Skip to main content

Ragam Jurnalistik Bantu Kembangkan Bahasa Indonesia

Dalam dunia kewartawanan, penggunaan bahasa Indonesia yang sesuai dengan ragam jurnalistik harus diperhatikan dengan baik. Tidak sedikit surat kabar-surat kabar di Kota Padang, Sumatera Barat, menggunakan bahasa Indonesia dengan ragam jurnalistik masih melenceng dari kaidah yang telah ditentukan. Dampaknya tidak hanya kepada pemberitaan yang sulit dipahami pembaca tetapi juga akan melahirkan kesan kurang profesional bagi surat kabar tersebut. Hal ini disampaikan guru besar dari Universitas Negeri Padang Prof. Dr. Ermanto, S.Pd, M.Hum, di depan 30 peserta Pelatihan Jurnalistik Haluan Media Group Angkatan 1 tahun 2011, Rabu (23/2) lalu di kantor Harian Umum Haluan Kompleks Lanud, Tabing, Kota Padang.

Menurut Ermanto, ragam jurnalistik memiliki dua peranan bagi pengembangan bahasa Indonesia ke depannya. Ragam jurnalistik bisa berdampak positif serta bisa berdampak negatif bagi bahasa Indonesia. Sebagai sarana dalam penyampaian berita pada surat kabar-surat kabar, ragam jurnalistik mampu memperkenalkan serta mengembangkan kosa kata baru guna menambah khasanah kosa kata bagi bahasa Indonesia. “Baru-baru ini kita kerap mendengar kata pengunggah dan pengunduh, tidak lagi upload atau download,” jelas Ermanto.

Sedangkan dampak negatif dari ragam jurnalistik, menurut Ermanto, penggunaan istilah atau kata-kata tidak baku dalam beberapa pemberitaan atau reportase di surat kabar. Kecenderungan surat kabar menggunakan kata-kata tidak baku secara tidak langsung akan ditiru oleh masyarakat sebagai pembaca. “Untuk itu, setiap surat kabar serta wartawan diharapkan memiliki kamus bahasa Indonesia serta buku ejaan bahasa Indonesia sebagai pedoman,” terangnya.

Acara ini juga disertai dengan tanya jawab antara pemateri dengan peserta pelatihan. Ermanto juga menjelaskan posisi wartawan yang tidak boleh memihak, tidak memasukkan opini dalam pemberitaan, menggunakan bahasa lugas dan lancar, serta tidak sok tahu atas sesuatu yang baru dijumpai. “Banyak wartawan yang sok tahu sehingga mengaburkan berita yang ditulis,” tutupnya.

Comments

Popular posts from this blog

Pusparatri, Perempuan Penolak Surga*

Judul : Pusparatri Gairah Tarian Perempuan Kembang Penulis : Nurul Ibad, Ms Penerbit : Pustaka Sastra dan Omah Ilmu Publishing Tebal : x + 220 halaman Cetakan : Pertama, 2011 Genre : Novel Harga : Rp 40.000,- Resensiator : Adek Risma Dedees, Mahasiswa Sastra Indonesia UNP Untuk kesekian kalinya Nurul Ibas, Ms meluncurkan novel bertajuk senada dengan novel-novel sebelumnya, seperti novel Nareswari Karennina yang tergabung di dalam trilogi Kharisma Cinta Nyai, yakni perjuangan seorang perempuan yang ingin keluar dari lembah kemaksiatan dengan lakon lain, Gus Rukh, sebagai juru selamat. Begitu juga dengan novel Puparatri: Gairah Tarian Perempuan Kembang yang baru diluncurkan pertengahan tahun 2011 ini. Di dalam sambutannya, penulis, Nurul Ibad, Ms menyampaikan kepada pembaca, bahwa novel ini mengangkat tema perjuangan perempuan awam untuk memperoleh kehidupan yang layak dan bermartabat, sekalipun mereka harus menjadi perempuan penghibur, bukan istri pertama, ata

Review Encoding/Decoding by Stuart Hall

Stuart Hall mengkritik model komunikasi linear (transmission approach) –pengirim, pesan, penerima- yang dianggap tidak memiliki konsepsi yang jelas tentang ‘momen-momen berbeda sebagai struktur relasi yang kompleks’ serta terlalu fokus pada level perubahan pesan. Padahal dalam proses pengiriman pesan ada banyak kode –pembahasaan- baik yang diproduksi (encode) maupun proses produksi kode kembali (decode) sebagai suatu proses yang saling berhubungan dan itu rumit. Proses komunikasi pada dasarnya juga berkaitan dengan struktur yang dihasilkan dan dimungkinkan melalui artikulasi momen yang berkaitan namun berbeda satu sama lainnya –produksi, sirkulasi, distribusi/konsumsi, reproduksi (produksi-distribusi-reproduksi). Landasan Hall atas pendekatan ini adalah kerangka produksi komoditas yang ditawarkan Marx dalam Grundrisse dan Capital, terminologi Peirce tentang tanda (semiotic), serta konsep Barthes tentang denotatif dan konotatif yang bermuara pada ideologi (denotative-connotative-id

Bisnis Laundry di Tengah Mahasiswa

Menjamurnya usaha jasa cuci pakaian kiloan atau laundry di sekitar kampus mendatangkan keuntungan yang tidak sedikit serta mampu menyerap tenaga kerja di daerah sekitar. Usaha ini pun semakin diminati oleh berbagai kalangan. Kebanyakan para pemilik hanya mengandalkan modal usaha pribadi. Arif Sepri Novan, pemilik Mega Wash Laundry , mengungkapkan mahasiswa merupakan pangsa pasar terbesarnya saat ini. Mahasiswa memiliki banyak kegiatan dan tugas kuliah yang menyita waktu serta tenaga. Untuk itu peluang membuka usaha laundry di sekitar kampus baginya sangat menjanjikan. “Pasarnya cukup luas dan jelas,” ungkap Arif, Selasa (22/3) siang lalu. Arif pun merintis usaha laundry sejak September 2010 lalu di kawasan kampus Universitas Negeri Padang (UNP), di Jalan Gajah VII No.15, Air Tawar, Kecamatan Padang Utara, Kota Padang. Ia mempekerjakan dua karyawan untuk mencuci, mengeringkan, menyetrika, serta mengepak pakaian-pakaian tersebut. Setiap hari Mega Wash Laundry menerima hingg