Skip to main content

Engkaulah Si Penawar Itu




Dari pagi ke pagi, rasa jenuh, iba, dan tertekan kerap mendatangi. Beginilah sesungguhnya hidup di bawah tekanan. Tekanan yang tidak begitu menggigit sebenarnya. Namun, karena melakoni baru-baru ini, jadi semua terasa asing dan menjemukan.

Kerap pula ketika hendak membasahkan kepala ini, rasa sedih dan iba hati merajalela. Ooo, jadi begini hidup orang dewasa itu ya. Menjalankan rutinitas tanpa pernah berpikir dan bermimpi akan menyetop diri dari semua itu. Ya, ini hidup orang dewasa anakku. Beginilah kehidupan yang dilakoni oleh orang tua, abang-abang dan one sejak jauh hari dahulu. Dan engkau, bungsu, baru seumur jagung. Ternyata sudah merasa jenuh dan iba hati.

Coba pula kau lihat di teve-teve, betapa orang-orang itu setiap pagi dan sore menjelang, lalu lalang di sepanjang kota. Mereka hilir mudik hendak ke mana saja, tentu saja ke tempat dimana mereka mampu mandiri. Hidup, katanya, secara normal begitu. Bekerja dari pagi hingga petang. Awal atau akhir bulan berhak menerima salary sesuai perjanjian kerja, libur di akhir pekan, dan seterusnya.

Inilah hidup sesungguhnya wahai cinta yang mungil. Kau kini ditempa oleh dunia yang benar-benar keras. Jika kekerasan yang kau rasa selama ini hanya dalam lingkup keluarga, sekarang kau mandiri dengan jerih payahmu sendiri bukan? Kau mandiri cinta yang mungil. Dan kau harus berhadapan dengan lingkungan macam begini. Terimalah agar kau bisa tumbuh lebih besar dan baik.

Jika kata-kata ini kembali mencuat di pikiran dan menari-nari di telinga, tak ada lagi penawar selain selalu mengingat Engkau. Hidup memang tak selalu ditempa dengan pahatan-pahatan yang halus dan teratur cinta. Kadang, pahatan itu sungguh amat kasar dan menyayat. Kadang pahatan itu amat pahit dan melukai. Begitulah hidup.

Apa-apa yang kau terima dan rasai ketika di bangku kuliah dan di pangkuan ibu tempo dulu, adalah surga yang takkan pernah kau lupakan, meskipun kau tak berkunjung lagi. Bangku kuliah memberimu pemikiran yang luar biasa dalam memandang hidup yang komplek ini cinta. Dan pangkuan ibu menunjukkan kepadamu bahwa segala permasalahan dan kerumitan, selalu bisa diatasi dengan tidak meng-keraskan masalah itu. Kau peluk ia dengan erat, niscaya ia akan melunak dan mengikutimu dengan halus.

Dan sembah sujud, adalah cara yang sangat melenakan. Engkau datang dengan gumpalan-gumpalan tajwid yang dilafalkan. Engkau tebarkan segala cinta dan ketenangan. Benar, kepercayaan yang tulus ini membawamu cinta pada jalan yang tak begitu mulus namun kau bisa melaluinya dengan selamat. Percayalah, esok hari titik embun akan datang dan menyegarkan pikiran dan hatimu dengan caranya sendiri.

Memang, kau cinta, takkan sanggup menumpahkan segala resah dan sedihmu di laman ini. Itu sama saja kau membaginya kepada orang lain dan membuat mereka resah. Tak perlu. Bagilah kepada Dia yang Maha Tahu dan Maha Penawar itu. Kau takkan rugi dan berdosa. Dengan Tangan-tanganNya, Ia akan membawamu pada suasana yang baik dan menenangkan.

Atau kau butuh seseorang teladan yang akan membuat dirimu selalu siap dalam kondisi apapun cinta? Bukanlah Ibu dan mendiang Ayahmu adalah teladan yang sangat besar dan mulia cinta? Beliauberduanya biji matamu untuk bertahan di tanah rantau yang keras ini. Beliau berdualah yang menitiskan darah merah segar dan kuat di dalam tubuhmu. Beliau berdualah yang patut menjadi teladanmu pagi, siang, petang, dan malam cinta. Tak ada yang lain.

Dan tak perlu kau tuliskan bagaimana teladan beliau berdua mengarungi tanah rantau, mungkin lebih pahit dari yang kau rasakan sekarang. Sungguh, kau hanya perlu memutar balik sedikit memorimu tentang teladan beliau berdua di dalam hidupmu cinta. Jika telah kau putar, jangan lagi kau merasa sendiri, sedih, iba hati, dan nelangsa.

Dimana tanah kau pijak, di sana selalu ada berkah Sang Penawar untukmu, Insyallah.

Pesan Amak,
Hidup di tanah rantau Nak,
Mandi di hilia-hilia
Bajalan di tapi-tapi
Dan mangecek di bawah-bawah
Tak perlu kau sombong dengan apa yang kau miliki
Percayalah itu hanya titipan Tuhan kepadamu yang dipercayaiNya

Dan jangan sekali-kali kau menyakiti orang-orang di sekelilingmu
Mereka adalah keluarga terdekatmu di rantau
Jangan kau sakiti mereka
Toh ketika mereka, tak sengaja, menyakitimu
Jangan pula sekali-kali kau balas perbuatan itu
Tak perlu Nak,
Sungguh tak perlu

Tak hanya di rantau
Biarlah kita disakiti orang, tapi tidak sebaliknya
Karena yang demikian jauh lebih baik bagimu
Percayalah Nak

Setiap kali mendengar -saya menyebutnya Gurindam 20- ini, merasa tenang dan senang. Selalu berbuat baik pun menjadi salah satu cita-cita yang selalu dan selalu ditunaikan.

Hingga detik ini, kerap pula danau mengambang di pelupuk mata jika mengingat-ngingat pesan Amak. Betapa hidup harus kau lalui cinta dengan penuh perhitungan dan tidak main-main dengan waktu.

Ada selaksa cerita yang terberi dalam kisah ini. Selaksa makna hidup yang mungkin oleh sebagian besar orang tidak merasakannya. Ya karena hidup kadang memberi warna berbeda dalam hati kita cinta.

Selamat pagi Amak,

Comments

Popular posts from this blog

Jakarta Undercover, Seksualitas Membabi Buta Orang-orang Ibu Kota Negara

Judul : Jakarta Undercover 3 Jilid (Sex 'n the city, Karnaval Malam, Forbidden City) Pengarang : Moammar Emka Penerbit : GagasMedia Tebal : 488/394/382 halaman Cetakan : 2005/2003/2006 Harga : Mohon konfirmasi ke penerbit Resensiator : Adek Risma Dedees, penikmat buku Jakarta Undercover, buku yang membuat geger Tanah Air beberapa tahun silam, pantas diacungi empat jempol, jika dua jempol masih kurang. Buku ini menyuguhkan beragam peristiwa dan cerita malam yang kebanyakan membuat kita ternganga tak percaya. Kebiasaan atau budaya orang-orang malam Jakarta yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Ini bukan perihal percaya atau tidak, namun merupakan tamparan fenomena dari kemajuan itu sendiri. Menurut pengakuan penulis dalam bukunya, Moammar Emka (ME), yang seorang jurnalis di beberapa media lokal Ibu Kota, tentu saja cerita ini didapatkan tidak jauh-jauh dari pergulatan kegiatan liputannya sehari-hari. Tidak kurang enam tahun menekuni dunia tulis menulis, ME pun menelurkan ber

Review Encoding/Decoding by Stuart Hall

Stuart Hall mengkritik model komunikasi linear (transmission approach) –pengirim, pesan, penerima- yang dianggap tidak memiliki konsepsi yang jelas tentang ‘momen-momen berbeda sebagai struktur relasi yang kompleks’ serta terlalu fokus pada level perubahan pesan. Padahal dalam proses pengiriman pesan ada banyak kode –pembahasaan- baik yang diproduksi (encode) maupun proses produksi kode kembali (decode) sebagai suatu proses yang saling berhubungan dan itu rumit. Proses komunikasi pada dasarnya juga berkaitan dengan struktur yang dihasilkan dan dimungkinkan melalui artikulasi momen yang berkaitan namun berbeda satu sama lainnya –produksi, sirkulasi, distribusi/konsumsi, reproduksi (produksi-distribusi-reproduksi). Landasan Hall atas pendekatan ini adalah kerangka produksi komoditas yang ditawarkan Marx dalam Grundrisse dan Capital, terminologi Peirce tentang tanda (semiotic), serta konsep Barthes tentang denotatif dan konotatif yang bermuara pada ideologi (denotative-connotative-id

Review The Commodity as Spectacle by Guy Debord

Menurut Debord sistem kapitalisme yang mendominasi masyarakat menciptakan kesadaran-kesadaran palsu para penonton atau audiens untuk memenuhi segala bentuk kebutuhan, baik berupa barang (komoditas) ataupun perilaku konsumtif. Kesadaran palsu ini dibangun melalui citra-citra yang abstrak atau bahkan irrasional, yang dianggap rasional oleh penonton, sebagai bentuk pengidentifikasian diri dalam relasi sosial. Relasi sosial ini bergeser jauh dan dimanfaatkan oleh era yang berkuasa sebagai komoditas dalam dunia tontonan. Kaum kapitalis mempunyai kontrol yang kuat atas apapun termasuk mampu mengubah nilai-nilai personal menjadi nilai tukar. Hal ini sejalan dengan otensitas kehidupan sosial manusia, dalam pandangan Debord, telah mengalami degradasi dari menjadi (being) kepada memiliki (having) kemudian mempertontonkan (appearing). Ketiga aspek ini selalu dikendalikan atau disubtitusikan dengan alat tukar yakni uang. Ketika ketiga aspek ini tidak terpenuhi, penonton tidak hanya terjajah (he