Skip to main content

Posts

Showing posts from 2010

Sisir

Pagi-pagi buta, aku sudah heboh kepada kakak perempuanku yang masih meringkuk dengan selimutnya di ranjang. Kubongkar rak yang berisi segala pernak-pernik perhiasaan yang biasa kami gunakan kemana-mana. Lemari pakaian semakin berantakan setelah kuobrak-abrik. Rak-rak buku pun tak ketinggalan kujamah. Mana tahu terselip di antara buku-buku. Aku berputar-putar mencari ke sana kemari. Namun, sisir sial itu tak kunjung kutemukan. Hari ini aku akan ada pertemuan dengan orang-orang penting dari Jakarta. Pertemuan ini menyangkut masa depan beberapa orang di tempatku, termasuk aku. Banyak hal yang akan dibicarakan, masa lalu, masa sekarang, dan masa mendatang. Semuanya harus tampak lebih baik dan sempurna dari segi apa pun. Termasuk kerapian rambut, yang kata orang sebagai mahkota perempuan. Nah, bagaimana dengan aku yang pagi ini tak juga menemukan sisir? Bagaimana mungkin aku keluar rumah dengan rambut acak-acakan seperti kucing habis bertengkar. Apa kata orang-orang itu kelak. Wajah pas-p

Tak Dapat Ilmu Sertifikat pun Jadi

Sekelompok orang memasuki ruangan sambil bercakap-cakap. Sesekali diselingi derai tawa. Kedua tangan mereka penuh dengan berbagai tentengan. Ada map berisi beberapa helai materi, buku catatan, pena, dan jadwal kegiatan. Sedangkan tangan yang lain menenteng nasi kotak. Di leher pun tergantung kokarde merah, kuning, biru, dan hijau. Dengan kokarde itu, menunjukkan bahwa mereka sebagai peserta pelatihan yang diadakan oleh sebuah lembaga. Sejak beberapa tahun belakangan, pelatihan kerap diadakan oleh berbagai lembaga, baik lembaga pemerintah maupun nonpemerintah. Tujuannya meningkatkan keterampilan karyawan serta mutu kerja baik secara personal maupun berkelompok. Selain itu, juga menjadi poin penting dalam menunjang kenaikan jabatan dan tentunya gaji bagi karyawan atau peserta pelatihan, salah satunya ditandai dengan pemerolehan sertifikat pelatihan. Berbagai ajang pelatihan pun digelar. Tak jarang sebuah pelatihan memakan biaya, waktu, serta tenaga yang tidak sedikit. Penyelenggara pun

Pelatihan Nan Mencerahkan

Apa yang terbayang ketika mendengar kata pelatihan, workshop, ataupun training? Sekumpulan orang menenteng map berisi beberapa helai materi, notebook, pena, dan jadwal kegiatan. Tak ketinggalan di leher tergantung kokarde merah, kuning, biru, atau hijau. Saban hari, biasanya, berkutat dengan teori-teori, pendekatan, hipotesis, dan sedikit latihan dalam ruangan ber AC yang melenakan. Setidaknya seperti itu gambaran pelatihan yang kerap dilaksanakan baik oleh badan pemerintahan ataupun badan usaha atau lembaga nonpemerintah. Sementara itu, sejauh apakah penularan ilmu dari pemateri atau instruktur kepada peserta selama pelatihan berlangsung? Apakah ilmu yang diperoleh dapat diterapkan langsung pada lembaga dimana peserta bekerja? Atau hanya sebagai penyegaran bagi peserta pelatihan? Keefektivitasan pelatihan pun disangsikan. Pelatihan yang dilaksanakan oleh suatu lembaga, guna meningkatkan keterampilan karyawan serta mutu kerja baik secara personal maupun berkelompok, tak jarang memaka

PERTAMINI ANAK ECERAN PERTAMINA? Bukan

As (25 th), pemilik kios bensin yang terletak di Desa Lubuk Sanai, Kecamatan XIV Koto, Kabupaten Mukomuko, Bengkulu ini (19/11), mengaku bahwa nama kios bensin miliknya ini adalah bagian dari strategi dagang pribadinya. Tidak ada hubungannya dengan Perusahaan Tambang Minyak Indonesia (Pertamina), “Orang-orang penasaran, jadi beli minyak (bensin) ke saya.” Jadi, siapa bilang plesetan hanya bisa dijual oleh dan di pulau Jawa, di atas selembar kaos Dagadu misalnya? Jangan-jangan strategi ini memang khas milik Nusantara.

Jika Telah Senja

Setelah sepertiga abad pengabdian, tiba saatnya bagiku menyingkir dari semua tetek bengek berbau penelitian, seminar sana sini atau membuat jurnal. Kegundahanku terhadap perangai mahasiswa di tempat selama ini mengajar, tak lagi menyerang. Tiga bulan lalu, pasangan hidup teramat aku cintai tak lagi menemani hari-hariku. Istriku, dalam keadaan sehat-sehat saja, tiba-tiba tersedak dan meninggalkan kehidupan fana ini. Waktu itu, adalah masa-masa tersulit bagiku. Usiaku yang merangkak senja, membuatku lebih cepat lelah dari sebelumnya. Pemikiranku katanya selalu kontroversi di kampus, tak kupungkiri dan aku semakin membutuhkan seseorang yang mampu memahamiku luar dalam. Keberadaan istriku, selalu menghangatkan pemikiran-pemikiranku. Kesediaan istriku terkasih, selalu melapangkan semua kesesakan yang mendera. Istriku tempat bertanya sekaligus pasangan luar biasa yang pernah aku miliki. Namun kini berbeda. Sejak itu, separuh dari roh kehidupanku lamat-lamat menguap dan hilang. Pagi-pagi bu

SKS dan Revolusi

Sejak diberlakukannya Sistem Kredit Semester (SKS) bagi mahasiswa dimulai sekitar tahun 1978 hingga sekarang, kegiatan mahasiswa di kampus memang lebih banyak terfokus bagaimana menuntaskan beban SKS tersebut dan segera tamat. Beban SKS, untuk mahasiswa SI minimal 140-160, cukup membuat mahasiswa tak bisa berpaling ke bidang lain selain akademik. Mahasiswa diikat dan didera dengan bagaimana menuntaskan seratusan lebih SKS tersebut dalam rentang waktu 8 hingga 14 semester, yang tentunya dengan nilai IPK atawa predikat memuaskan. Kalau tidak, drop out pun menunggu. Alhasil kerja mahasiswa selama kuliah hanya belajar dan segera mencapai target kelulusan. Padatnya jadwal kuliah serta bejibun tugas akademik semakin memberi jarak mahasiswa dengan kegiatan-kegiatan sosial kampus dan kegiatan berorganisasi. Mahasiswa harus berpikir seribu kali untuk ikut dalam sebuah organisasi, apalagi organisasi berbasis pergerakan. Mereka tak lagi punya waktu banyak untuk mengurusi fenomena masyarakat. Hin

Psikoterapi Islam

Judul : Obat Hati Menyehatkan Ruhani dengan Ajaran Islami Pengarang : Khairunnas Rajab Penerbit : Pustaka Pesantren, kelompok LKiS Yogyakarta Tebal : xvi + 138 halaman Cetakan : Pertama, Agustus 2010 Harga : Rp 32.500,- Resensiator : Adek Risma Dedees, Mahasiswa Sastra Indonesia UNP Seiring perkembangan zaman, sepuluh tahun terakhir, perkembangan teknologi dan pengetahuan semakin canggih dan pesat. Perkembangan ini menimbulkan permasalahan tersendiri bagi orang-orang. Apakah itu semakin tingginya tuntutan kerja, beribadah kepada Sang Khalik, ataupun fenomena alam yang semakin menakutkan. Tidak sedikit dari perkembangan zaman ini ‘memakan’ korban. Bukan korban secara fisik tetapi secara mentalitas, seperti depresi, stress, kegalauan, psikoneorosis, psikopathologi, kecemasan, kegalauan, dan kerisauan lainnya. Alumnus Fakultas Dakwah IAIN Imam Bonjol Padang ini mengetengahkan sebuah metode pengobatan psikoterapi ala Islam, namanya psikoterapi Islam. Psikoterapi Islam semacam meto

Ketika Perempuan ‘Gaul’ Berbicara

Judul : Dunia Padmini Pengarang : Trie Utami Penerbit : Pustaka Sastra, kelompok LKiS Yogyakarta Tebal : xxiv + 254 halaman Cetakan : Pertama, Oktober 2010 Harga : Rp 50.000,- Resensiator : Adek Risma Dedees, Mahasiswa Sastra Indonesia UNP Satu lagi buku yang berbicara tentang perempuan dan seluk-beluknya lahir di tanah air Indonesia. Kali ini buku prempuan ini lahir dari tangan seorang seniman terkemuka di nusantara. Tentu cara si penulis menuturkan juga berbeda. Bisa saja dengan bahasa seni atau literer serta bisa pula dengan bahasa yang lebih serius. Perempuan, bagi Trie, sosok yang seharusnya tidak melulu lemah dan objek yang dilindungi oleh kaum lelaki. Pada suatu ketika, kenapa tidak terjadi sebaliknya. Subordinasi terhadap perempuan sudah sepatutnya dikikis habis. Paradigma yang mengharuskan perempuan fokus untuk kerja pada bidang domestik, sudah selayaknya dibumihanguskan. Dengan buku ini Trie bercerita panjang tentang kehidupan berbagai sikap dan sifat perempuan yang pe

Chemistrynya Mana?

“Chemistrynya mana tuh doi?” Tanya Irfan kepadaku. “Bagaimana mungkin aku mabuk kepayang pada cewek yang punya lingkar pinggang 75 cm hah?” lanjutnya sambil memelototkan biji mata kepadaku. Seolah-olah benda bundar itu ingin melompat keluar dari sarangnya. Aku kaget alang kepalang. Sejak kami berkawan, baru kali ini Irfan berang dan kebakaran jenggot seperti mau kiamat saja. Suaranya lantang mencoba mengalahkan deru ombak. “Kamu gila!” hardiknya sambil berlalu meninggalkanku termangu di bibir pantai. Apa benar aku sudah gila? Pikirku beberapa saat kemudian setelah punggung Irfan tak tertangkap lagi di ekor mataku. *** Itu kali terakhir aku menawarkan sang pujaan hati, tentu cewek, diharapkan mampu mengobati patah tulang, eh patah hatinya Irfan kepada Fani. Fani, remaja gedongan asal ibukota, ibukota Jawa Barat, yang sudah sebulan ini mencuri pandang semua cowok di sekolah kami. Termasuk Irfan. Kalau aku, itu rahasia. Fani memang manis. Tak satu pun para cowok tidak sepakat dengan s

Diplomasi atau Konfrontasi?

Banyak cara dalam menyelesaikan suatu masalah yang sedang dihadapi. Salah satunya dengan mengedepankan diplomasi dalam proses pencarian solusi. Demikian pula yang ditawarkan Presiden Susilo Bambang Yudoyono dalam pidatonya di Markas Besar TNI di Cilangkap Jakarta, Rabu (1/9) malam lalu, menyangkut hubungan yang kian menegang antara Indonesia dengan Malaysia. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) edisi keempat, diplomasi didefinisikan dengan 1 urusan atau penyelenggaraan berhubungan resmi antara satu negara dan negara yang lain; 2 urusan kepentingan sebuah negara dengan perantaraan wakil-wakilnya di negara lain; 3 pengetahuan dan kecakapan dalam hal perhubungan antara negara dan negara; 4 kecakapan dalam menggunakan pilihan kata yang tepat bagi keuntungan pihak yang bersangkutan (dalam perundingan, menjawab pertanyaan, mengemukakan pendapat, dsb). Selain diplomasi tentu ada jalan lain yang bisa ditempuh dalam mencari solusi. Manyangkut hubungan Indonesia dengan Malaysia, banyak pe

Mudik, Eksodus yang Membudaya

Sudah menjadi kebiasaan masyarakat kita di tanah air, seminggu menjelang Hari Raya Idul Fitri atau Lebaran, masyarakat kita berbondong-bondong mudik, pulang ke kampung halaman guna merayakan Lebaran bersama dengan keluarga besar. Mudik menjadi sesuatu yang, kebanyakan, wajib dilakukan. Miskin kaya, tua muda, besar kecil, merayakan mudik penuh suka cita. Jika tidak, ada sesuatu yang kurang lengkap ketika merayakan Hari Kemenangan tanpa saudara, sanak famili, atau keluarga besar. Hampir setiap tahun, detik-detik menuju tanggal 1 Syawal, di seluruh penjuru tanah air perpindahan secara besar-besaran penduduk (eksodus) dari rantau menuju ke kampung halaman menjadi suatu kemenarikan untuk disimak. Seminggu sebelum dan setelah Lebaran, mudik selalu menjadi bahan perbincangan tak habis-habisnya, baik di surat kabar maupun di tempat-tempat lainnya. Setiap tahun pula pemerintah memfokuskan diri dalam penyelenggaraan bagaimana mudik yang aman, lancar, dan terkendali. Jasa transportasi massal d

Demam Korea

Merebaknya kegemaran anak muda atau remaja Indonesia akan artis-artis kawakan dari Negara-Negara Matahari Terbit seperti Cina, Jepang, ataupun Korea, memberikan keasyikan tersendiri untuk disimak. Berawal dari kegandrungan mengikuti serial filmnya baik di televisi maupun membeli VCDnya, hingga meniru gaya sang idola. Tak sampai di situ, untuk mengikuti sepak terjang sang aktor dan aktris dalam kehidupan sehari-hari, tak sedikit remaja bela-belain membeli majalah yang memuat idola mereka atau bahkan mengaksesnya di dunia maya, salah satunya mem-follow sang idola pada jejaring sosial seperti twitter ataupun facebook. Dari sekian banyak aktor dan aktris tersebut, aktor yang berasal dari Korea lebih mendapat tempat. Genre musik dan style tersendiri dari personilnya kelihatan lebih menarik dari yang lain. Mulai dari penampilan aksi panggung sang idola, keterlibatan idola dalam sebuah talk show versi Korea, dan berbagai iven lainnya yang mengikutsertakan sang idola. Walaupun subtansinya han

Jilbab: Religiusitas, Pilihan Busana, Hingga Pluralisme

Judul : Psychology of Fashion; Fenomena Perempuan [Melepas] Jilbab Pengarang : Juneman Penerbit : LKiS Yogyakarta Tebal : xxxvi + 398 halaman Cetakan : Pertama, Juli 2010 Harga : Rp 72.500,- Resensiator : Adek Risma Dedees, mahasiswa Sastra Indonesia BP 2007 UNP Ini salah satu buku yang mengupas secara tuntas fenomena perempuan Islam melepas jibab. Jika buku senada sebelumnya lebih banyak dikupas oleh penulis yang ahli hukum Islam dan biasanya dipandang dari perspektif Islam, berbeda dengan Juneman yang justru membahasnya dari sudut pandang psikologi. Pembahasannya tentu berbeda pula. Memahami agama dari banyak sudut pandang jelas akan lebih memperluas wawasan serta menuntun seseorang untuk lebih bijak dan arif dalam merespon setiap putusan, sifat, dan sikap pemeluk agama terhadap agamanya. Meningkatnya jumlah perempuan Islam memakai jilbab di Indonesia, tidak terlepas dari peran para ulama yang mengampanyekannya kesetiap penjuru kota, desa, dan kampung. Semakin hari jumlah ini

Miras Oplosan di Balik Jamu Tradisional

Hampir setiap bulan nyawa pemuda melayang sia-sia dikarenakan mengonsumsi minuan keras (miras) oplosan di tanah air. Baru-baru ini tak kurang 12 pemuda meninggal setelah menenggak miras oplosan di Jagakarsa, Jakarta Selatan. Tidak hanya itu, rentang waktu Mei hingga Agustus 2010, di Cirebon meninggal 12 orang, di Blitar meninggal 9 orang (Pro 3 RRI, 25 Agustus 2010), dan masih ada beberapa korban lagi meregang nyawa ataupun sekarat di rumah sakit setelah menenggak minuman ini. Miras oplosan adalah racikan atau campuran yang kebanyakan dari jamu tradisional -ada juga miras dicampur bodrex- kemudian ditambah alkohol dengan kadar hanya dikira-kira oleh si penjual. Produk ini dibuat secara mandiri oleh perorangan ataupun kelompok di rumah (home industry). Tak ada pelatihan-pelatihan khusus sebelumnya. Peracik hanya mengira-ngira takaran alkohol yang akan dicampur dengan jamu, apakah itu jamu pegal linu, jamu kuat, ataupun lainnya. Bagi masyarakat awam, yang pengetahuan tentang kesehatan

Giliran Pulau Dewata ‘Memberontak’

Judul : Ajeg Bali: Gerakan, Identitas Kultural, dan Globalisasi Pengarang : Prof. Dr. Nengah Bawa Atmadja, MA. Penerbit : LKiS Yogyakarta Tebal : xxvi + 550 halaman Cetakan : Pertama, Juni 2010 Harga : Rp 120.000 ,- Resensiator : Adek Risma Dedees, mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia BP 2007 UNP Gerakan Aceh Merdeka (GAM) untuk memerdekakan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tak asing lagi terdengar di telinga kita. Begitu juga dengan Gerakan Papua Merdeka (GPM) di Pulau Kangguru tersebut. Beberapa tahun silam sayup-sayup terdengar Gerakan Riau Merdeka (GRM), motifnya sama, ingin memerdekakan diri dari NKRI. Pascameletusnya Bom Bali I Oktober 2002 di Legian Kuta, slogan Ajeg Bali riak-riak muncul ke permukaan. Apakah Ajeg Bali sama dengan gerakan-gerakan sebelumnya? Istilah Ajeg Bali mengandung makna pejantan dan bermuatan militeristik. Berawal dari sikap nasionalisme yang terus dikumandangkan pada zaman Orde Baru oleh Presiden Soeharto. Pada zaman ini identit

Berbagi Itu Menyenangkan

Rino dan Eko sejak kecil sudah berteman. Rumah mereka berdua pun saling berdekatan. Setiap hari mereka ke sekolah dan bermain bersama. Tidak hanya di rumah, di sekolah pun juga bersama. Mereka dekat seperti adik dan kakak. Ibu Rino dan Ibu Eko saling berkunjung dan akrab seperti Rino dan Eko pula. Suatu hari Rino dibelikan oleh ayahnya berbagai macam permainan. Ada mobil-mobilan, ada kereta api, dan pedang ksatria. Rino sangat senang dengan pemberian ayahnya itu. Ia lalu menceritakan hal tersebut kepada teman-temannya di sekolah termasuk Eko. Namun teman-teman Rino belum pernah melihat aneka permainan tersebut. Hari itu Eko pulang sendiri dari sekolah. Tidak dengan Rino. Sejak Rino memiliki permainan baru, Eko jarang bermain bersama dengan Rino. Rino lebih memilih bermain sendiri dan tak pernah mengajak Eko. Eko pun tak tahu penyebab Rino enggan bermain dengannya. “Seperti apa sih aneka permainan Rino?” kata Eko dalam hati. “Kenapa Rino tak mau memperlihatkannya padaku?” ucap Eko.

Antirokok dan Perang Kepentingan

Diawali dengan penampilan monolog oleh sastrawan Whani Darmawan, tentang asal muasal serta eksistensi perilaku merokok dalam kehidupan berbangsa di Tanah Air. Monolog menceritakan pertentangan Roro Mendut, penjual rokok di kalangan masyarakat dan pemerintah yang menentang kegiatan tersebut. Whani membawakannya begitu apik dan mengesankan. Audiens tidak hanya terperangah dengan monolog tersebut, di sisi lain juga cukup ‘hilang pegangan’, apakah setuju dengan pemerintah yang melarang merokok atau kepada Roro Mendut, dalam pandangannya merokok justru salah satu identitas bangsa Indonesia yang perlu dilestarikan. Acara itu bedah buku Nicotine War: Perang Nikotin dan Para Pedagang Obat karya Wanda Hamilton. Wanda dalam buku ini mengungkapkan dengan gamblang dan sangat rinci tentang motif-motif yang mendasari larangan dan pembatasan produk tembakau ini. Hal ini seiring dengan karirnya, peneliti independen dan pengajar ditiga universitas terkemuka di Amerika. Wanda ‘menelanjangi’ Amerika te

‘Bahasa Gagap’ atau Gagap Berbahasa?

Sejarah perjalanan bahasa bangsa ini cukup panjang dan lama. Katakanlah berawal sebelum kemerdekaan dikumandangkan di tanah air, bangsa ini telah jauh hari merintis bahasa yang bisa dimengerti dan dapat digunakan oleh semua rakyat. Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928, benar adanya. Sumpah Pemuda ini dijadikan pijakan pertama akan pengakuan bahasa persatuan dan nasional yakni Bahasa Indonesia. Sekitar 82 tahun kemudian, Bahasa Indonesia pun beradaptasi, kalau tak mau mengatakannya berubah, ke bentuk bahasa-bahasa yang kita kenal dewasa ini. Kalau dalam istilah akademisnya ada Bahasa Standar, Klasik, Artifisial, Vernakular, Pijin, serta Kreol. Jika melirik dalam bahasa di sekitar tempat tinggal kita, ada Bahasa Sleng atau Ken, Gaul, Jargon, dan sepadannya. Kesemua variasi bahasa tersebut subur berkembang di sekitar kita. Mulai dari para siswa, mahasiswa, pegawai atau karyawan, pemuda-pemudi di lingkungannya, serta tak ketinggalan para waria dan banyak jenis profesi lainnya. Variasi bahasa ter

Tiga Pengemis dan Lelaki Berpiyama

"Bocah itu, kemarin yang meminta-minta padaku.” "Kamu kasih berapa?" "Ogah ah, emang aku bodoh." "Heheheh, kirain." Sangat jernih kata-kata yang diucapkan bocah-bocah itu. “Minta duit Bang. Buk. Pak”. Anak-anak jalanan, mungkin juga tidak. Mereka, suka minta-minta pada orang-orang. Kadang di pasar, di terminal, di SPBU juga. Tak takut. Pakaian seadanya. Celana pendek tambalan di paha, kaos oblong lusuh, dan kaki tak beralas. Kadang membawa plastik, isinya beras, dan macam lainnya. Kadang juga lenggang kangkung. Ketiganya laki-laki, belum beruntung. Si tua, sekitar 13 tahun, tengah, 10 tahun, dan yang kecil 8 tahun. Sama-sama plontos. Hari itu, mereka di pasar. Awalnya, pagi hari tak bawa apa-apa. Celingak-celinguk di belakang orang-orang yang sedang jual beli. Tangan dibelit di belakang pinggang. Jalan beriringan. Jangan berpisah. Dan jangan takut nanti kalau tak makan. Sudah biasa. Kalimat terakhir, kalimat iseng dari kami. “Kamu sering lihat

Apresiasi untuk ‘Pahlawan Ceplas-ceplos’

Apresiasi untuk ‘Pahlawan Ceplas-ceplos’

Judul : Gus Dur: Islam, Politik, dan Kebangsaan Pengarang : Mahfud MD Penerbit : LKiS Yogyakarta Tebal : xiv + 268 halaman Cetakan : Pertama, Mei 2010 Harga : Rp 75.000 ,- Resensiator : Adek Risma Dedees, mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia BP 2007 UNP Siapa yang tak kenal Gus Dur? Siapa yang tak kenal dengan sosok yang kerap melemparkan ungkapan gitu aja kok repot? Ya, ia adalah Abdurrahman Wahid, salah satu guru bangsa di tanah air yang begitu nyentrik, unik, dan tentunya mengesankan baik ketika berbicara maupun pola berpikirnya. Namun, sekarang ia telah tiada. Pascawafatnya mantan presiden Gus Dur, kira-kira pukul 18.40 WIB pada 30 Desember 2009 lalu, pemberitaan media massa tentang obituari Gus Dur dari berbagai dimensi yang penuh talenta disiarkan dengan besar-besaran hingga berhari-hari. Ekspresi kesedihan, simpati, perhatian, dan duka yang mendalam datang tidak hanya dari masyarakat dalam negeri, akan tetapi juga datang dari dunia internasional. Begitu juga dengan isi b

Bisakah Indonesia Ikut Piala Dunia 2022?

Euforia Piala Dunia 2010 segera berakhir. Namun tidak untuk tim nasional (timnas) Spanyol empat tahun ke depan sebagai the winner yang berhak membawa trofi piala dunia dan memboyong hadiah lainnya. Kemenangan yang dipetik tim Matador bukanlah sebuah kado cuma-cuma yang dihadiahkan Belanda. Perjuangan yang gigih, tangguh, dan apik adalah kunci untuk memperoleh kesuksesan tersebut. Sebanyak 32 negara mengikuti ajang akbar tersebut. Semua corong negara pun membicarakannya setiap hari selama kompetisi berlangsung, atau bahkan sepanjang masa. Tentu tak ketinggalan Indonesia. Walau hanya sebagai penonton dan komentator, yang tak kalah hebatnya, setidaknya kita (Indonesia_red) merasakan euforia tersebut. Beberapa tahun silam, wacana yang digulirkan Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) adalah Indonesia akan mencalonkan diri sebagai tuan rumah Piala Dunia tahun 2022 kelak dengan tema Road to Green World Cup Indonesia 2022. Begitu optimis. Sayangnya, setelah wacana ini singgah di Istana

Surat Cinta, Abad XXI, dan Keterampilan Menulis

Pengukuhan Guru Besar Prof. Dr. Harris Effendi Thahar, M.Pd Masih adakah gadis remaja kita sekarang yang menerima surat cinta dari kekasihnya seperti Hayati menerima surat cinta Zainuddin dalam roman Tenggelammnya Kapal Van der Wijck karya Hamka yang terkenal itu? Begitu juga dengan surat-surat mahasiswa kepada orang tua di kampung, minta dikirimkan uang segera karena keperluan mendesak, juga tidak ada lagi sekarang. Demikian kalimat pembuka pidato pengukuhan guru besar Prof. Dr. Harris Effendi Thahar, M.Pd., yang berjudul ‘Merangkai Kata Membangun Indonesia: Membenahi Pembelajaran Menulis di Sekolah’ di depan sekitar 100 tamu undangan yang hadir di Ruang Serba Guna Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang (UNP), Kamis (24/6) lalu. Hari itu Harret, begitu ia disapa, dikukuhkan langsung oleh Rektor UNP Prof. Dr. Z. Mawardi Effendi, M.Pd., didampingi para guru besar lainnya di selingkungan UNP. Dalam pidatonya, Harret, menyampaikan bahwa tradisi menulis surat atau menulis dalam kerang