Skip to main content

Rame-rame Wakafkan Buku pada KPM



Musibah gempa bumi yang meluluhlantakkan Kota Padang, Sumatera Barat tahun 2009 lalu, tak hanya memakan korban jiwa dan harta benda, tetapi juga mengakibatkan Kota Padang serta masyarakatnya mengalami kerugian yang jauh lebih besar, ribuan bahkan ratusan ribu koleksi buku, majalah, jurnal, serta dokumentasi tentang Sumbar hilang, rusak, bahkan hancur. Menyisakan puing-puing yang tak berarti. Dampaknya, masyarakat Sumbar kehilangan bahan bacaan yang beragam dan berkualitas. Hal inilah yang mendasari berdirinya Komunitas Padang Membaca (KPM) di Kota Padang yang dipelopori oleh Yusrizal KW dan kawan-kawan pecinta buku. Mereka menyebutnya Kawan Sapabukuan. Komunitas ini pun telah dideklarasikan pada 23 April 2011 lalu di Padang.
“Selain itu, kita juga tak bisa terus-menerus bergantung kepada pemerintah untuk menyediakan buku dan bahan bacaan murah serta berkualitas kepada masyarakat banyak. KPM hadir untuk memfasilitasi masyarakat dan anak-anak Minang agar dapat membaca buku yang berkualitas serta bervariasi,” terang Yusrizal KW, selaku Ketua KPM, Minggu (12/6) di Galeri Utama Taman Budaya Sumbar.
Dalam acara ‘Satu Cinta untuk Gerakan Membaca, Ayo Bersama Wakafkan Buku’ Yusrizal KW menerangkan tugas KPM hanya sebagai penyalur buku-buku untuk taman-taman bacaan yang tersebar di Kota Padang dan sekitarnya. Buku-buku yang diwakafkan oleh Kawan Sapabukuan akan diserahkan kepada taman bacaan sesuai dengan konsep dan jenis buku yang ada pada taman bacaan tersebut. Pada acara yang sama, KPM juga merekrut calon anggota KPM yang nantinya akan diikutsertakan dalam berbagai kegiatan KPM.
“Keuntungan lainnya, KPM berusaha setiap anggota KPM akan mendapatkan diskon sebesar 10 persen setiap pembelian satu eksemplar buku di toko buku Sari Anggrek dan Gramedia di Kota Padang dengan hanya memperlihatkan kartu anggota KPM,” kata Yusrizal KW kepada sekitar 100 peserta dari berbagai kalangan, seperti pelajar, mahasiswa, dosen, wartawan, dan pengelola taman bacaan.
Hal ini bertujuan, lanjutnya, agar Kawan Sapabukuan mendapatkan buku yang lebih murah dan berkualitas di tengah mahalnya harga buku dan kepentingan kapitalisme dalam dunia perbukuan masa kini. KPM juga berusaha mensosialisasikan Ayo Membaca kepada masyarakat dengan program-program yang akan dilaksanakan KPM.
“Anggota KPM diharapkan juga mampu menularkan ‘virus’ membaca kepada masyarakat. KPM menjadikan membaca sebagai tren, cool, dan aksi peduli kepada Tanah Air Indonesia,” pungkasnya.
Dalam acara tersebut KPM menerima buku sekitar ratusan eksemplar dari wakaf Kawan Sapabukuan. Acara ini juga diselingi dengan musikalisasi puisi dari Teater Noktah serta diskusi tentang KPM, buku, dan taman bacaan di Sumbar.

Comments

Popular posts from this blog

Jakarta Undercover, Seksualitas Membabi Buta Orang-orang Ibu Kota Negara

Judul : Jakarta Undercover 3 Jilid (Sex 'n the city, Karnaval Malam, Forbidden City) Pengarang : Moammar Emka Penerbit : GagasMedia Tebal : 488/394/382 halaman Cetakan : 2005/2003/2006 Harga : Mohon konfirmasi ke penerbit Resensiator : Adek Risma Dedees, penikmat buku Jakarta Undercover, buku yang membuat geger Tanah Air beberapa tahun silam, pantas diacungi empat jempol, jika dua jempol masih kurang. Buku ini menyuguhkan beragam peristiwa dan cerita malam yang kebanyakan membuat kita ternganga tak percaya. Kebiasaan atau budaya orang-orang malam Jakarta yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Ini bukan perihal percaya atau tidak, namun merupakan tamparan fenomena dari kemajuan itu sendiri. Menurut pengakuan penulis dalam bukunya, Moammar Emka (ME), yang seorang jurnalis di beberapa media lokal Ibu Kota, tentu saja cerita ini didapatkan tidak jauh-jauh dari pergulatan kegiatan liputannya sehari-hari. Tidak kurang enam tahun menekuni dunia tulis menulis, ME pun menelurkan ber...

Review Encoding/Decoding by Stuart Hall

Stuart Hall mengkritik model komunikasi linear (transmission approach) –pengirim, pesan, penerima- yang dianggap tidak memiliki konsepsi yang jelas tentang ‘momen-momen berbeda sebagai struktur relasi yang kompleks’ serta terlalu fokus pada level perubahan pesan. Padahal dalam proses pengiriman pesan ada banyak kode –pembahasaan- baik yang diproduksi (encode) maupun proses produksi kode kembali (decode) sebagai suatu proses yang saling berhubungan dan itu rumit. Proses komunikasi pada dasarnya juga berkaitan dengan struktur yang dihasilkan dan dimungkinkan melalui artikulasi momen yang berkaitan namun berbeda satu sama lainnya –produksi, sirkulasi, distribusi/konsumsi, reproduksi (produksi-distribusi-reproduksi). Landasan Hall atas pendekatan ini adalah kerangka produksi komoditas yang ditawarkan Marx dalam Grundrisse dan Capital, terminologi Peirce tentang tanda (semiotic), serta konsep Barthes tentang denotatif dan konotatif yang bermuara pada ideologi (denotative-connotative-id...

Review The Commodity as Spectacle by Guy Debord

Menurut Debord sistem kapitalisme yang mendominasi masyarakat menciptakan kesadaran-kesadaran palsu para penonton atau audiens untuk memenuhi segala bentuk kebutuhan, baik berupa barang (komoditas) ataupun perilaku konsumtif. Kesadaran palsu ini dibangun melalui citra-citra yang abstrak atau bahkan irrasional, yang dianggap rasional oleh penonton, sebagai bentuk pengidentifikasian diri dalam relasi sosial. Relasi sosial ini bergeser jauh dan dimanfaatkan oleh era yang berkuasa sebagai komoditas dalam dunia tontonan. Kaum kapitalis mempunyai kontrol yang kuat atas apapun termasuk mampu mengubah nilai-nilai personal menjadi nilai tukar. Hal ini sejalan dengan otensitas kehidupan sosial manusia, dalam pandangan Debord, telah mengalami degradasi dari menjadi (being) kepada memiliki (having) kemudian mempertontonkan (appearing). Ketiga aspek ini selalu dikendalikan atau disubtitusikan dengan alat tukar yakni uang. Ketika ketiga aspek ini tidak terpenuhi, penonton tidak hanya terjajah (he...