Skip to main content

Antara Pelanggan dan Harga

Dugaan virus flu burung (H5N1) yang tersebar di beberapa tempat di Kota Padang baru-baru ini, dirasakan sudah mulai berimbas ke sejumlah pedagang sate ayam di kawasan Air Tawar, Kecamatan Padang Utara, Kota Padang. Bukan karena pelanggan yang mengonsumsi sate ayam berkurang, tetapi ketersediaan daging ayam ataupun ayam semakin berkurang di pasaran. Hal ini menyebabkan melonjaknya harga daging ayam dari biasanya.
Ajo, 56 th, pedagang sate ayam yang selalu mangkal di depan Hotel Basko, jalan Prof. Dr. Hamka, mengeluhkan harga daging ayam yang semakin mahal. Pedagang sate yang satu ini identik dengan sate cekernya. Kaki-kaki ayam itu diramu dan dijadikannya sebagai santapan dengan harga murah meriah. Namun, sejak merebaknya flu burung di Kota Padang, harga ceker pun melonjak.
“Biasanya saya membeli 100 ceker hanya Rp 20 ribu, sekarang jadi Rp 30 ribu,” keluh Ajo, Kamis (10/3) malam kemarin. Sedangkan ia tak bisa menaikkan harga sate ceker per tusuknya, pelanggannya bisa beralih ke pedagang sate lain. Untuk daging ayam hal serupa juga terjadi.
Hal senada juga dijelaskan Ajo Piaman, 45 th, pedagang sate keliling di sekitar kampus Universitas Negeri Padang. Walaupun harga melonjak, mulai dari daging ayam serta bumbu-bumbunya, pedagang ini tak berniat menaikkan harga per porsinya, melainkan mengurangi porsinya. Ini salah satu taktik yang dilakukan untuk menyeimbangkan harga dan keuntungan yang didapat kelak.
Hingga saat ini pelanggan kedua pedagang sate ini belumlah berkurang terkait merebaknya flu burung di Kota Padang. Pelanggan sate belum terpengaruh dan merasa takut ketika mengonsumsi sate. Pendapatan kedua pedagang ini pun tak berkurang dari biasanya.
Ajo hampir setiap malam memperoleh pendapatan dari berjualan sate sekitar Rp 1 juta. Ia mulai mangkal sejak pukul 17.00 WIB hingga pukul 24.00 WIB. Setiap malam Ajo menjual 800 tusuk sate dengan berbagai jenis. Ada daging ayam, ceker, siput atau lokan, daging sapi, hingga buntut. Dari berjualan sate, tiga dari empat anaknya telah jadi sarjana. “Minggu besok, yang nomor tiga, tamat Akper akan baralek,” ungkapnya sambil mengipas-ngipas daging sate di atas bara api.
Sejak 30 tahun lalu, Ajo telah melakoni kehidupannya dengan hasil berjualan sate. Ia mengaku telah membangun rumah permanen di kawasan bibir pantai, Patenggangan, di Air Tawar. Hingga kini ia telah memiliki tiga gerobak sate yang dijalankan oleh keponakan dan saudaranya yang lain. Baginya pelanggan menjadi nomor satu untuk keberhasilan usaha satenya selama ini. Termasuk ketika virus flu burung merebak di Kota Padang. “Saya memilih daging ayam yang bagus. Membeli ayam hidup-hidup dan diperiksa, sakit atau sehat,” begitu kata Ajo meyakinkan pelanggannya.
Santi, 26 th, warga Air Tawar Selatan, tidak merasa ketakutan jika mengonsumsi sate ayam. Menurutnya, infeksi flu burung tidak terjadi ketika mengonsumsi daging ayam yang telah dimasak. “Aman-aman saja makan sate ayam,” ujarnya sambil tersenyum.

Comments

Popular posts from this blog

Jakarta Undercover, Seksualitas Membabi Buta Orang-orang Ibu Kota Negara

Judul : Jakarta Undercover 3 Jilid (Sex 'n the city, Karnaval Malam, Forbidden City) Pengarang : Moammar Emka Penerbit : GagasMedia Tebal : 488/394/382 halaman Cetakan : 2005/2003/2006 Harga : Mohon konfirmasi ke penerbit Resensiator : Adek Risma Dedees, penikmat buku Jakarta Undercover, buku yang membuat geger Tanah Air beberapa tahun silam, pantas diacungi empat jempol, jika dua jempol masih kurang. Buku ini menyuguhkan beragam peristiwa dan cerita malam yang kebanyakan membuat kita ternganga tak percaya. Kebiasaan atau budaya orang-orang malam Jakarta yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Ini bukan perihal percaya atau tidak, namun merupakan tamparan fenomena dari kemajuan itu sendiri. Menurut pengakuan penulis dalam bukunya, Moammar Emka (ME), yang seorang jurnalis di beberapa media lokal Ibu Kota, tentu saja cerita ini didapatkan tidak jauh-jauh dari pergulatan kegiatan liputannya sehari-hari. Tidak kurang enam tahun menekuni dunia tulis menulis, ME pun menelurkan ber...

Gangnam Style dalam Perspektif Konstruksi Identitas

KETIKA Britney Spears diajari berGangnam Style ria oleh Psy, sedetik kemudian tarian menunggang kuda ini menjadi tren baru dan memecah rekor baru di YouTube. Guinness World Records menganugerahi sebagai video yang paling banyak dilihat yakni 200 juta kali dalam tiga bulan. Sebuah pencapaian yang tak diduga sebelumnya, begitu kira-kira kata Dan Barrett. Park Jae Sang pun mendapat nama dan melimpah job baik di Asia maupun di Amerika Serikat. Google dengan jejaring luasnya bercerita jika horse dance ini adalah sindiran kepada anak muda Korea yang tergila-gila memperganteng, mempercantik, memperlangsing, dan mempertirus tubuh dan wajah sebagai ‘syarat utama’ penampilan dan pergaulan di negeri itu. Tak ketinggalan juga mengkritik gaya hidup yang cenderung high class serta selalu mengejar kesempurnaan. Di kawasan elit Gangnam inilah anak muda dan masyarakat Korea bertemu dengan rumah-rumah bedah, salon kecantikan, serta starbuck-starbuck ala Korea. Psy mengkritik –mungkin tepatnya mela...

[Hari Pejuang Perempuan] Kepada Amak dan Perempuan Pekerja yang Dibentak

April ini, seperti April yang lalu, selalu ada kegiatan, diskusi, acara, dan tulisan di sana-sini menghiasi langit perempuan di negara Indopahit. Warga negara ini, hanya sebagian, merayakan hari pejuang perempuan yang dikenal dengan Hari R.A Kartini. Ini hari khusus mengingatkan akan perjuangan beliau dan kawan-kawan perempuan di pulau manapun di Tanah Air, untuk perempuan yang (pernah) tertindas dan kaum minoritas, sebutlah begitu. Saya pun, seperti dipaksa untuk ikut serta merayakan hari ini walau hanya dengan berkata-kata, yang kadang omong kosong, dengan tulisan di blog tercinta. Apalah yang akan saya bagi, selain cas cis cus saya. Karena, sangat dilarang bukan membagi-bagikan uang gaib dengan motif yang gaib pula di negeri seribu satu genderuwo ini. Tulisan ini tentu tidak hanya ditujukan kepada Amak saya dan perempuan pekerja saja. Jauh lebih penting tulisan ini ditujukan kepada pembaca yang telah sudi mampir dan rela mengobrak-abrik blog lusuh ini. Saya, selalu berangan-...