Skip to main content

Fantasi Manusia Yunani di Zaman Prasejarah


Judul : Mitologi Yunani
Pengarang : Edith Hamilton
Penerjemah : A. Rachmatullah
Penerbit : ONCOR Semesta Ilmu
Tebal : xiv + 314 halaman
Cetakan : Pertama, 2011
Harga : Rp 60.000,-



Yunani sebagaimana yang diketahui oleh dunia, merupakan bangsa yang memiliki peradaban besar dan berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat dan bangsa lain di muka bumi. Yunani menjelma, dengan segala keagungan dan kekuatannya, menjadi negara dan bangsa yang diperhitungkan hingga saat ini. Negeri itu tumbuh dan menguasai berbagai elemen, terutama dalam ilmu pengetahuan serta kebudayaan dunia dengan tokoh-tokoh termansyur yang hidup jauh sebelum masehi. Kemansyurannya pun masih dikenang dan dipelajari oleh masyarakat masa kini.
Setiap bangsa di dunia pasti memiliki sejarah, cerita-cerita tentang bagaimana bangsa tersebut lahir dan berkembang, begitu juga dengan bangsa Yunani. Yunani sebagai bangsa yang besar, hidup penuh dengan mitologi-mitologi yang diciptakan oleh masyarakatnya sendiri. Mereka hidup dan bersatu dengan mitologi-mitologi tersebut dengan damai dan menyenangkan. Penciptaan tentang mitologi pun erat kaitannya dengan latar belakang sebuah bangsa, apakah buruk ataupun baik.
Bangsa Yunani dahulu kala pernah mengalami kehidupan purba, biadab, dan brutal. Seiring waktu bangsa ini melahirkan mitologi yang berisi cerita yang tidak lagi mengungkap kehidupan yang tidak manusiawi tersebut untuk diceritakan kepada anak cucu, generasi selanjutnya. Mitologi-mitologi yang berkembang di Yunani merupakan suatu bukti bahwa Yunani berhasil mengangkat kehidupan dan peradaban mereka dari lumpur kotor dan kebiadaban.
Tak ingin melebihkan, sebagian kecil mitologi bangsa Yunani tersebut terangkum dalam buku setebal 314 halaman ini. Mitologi Yunani berisi berbagai kisah tentang para dewa serta manusia. Mulai dari dewa pemimpin bangsa Yunani terbesar, Zeus, serta saudaranya, istri, dan anak-anak Zeus yang ikut campur dalam kehidupan bangsa Yunani tempo dulu. Walaupun mitologi Yunani berisi cerita tentang para dewa bangsa tersebut bukan berarti mitologi-mitologi ini merupakan Bible, sebuah catatan keagamaan bangsa Yunani. Hal ini dikarenakan mitos tak berhubungan dengan agama. Mitos hanyalah penjelasan terhadap fenomena alam, hiburan, dan sebuah bukti pencaharian manusia terhadap apa-apa yang belum diketahui dengan baik sebelumnya.
Walaupun demikian, fantasi masyarakat Yunani ini mampu menyulap pemikiran banyak orang di dunia untuk percaya dan menjadi cerita-cerita yang perlu diceritakan kepada anak-anak muda sebagai generasi selanjutnya. Mitologi ini memiliki daya tarik dan kekuatan tersendiri bagi pembaca atau pendengar. Tak ketinggalan dalam mitologi Yunani penikmat atau pembaca juga dapat memetik manfaat dari apa yang disuguhkan. Begitu juga dengan buku bersampul ‘The Wooden Horse’ yang penuh dengan warna putih dan abu-abu sebagai latar belakangnya. Cukup memikat calon pembaca untuk menilik-nilik cerita apa yang tertera di dalam buku ini.
Buku terjemahan ini selain menyajikan kisah para dewa-dewi di Yunani pada zaman dahulu kala juga menceritakan berbagai pengalaman anak manusia yang kehidupan mereka langsung bersentuhan dengan para dewa. Menggunakan bahasa sederhana dan mudah dimengerti, pembaca akan digiring dari satu petualangan ke petualangan berikutnya yang kadang tentu tak masuk akal bagi masyarakat modern saat ini. Namun, tetap sarat muatan pengetahuan tentang Yunani yang penuh mistik dan daya tarik tersendiri. Selamat membaca!

Comments

  1. Maaf sekedar meluruskan tulisan di atas, akar mitologi telah lahir dari kehidupan Yunani awal (yang dalam tulisan di atas disebut purba dan tidak manusiawi) dan berkembang hingga masa Yunani klasik. Cerita di dalam Mitologi juga menceritakan masa-masa Yunani awal yang penuh kekejaman. Dan, bagi orang-orang Yunani Kuno, mitologi tidak sekedar cerita fantasi, tapi juga agama. Terimakasih sudah me-review buku tentang Mitologi Yunani dan apresiasinya, salam ^^ http://achilles79.multiply.com/journal
    note: kucingnya lucu

    ReplyDelete
  2. Oh terima kasih atas reviewnya kembali. Sumber tulisan ini dari buku dan beberapa catatan kecil di majalah. Maaf juga jika kurang akurat :)

    Salam kenal dari saya.

    Makasih, karena lucu, saya susah lepas dengan hewan rumahan itu.

    ReplyDelete

Post a Comment

Silahkan berkomentar ^_^

Popular posts from this blog

Jakarta Undercover, Seksualitas Membabi Buta Orang-orang Ibu Kota Negara

Judul : Jakarta Undercover 3 Jilid (Sex 'n the city, Karnaval Malam, Forbidden City) Pengarang : Moammar Emka Penerbit : GagasMedia Tebal : 488/394/382 halaman Cetakan : 2005/2003/2006 Harga : Mohon konfirmasi ke penerbit Resensiator : Adek Risma Dedees, penikmat buku Jakarta Undercover, buku yang membuat geger Tanah Air beberapa tahun silam, pantas diacungi empat jempol, jika dua jempol masih kurang. Buku ini menyuguhkan beragam peristiwa dan cerita malam yang kebanyakan membuat kita ternganga tak percaya. Kebiasaan atau budaya orang-orang malam Jakarta yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Ini bukan perihal percaya atau tidak, namun merupakan tamparan fenomena dari kemajuan itu sendiri. Menurut pengakuan penulis dalam bukunya, Moammar Emka (ME), yang seorang jurnalis di beberapa media lokal Ibu Kota, tentu saja cerita ini didapatkan tidak jauh-jauh dari pergulatan kegiatan liputannya sehari-hari. Tidak kurang enam tahun menekuni dunia tulis menulis, ME pun menelurkan ber...

Review Encoding/Decoding by Stuart Hall

Stuart Hall mengkritik model komunikasi linear (transmission approach) –pengirim, pesan, penerima- yang dianggap tidak memiliki konsepsi yang jelas tentang ‘momen-momen berbeda sebagai struktur relasi yang kompleks’ serta terlalu fokus pada level perubahan pesan. Padahal dalam proses pengiriman pesan ada banyak kode –pembahasaan- baik yang diproduksi (encode) maupun proses produksi kode kembali (decode) sebagai suatu proses yang saling berhubungan dan itu rumit. Proses komunikasi pada dasarnya juga berkaitan dengan struktur yang dihasilkan dan dimungkinkan melalui artikulasi momen yang berkaitan namun berbeda satu sama lainnya –produksi, sirkulasi, distribusi/konsumsi, reproduksi (produksi-distribusi-reproduksi). Landasan Hall atas pendekatan ini adalah kerangka produksi komoditas yang ditawarkan Marx dalam Grundrisse dan Capital, terminologi Peirce tentang tanda (semiotic), serta konsep Barthes tentang denotatif dan konotatif yang bermuara pada ideologi (denotative-connotative-id...

Review The Commodity as Spectacle by Guy Debord

Menurut Debord sistem kapitalisme yang mendominasi masyarakat menciptakan kesadaran-kesadaran palsu para penonton atau audiens untuk memenuhi segala bentuk kebutuhan, baik berupa barang (komoditas) ataupun perilaku konsumtif. Kesadaran palsu ini dibangun melalui citra-citra yang abstrak atau bahkan irrasional, yang dianggap rasional oleh penonton, sebagai bentuk pengidentifikasian diri dalam relasi sosial. Relasi sosial ini bergeser jauh dan dimanfaatkan oleh era yang berkuasa sebagai komoditas dalam dunia tontonan. Kaum kapitalis mempunyai kontrol yang kuat atas apapun termasuk mampu mengubah nilai-nilai personal menjadi nilai tukar. Hal ini sejalan dengan otensitas kehidupan sosial manusia, dalam pandangan Debord, telah mengalami degradasi dari menjadi (being) kepada memiliki (having) kemudian mempertontonkan (appearing). Ketiga aspek ini selalu dikendalikan atau disubtitusikan dengan alat tukar yakni uang. Ketika ketiga aspek ini tidak terpenuhi, penonton tidak hanya terjajah (he...