumtif. Kesadaran palsu ini dibangun melalui citra-citra yang abstrak atau bahkan irrasional, yang dianggap rasional oleh penonton, sebagai bentuk pengidentifikasian diri dalam relasi sosial. Relasi sosial ini bergeser jauh dan dimanfaatkan oleh era yang berkuasa sebagai komoditas dalam dunia tontonan. Kaum kapitalis mempunyai kontrol yang kuat atas apapun termasuk mampu mengubah nilai-nilai personal menjadi nilai tukar. Hal ini sejalan dengan otensitas kehidupan sosial manusia, dalam pandangan Debord, telah mengalami degradasi dari menjadi (being) kepada memiliki (having) kemudian mempertontonkan (appearing). Ketiga aspek ini selalu dikendalikan atau disubtitusikan dengan alat tukar yakni uang. Ketika ketiga aspek ini tidak terpenuhi, penonton tidak hanya terjajah (he...