Skip to main content

12 Days Your Shadow Played in My Mind



"You know, I just wanna say I like you and I hope you to be patient to listen what I told and what I want. No more baby. But, in my opinion you are very skeptic of my story. It's not ok. And you know that but you still leave me alone. It is so painful right. Whatever, I wish you will stop off on my site blog in dedees-dedees.blogspot.com, may it happen you think the reason you loved me before" (My heart always goes with the tide to your heart)

Ini menjadi kutipan tergalau pada pekan akhir Maret 2012. Entah karena udara semakin panas, demo sana sini, atau bahkan karena hutang semakin menggunung, tak juga kunjung gajian. Pun dengan kutipan ini rasanya, ada yang terlepas dari pundak kanan. Beban 2,5 kg serasa terhempaskan. Meskipun diikuti dengan kesan mengemis cinta. Oh, poor me bro!

Adalah kisah cinta yang malang Adele semakin mengukuhkan betapa kejujuran mencintai seseorang menjadi dualisme kekuatan baru. Pertama, dengan mengemis cinta plus muka penuh derita, kau benar-benar menjadi makhluk yang sangat pantas diibai dan wajib mendapat santunan. Santunan hati yang kadang tak terganti. Kedua, betapa kau hampir mati dengan racun cinta yang kau ramu sendiri kemudian mencekik lehermu dengan sengaja. Namun, lagi-lagi, kau tak berdaya. Layla wa Majnun memang sudah takdir terlahirkan di setiap 100 km2 di tanah bumi ini.

Dan, I always remember you! Your laugh make me fly.

Aku di sini tak henti-hentinya membayangkan hal-hal gila tentang masa depan. Benar kata tetua negeri kita. Adalah pikiran sebagai senjata sekaligus racun pembunuh bagi mereka yang abai dengan otak dan insting. Aku di sini tengah begitu. Memikirkan banyak kemungkinan yang menyebabkan kita dikenal oleh orang senegeri dan menjadi isu dunia setidaknya hanya selama tiga hari tiga malam. Adalah itu masa dimana kita tengah melangsungkan pesta pernikahan, perkenalan dua keluarga besar, dan conference press. Kenapa harus ada? Karena kamu dan ibumu sangat menginginkan aku. Dan tak peduli betapa kucel dan bodohnya aku yang berasal dari negara agraris yang rakyatnya selalu beranak banyak. Oh, hayalan ini membuatku sulit memejamkan mata dan kadang terkikik sendiri di kamar.

Dan, I always remember you! Your prciousitis make me crazy.

Semakin lama kulamunkan semakin panjang pula cerita itu. Pun dengan melahirkan beragam tokoh yang menyaksikan ritual sakral hubungan kita. Kuharapkan mereka yang menonton menjadi iri dan kecil hati ketika melihat piguraku sebesar pintu rumah tengah dikecup mesra di jidat oleh dirimu yang penuh kharismatik. Sekharismatik lelaki timur dengan stok sperma yang menyebabkan bumi ini penuh sesak oleh anak manusia yang tidak kesemuanya cerdas dan berpotensi korup. Bah! hayalan memiliki anak dibuang, karena ternyata tak enak di telinga.

Aku dan kamu pun terbang dengan pesawat pribadi menuju negeri yang sangat tertib dan berbelanja tidak dengan IDR [rupiah] lagi. So sorry, we'll use £ to get something. Aku pun senangnya setengah mati. Sayangnya, ibuku yang sangat pencemas dan cinta anak itu ingin juga terbang dan menyaksikan malam pertamaku, bahwa aku bukanlah calon perempuan yang lebam-lebam di dalam berumah tangga. Alhasil, tidak. Tentu saja, hayalan ini tak akan merugikan diriku secuil pun.

Dan, I always remember you! Cause your mom is a muslim women.

Di kota itulah aku melanjutkan mimpi-mimpi yang pernah terjual mahal dan mendapatkan laba hampir 1000 kali lipat. Siapa yang tak sudi kawan? Kau dan keluargamu menjamuku bak aku seorang Maryam yang kelak menurunkan juru selamat, seselamatnya perahu Nabi Nuh yang lolos diterjang gelombang tsunami. Kau dan ibumu pun mengajarkanku bagaimana meramu daging babi seperti daging ayam yang kelak akan kita hidangkan untuk tetangga kita pada malam pergantian tahun baru 2015 Masehi. Aku senang, ibumu apalagi.

Aku hidup bersamamu bertahun dan berpuluh tahun kemudian. Namun, aku tak bisa menuliskan di sini bagaimana angkuhnya dirimu di depanku dan yang kau inginkan hanyalah no time play around me! You know, you're so lumpy man.

Comments

Popular posts from this blog

Jakarta Undercover, Seksualitas Membabi Buta Orang-orang Ibu Kota Negara

Judul : Jakarta Undercover 3 Jilid (Sex 'n the city, Karnaval Malam, Forbidden City) Pengarang : Moammar Emka Penerbit : GagasMedia Tebal : 488/394/382 halaman Cetakan : 2005/2003/2006 Harga : Mohon konfirmasi ke penerbit Resensiator : Adek Risma Dedees, penikmat buku Jakarta Undercover, buku yang membuat geger Tanah Air beberapa tahun silam, pantas diacungi empat jempol, jika dua jempol masih kurang. Buku ini menyuguhkan beragam peristiwa dan cerita malam yang kebanyakan membuat kita ternganga tak percaya. Kebiasaan atau budaya orang-orang malam Jakarta yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Ini bukan perihal percaya atau tidak, namun merupakan tamparan fenomena dari kemajuan itu sendiri. Menurut pengakuan penulis dalam bukunya, Moammar Emka (ME), yang seorang jurnalis di beberapa media lokal Ibu Kota, tentu saja cerita ini didapatkan tidak jauh-jauh dari pergulatan kegiatan liputannya sehari-hari. Tidak kurang enam tahun menekuni dunia tulis menulis, ME pun menelurkan ber...

Review Encoding/Decoding by Stuart Hall

Stuart Hall mengkritik model komunikasi linear (transmission approach) –pengirim, pesan, penerima- yang dianggap tidak memiliki konsepsi yang jelas tentang ‘momen-momen berbeda sebagai struktur relasi yang kompleks’ serta terlalu fokus pada level perubahan pesan. Padahal dalam proses pengiriman pesan ada banyak kode –pembahasaan- baik yang diproduksi (encode) maupun proses produksi kode kembali (decode) sebagai suatu proses yang saling berhubungan dan itu rumit. Proses komunikasi pada dasarnya juga berkaitan dengan struktur yang dihasilkan dan dimungkinkan melalui artikulasi momen yang berkaitan namun berbeda satu sama lainnya –produksi, sirkulasi, distribusi/konsumsi, reproduksi (produksi-distribusi-reproduksi). Landasan Hall atas pendekatan ini adalah kerangka produksi komoditas yang ditawarkan Marx dalam Grundrisse dan Capital, terminologi Peirce tentang tanda (semiotic), serta konsep Barthes tentang denotatif dan konotatif yang bermuara pada ideologi (denotative-connotative-id...

Review The Commodity as Spectacle by Guy Debord

Menurut Debord sistem kapitalisme yang mendominasi masyarakat menciptakan kesadaran-kesadaran palsu para penonton atau audiens untuk memenuhi segala bentuk kebutuhan, baik berupa barang (komoditas) ataupun perilaku konsumtif. Kesadaran palsu ini dibangun melalui citra-citra yang abstrak atau bahkan irrasional, yang dianggap rasional oleh penonton, sebagai bentuk pengidentifikasian diri dalam relasi sosial. Relasi sosial ini bergeser jauh dan dimanfaatkan oleh era yang berkuasa sebagai komoditas dalam dunia tontonan. Kaum kapitalis mempunyai kontrol yang kuat atas apapun termasuk mampu mengubah nilai-nilai personal menjadi nilai tukar. Hal ini sejalan dengan otensitas kehidupan sosial manusia, dalam pandangan Debord, telah mengalami degradasi dari menjadi (being) kepada memiliki (having) kemudian mempertontonkan (appearing). Ketiga aspek ini selalu dikendalikan atau disubtitusikan dengan alat tukar yakni uang. Ketika ketiga aspek ini tidak terpenuhi, penonton tidak hanya terjajah (he...