Dalam melakukan reportase investigasi seorang wartawan harus memiliki pengetahuan yang memadai tentang hukum, perundang-undangan, sosial, budaya, ekonomi, kebiasaan masyarakat, agama, politik, teknologi, serta lingkungan. Hal ini sangat mendukung wartawan dalam menganalisa besar kecilnya penyimpangan yang terjadi.
Selain itu, wartawan juga harus dituntut memiliki banyak jaringan atau sumber berita agar mudah dan cepat mengecek suatu informasi sehingga dengan mudah pula memperoleh gambaran awal tentang apa yang akan diselidiki. Hal ini disampaikan Fachrul Rasyid HF, selaku pemateri dengan tema Investigative Reporting di depan 26 peserta, Jumat (18/3) pagi lalu di kantor Harian Umum Haluan Kompleks Lanud di Tabing, Kota Padang.
“Oleh karena itu, lobi dan jaringan yang luas dan kuat adalah 60% dari modal sukses seorang wartawan investigasi,” ujarnya.
Dalam malakukan reportase investigasi, pemilihan angle atau sudut pandang sangat menentukan. Angle ini harus ditetapkan sejak awal dan tidak gampang terpengaruh oleh pemberitaan lain yang akan membelokkan sudut pandang tadi. “Jika menemukan angle lain, tunda dulu untuk digarap kemudian,” kata Fachrul.
Menulis reportase investigasi tetap mempertimbangkan aspek jurnalistik. Nilai kebaruan, informatif, relevan, unik, tokoh, ekslusif, serta berpengaruh besar, tetap menjadi landasan utama dalam reportase investigasi. “10-20% dari reportase harus mencerdaskan pembaca,” tegas wartawan senior Majalah Tempo ini.
Di samping membahas reportase investigasi, pelatihan ini juga diisi oleh anggota Badan Kehormatan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Sumatera Barat yang akrab disapa Infai. Infai menjelaskan tentang etika wartawan dalam menyampaikan berita kepada masyarakat. “Kecerdasan emosional dan intelektual seorang wartawan itu sangat penting,” kata Infai, Jumat (18/3) siang lalu.
Menurut Infai, sebuah berita tidak hanya dilengkapi dengan 5W dan H, tetapi juga mengandung nilai etika dan estetika. Etika sebagai kecerdasan wartawan memperoleh informasi dan menyampaikannya kepada masyarakat. Estetika, penyampaian berita harus mempertimbangkan penggunaan bahasa yang tepat dan efektif. “Kata pertama adalah kunci kalimat pertama. Kalimat pertama adalah kunci paragraf pertama. Paragraf pertama adalah kunci keseluruhan berita. Bahasa sangat berperan penting di sana,” tutup Infai.
Comments
Post a Comment
Silahkan berkomentar ^_^