'Did you know, it's fervency to run towards the sun'
Sepanjang perjalanan waktu, kita disibukkan dengan beragam hal yang menyita waktu, tenaga, dan perasaan. Acap kali kita lupa dan tidak sadar bahwa banyak hal dari semua itu tidak penting dan tidak perlu dikerjakan atau ditunda sementara waktu. Namun, manajemen yang buruk membuat kita menjalaninya tanpa beban dan tanpa rencana yang matang. Padahal ini bisa merugikan kuantitas dan kualitas dalam hidup kita.
Mengerjakan 'batu besar' pertama kali dalam hidup, maksudnya mengerjakan hal-hal pokok yang membuat hidup jauh berkualitas. Bukan sebaliknya, terjebak pada rutinitas kecil yang menjadikan hidup biasa-biasa saja. Kita kerap menilai, apa-apa yang kita kerjakan adalah hal yang paling luar biasa dan penting. Padahal belum tentu begitu.
Ya, menjalani hidup apa adanya banyak dielu-elukan orang. Filosofi menjalani hidup seperti air mengalir tidak hanya banyak dianut orang, namun juga dikampanyekan pagi dan petang dengan cara mereka masing-masing. Pledoinya, mengapa harus menjebak diri dengan beragam angan-angan? Yang justru hanya terukir di dalam mimpi dan agenda sehari-hari. Jalani saja, maka kau akan merasakannya. Begitu kata orang banyak.
Terlahir dari latar belakang keluarga kebanyakan serta lingkungan masyarakat dengan kesosialan yang tinggi, kerap membuat kita tidak banyak menuntut dalam hidup. Bukan apa-apa, karena budaya tuntut dan target masih belum terbiasa di tengah kampung kelahiran kita. Belum lagi ditambah dengan budaya masyarakat yang enggan untuk berpikir lebih dan pelik tentang hidup. Manajemen waktu dan tenaga pun tidak dihiraukan dan tidak menentukan.
Namun, setelah kesana kemari, setelah mendengar ini itu, setelah berjumpa dengan si A, si B, dan seterusnya, manajemen waktu dan tenaga menjadi penting. Baik untuk dituliskan maupun untuk dikerjakan. Dan melakukan hal-hal penting dalam hidup adalah menjadi perlu. Karena itu merupakan modal, aset, dan jaminan hari esok.
Menurut sumber suara yang disimak, banyak 'batu besar' yang mesti dikerjakan terlebih dahulu, misalnya, anak-anak bagi para orang tua, pasangan bagi yang telah berpasangan, pendidikan, kesehatan, dan sebagainya. Manajemenlah hal-hal itu dengan apik dan rancak. Karena dengan begitu, hidup akan menjadi lebih hidup dan berkualitas. Kita tak lagi terjebak dengan hal-hal kecil yang melenakan sekaligus mematikan.
Kerap memang, kita tersentuh oleh pihak lain yang padahaln kita juga sering disentuh oleh orang-orang terdekat kita. Sentuhan dari pihak lain menjadi berbeda dan lebih berkesan daripada oleh orang-orang terdekat. Begitu juga dengan manajemen waktu yang dimaksudkan ini. Jika kutilik-tilik dan menyusuri memori masa lalu, manajemen waktu telah diajarkan oleh Ayah ketika beliau masih sangat sehat. Tentu saja berbeda baik dari cara penyampaian, kondisi psikis kami waktu itu dan seterusnya.
Aku masih ingat sampai sekarang, "Bahwa pendidikan, jika kau mampu, maka kejarlah," kata Ayah. Ungkapan ini diulang-ulang dan aku sudah lupa berapa kali diulang. Aku dan saudara kandung, kerap dipasak kupingnya agar tidak mengesampingkan pendidikan. Bagaimanapun juga, pendidikan menjadi eskalator bagimu untuk maju dan mulia.
Bukan menafikan, bahwa pekerjaan juga sama pentingnya. Namun, posisi pendidikan belum ada yang menggantikan urutannya. Dan menurut suara-suara yang kusimak pagi ini, memang tak ada kata menyesal -karena pada hakikatnya kata ini sangat menyayat, kawan- namun jika kita terus bermain-main dengan waktu dan 'batu besar atau batu kecil' sesal itu juga akan menghampiri. Trust Me!
Comments
Post a Comment
Silahkan berkomentar ^_^