Skip to main content

Etika Religius untuk Masyarakat Modern


Judul : Agama dan Bayang-bayang Etis Syaikh Yusuf Al-Makassari
Penulis : Dr. Mustari Mustafa
Penerbit : LKiS Yogyakarta
Tebal : xii + 206 halaman
Cetakan : I, Juni 2011
Harga : Rp 40.000,-
Resensiator : Adek Risma Dedees, Mahasiswa Sastra Indonesia UNP



Pascareformasi bangsa Indonesia harus menghadapi tantangan yang jauh lebih besar, baik itu permasalahan nasional maupun dari luar negeri. Berbagai kemelut pun melanda Tanah Air ini. Mulai dari krisis ekonomi, politik, nasionalisme serta moralitas yang jauh lebih mengancam ketentraman dan kedamaian kehidupan berbangsa dan bernegara. Kecenderungan pihak-pihak penguasa untuk mendahulukan kebutuhan pribadi atau kelompoknya, semakin meningkatkan ketidakpercayaan masyarakat kepada penguasa. Alhasil, berbagai tindakan, aksi bahkan pelanggaran hukum ikut serta mewarnai kehidupan masyarakat yang bermuara kepada instabilitas nasional.
Kondisi ini menjadi perhatian utama sekaligus kegamangan bagi Dr. Mustari Mustafa, seorang pendidik yang mengabdikan dirinya di Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar. Mengangkat pemikiran dari tokoh Syaikh Yusuf Al-Makassari tak terlepas dari perannya sebagai ulama, mubalig, sufi, ahli tarekat, dan penjuang yang menguasai dan mengamalkan ajaran Islam secara kafah. Kecendekiawan Syaikh Yusuf pantas ditelaah lebih dalam, dikembangkan, serta semoga menjadi pelajaran baru bagi generasi selanjutnya. Penulis yang juga mubalig ini, melihat tokoh Syaikh Yusuf sebagai figur teladan yang tak bisa diabaikan begitu saja peran dan jasanya dalam perkembangan intelektual ajaran Islam di Indonesia, baik bagi masa lalu maupun untuk masa mendatang.
Buku ini bercerita tentang Syaikh Yusuf (1626-1699) mulai dari zaman sebelum beliau dilahirkan, masa pertumbuhan dan perkembangan beliau, masa beliau belajar, masa menumpas pendudukan kolonial Belanda di Tanah Air, hingga masa-masa beliau dibuang ke Afrika Selatan dan menghabiskan akhir hayat hidupnya di sana. Meskipun Syaikh Yusuf lahir dan dibesarkan dalam lingkungan kerajaan yang tentunya sangat nyaman, namun beliau tak serta merta menerima kehidupan itu. Justru Syaikh Yusuf bekerja lebih keras (menimba ilmu pengetahuan) untuk menegakkan Islam, membela dan memajukan masyarakatnya, serta melawan kolonial Belanda di Makassar waktu itu.
Jalan hidup Syaikh Yusuf hampir sebagian hidupnya dihabiskan di luar negeri seperti di Yaman, Hijaz, Syiria, Turki dan berakhir di Cape Town Afrika Selatan. Syaikh Yusuf juga belajar dan berkelana di Makkah dan Madinah. Selama perjalanan panjang itu, beliau bertemu dan belajar dengan tokoh-tokoh besar, fenomenal, para sufi, para syaikh yang terkenal dalam ajaran Islam. Dari semua pembelajarannya itu, Syaikh Yusuf pun menghasilkan karya-karya besar yang lebih banyak berkaitan dengan syariat. Pemahaman tentang tarekat dan tasawuf juga menjadi poin penting yang dikembangkan oleh Syaikh Yusuf pada waktu itu.
Pemikiran-pemikiran Syaikh Yusuf pun tak bisa dilepaskan dari perpaduan para filosof Yunani Kuno yang diinterpretasikan oleh tokoh-tokoh Islam sebelum Syaikh Yusuf lahir. Perpaduan ini pun semakin berwarna ketika pada era Syaikh Yusuf dan zaman setelah beliau. Syaikh Yusuf menekankan bagaimana posisi ajaran Islam dalam berbagai zaman, sehingga ajaran Islam tidak hanya maju tetapi juga tumbuh dan berkembang pesat dalam masyarakat yang plural dan modern seperti saat ini. Salah satunya, bagaimana ajaran Islam berterima di masyarakat yang secara status sosial berbeda antara satu dengan yang lain. Tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, dan tempat tinggal perpengaruh besar terhadap derajat pemahaman seseorang terhadap Islam. Syaikh Yusuf memandang semua ini tidak biasa-biasa saja, justru permasalahan besar yang berpotensi membawa pada situasi yang pelik jika tak ditangani dengan baik.
Di tangan penulis, buku Agama dan Bayang-bayang Etis Syaikh Yusuf Al-Makassari ini menjadi begitu penting untuk memahami kondisi masyarakat kekinian sekaligus mencoba mencari jalan keluar (way out) yang jauh lebih bermakna dan mencerdaskan. Bahasanya yang sederhana dan mudah dimengerti menjadikan buku ini cocok dibaca ketika waktu senggang. Selamat membaca!

Comments

Popular posts from this blog

Jakarta Undercover, Seksualitas Membabi Buta Orang-orang Ibu Kota Negara

Judul : Jakarta Undercover 3 Jilid (Sex 'n the city, Karnaval Malam, Forbidden City) Pengarang : Moammar Emka Penerbit : GagasMedia Tebal : 488/394/382 halaman Cetakan : 2005/2003/2006 Harga : Mohon konfirmasi ke penerbit Resensiator : Adek Risma Dedees, penikmat buku Jakarta Undercover, buku yang membuat geger Tanah Air beberapa tahun silam, pantas diacungi empat jempol, jika dua jempol masih kurang. Buku ini menyuguhkan beragam peristiwa dan cerita malam yang kebanyakan membuat kita ternganga tak percaya. Kebiasaan atau budaya orang-orang malam Jakarta yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Ini bukan perihal percaya atau tidak, namun merupakan tamparan fenomena dari kemajuan itu sendiri. Menurut pengakuan penulis dalam bukunya, Moammar Emka (ME), yang seorang jurnalis di beberapa media lokal Ibu Kota, tentu saja cerita ini didapatkan tidak jauh-jauh dari pergulatan kegiatan liputannya sehari-hari. Tidak kurang enam tahun menekuni dunia tulis menulis, ME pun menelurkan ber...

Review Encoding/Decoding by Stuart Hall

Stuart Hall mengkritik model komunikasi linear (transmission approach) –pengirim, pesan, penerima- yang dianggap tidak memiliki konsepsi yang jelas tentang ‘momen-momen berbeda sebagai struktur relasi yang kompleks’ serta terlalu fokus pada level perubahan pesan. Padahal dalam proses pengiriman pesan ada banyak kode –pembahasaan- baik yang diproduksi (encode) maupun proses produksi kode kembali (decode) sebagai suatu proses yang saling berhubungan dan itu rumit. Proses komunikasi pada dasarnya juga berkaitan dengan struktur yang dihasilkan dan dimungkinkan melalui artikulasi momen yang berkaitan namun berbeda satu sama lainnya –produksi, sirkulasi, distribusi/konsumsi, reproduksi (produksi-distribusi-reproduksi). Landasan Hall atas pendekatan ini adalah kerangka produksi komoditas yang ditawarkan Marx dalam Grundrisse dan Capital, terminologi Peirce tentang tanda (semiotic), serta konsep Barthes tentang denotatif dan konotatif yang bermuara pada ideologi (denotative-connotative-id...

Review The Commodity as Spectacle by Guy Debord

Menurut Debord sistem kapitalisme yang mendominasi masyarakat menciptakan kesadaran-kesadaran palsu para penonton atau audiens untuk memenuhi segala bentuk kebutuhan, baik berupa barang (komoditas) ataupun perilaku konsumtif. Kesadaran palsu ini dibangun melalui citra-citra yang abstrak atau bahkan irrasional, yang dianggap rasional oleh penonton, sebagai bentuk pengidentifikasian diri dalam relasi sosial. Relasi sosial ini bergeser jauh dan dimanfaatkan oleh era yang berkuasa sebagai komoditas dalam dunia tontonan. Kaum kapitalis mempunyai kontrol yang kuat atas apapun termasuk mampu mengubah nilai-nilai personal menjadi nilai tukar. Hal ini sejalan dengan otensitas kehidupan sosial manusia, dalam pandangan Debord, telah mengalami degradasi dari menjadi (being) kepada memiliki (having) kemudian mempertontonkan (appearing). Ketiga aspek ini selalu dikendalikan atau disubtitusikan dengan alat tukar yakni uang. Ketika ketiga aspek ini tidak terpenuhi, penonton tidak hanya terjajah (he...