Skip to main content

Sejuta Cinta di Sini




Tak pernah terpikirkan sebelumnya bahwa bantuan dan cinta datang menghampiri kapan dan dimana saja kita berada. Tak terduga-duga, dari sahabat kecil, sahabat baru, teman baru, dan dukungan dari orang-orang yang sangat mencintai serta dicintai. Cinta itu datang bercucuran bak hujan di sore hari. Silih berganti dalam berbagai model dan bentuk.
Awalnya sangat tidak percaya, namun kemudian cinta menghampiri setiap detik dan hari yang kita jalani. Tak kenal lelah dan tak kenal waktu. Kapan cinta datang maka berbunga-bungalah hati. Kapan cinta mampir maka serasa damai dan sejuknya bumi ini. Kapan cinta datang, oh karunia-Mu memang di luar kemampuan kami.
Begitulah cinta menghampiri setiap detik perjalanan hidupku di kota ini. Mencari peruntungan, ada saja sahabat kecil dan sahabat baru yang menghampiri biasa yang memberi jalan dan kenalan untuk lebih bermanfaat di sekitar lingkungan kita. Mencari makanan enak, lagi, ada saja para sahabat yang meluangkan waktu dan tenaga berkunjung kian kemari hanya untuk memberi pengalaman bagaimana gurihnya masakan khas kota ini.
Cinta besar dan luar biasa ini datang tak begitu saja. Nikmat yang diturunkan oleh Sang Pencipta kepada kita semua pada hari ini adalah satu karunia atas bentuk kecintaan dan kesayangan Tuhan kepada kita, ciptaannya. Rasa cinta itu pula yang dituangkan oleh Tuhan kepada para sahabat yang telah bermurah hati membantu, mengayomi, serta mencintai kita apa adanya. Di sini aku menemukan cinta yang mungkin tak mudah untuk membalasnya.
Hidup, kata Ibu, tak selalu berjalan mulus. Ada saja hambatan serta rintangan yang harus kita lalui dan hadapi. Berbagai rintangan itu tak pula terduga dan tak disangka-sangka datangnya. Soal kemampuan, setiap kita mampu menghadapi dan melewatkan rintangan itu dengan sabar dan mawas diri. Tak ada jurus yang paling ampuh di dunia ini selain kesabaran dan berpikir baik kepada Sang Khalik atas segala rahmat maupun hal-hal yang belum ingin kita terima.
Pun demikian dengan para sahabat di sekeliling kita. Energi-energi positif yang mereka berikan, awalnya mungkin tak begitu berarti bagi kita saat itu, namun percayalah, lambat laun, energi itu merupakan salah satu tongkat untuk berdiri kembali ketika kita rapuh dan roboh. Sifat-sifat Sang Khalik memang tak selalu dimiliki oleh setiap manusian. Namun, fitrah manusia adalah sifat-sifat tersebut yang sudah diturunkan Tuhan sejak kita masih janin. Hanya saja, udara, kehidupan, dan silaunya mata akan keindahan dunia yang gagah ini membuat sifat-sifat itu seperti tertutup abu nan tebal. Kita cenderung memikirkan diri sendiri. Kita cenderung meremehkan serta merendahkan orang lain. Kita cenderung menganggap kebutuhan dan keinginan orang lain tak penting dan tak perlu dipertimbangkan apalagi diperjuangkan.
Sosok manusia yang seperti itu, hampir pernah dialami oleh masing-masing kita, manusia biasa. Termasuk saya sebagai penulis kisah ini. Bahkan sesuatu yang kejam juga pernah kita lakukan kepada orang lain yang baru kita kenal dan menganggap pantas hal itu mereka terima. Tak jarang pula mungkin kita disumpahi dan dicap sebagai anak kurang ajar, kurang etis, dan seterusnya. Begitulah, jika perlakuan yang diberikan kepada orang lain bertentangan dengan fitrah manusia serta sifat-sifat Sang Khalik kita.
Di sini, saya ingin menuliskan bahkan mungkin sebuah keabdian, bahwa para sahabat yang sudah dan sedang menyebarkan banyak cinta kepada para sahabat yang lain yakni mereka adalah, Mba Lovely Husna, Ana sang sahabat kecil yang imut, Amril dan Purwa, duo sahabat yang paling super, Mba Anis yang rame dan memotivasi, serta beberapa orang sahabat baru yang datang dari berbagai kampus di kota ini. Mereka, para sahabat saling membantu sesuai kemampuan mereka terhadap apa yang dibutuhkan. Beragam dan sangat meringankan.
Perjalanan yang sudah beberapa kali pernah dijalani ini mengajarkan betapa hubungan antarmanusia yang penuh tepa selira, sangat diperhitungkan. Hubungan yang menempatkan siapa kita, baik dari tingkat pendidikan, pengetahuan, sosial, dan politik itu akan menentukan bagaimana cara kita memposisikan diri terhadap orang lain. Baik yang baru dikenal maupun yang sudah cukup lama dikenal. Di sini, kita diuji untuk bisa bertahan sebagai pemenang ataupun mundur sebagai orang yang kelak penuh dengan penyesalan. Bergabung dengan para sahabat kecil dan baru tanpa harus melebur dengan karakter mereka yang mungkin belum sesuai dengan hati nurani kita-pada sisi ini, kita tak bisa berkata-kata lagi.

Comments

Popular posts from this blog

Jakarta Undercover, Seksualitas Membabi Buta Orang-orang Ibu Kota Negara

Judul : Jakarta Undercover 3 Jilid (Sex 'n the city, Karnaval Malam, Forbidden City) Pengarang : Moammar Emka Penerbit : GagasMedia Tebal : 488/394/382 halaman Cetakan : 2005/2003/2006 Harga : Mohon konfirmasi ke penerbit Resensiator : Adek Risma Dedees, penikmat buku Jakarta Undercover, buku yang membuat geger Tanah Air beberapa tahun silam, pantas diacungi empat jempol, jika dua jempol masih kurang. Buku ini menyuguhkan beragam peristiwa dan cerita malam yang kebanyakan membuat kita ternganga tak percaya. Kebiasaan atau budaya orang-orang malam Jakarta yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Ini bukan perihal percaya atau tidak, namun merupakan tamparan fenomena dari kemajuan itu sendiri. Menurut pengakuan penulis dalam bukunya, Moammar Emka (ME), yang seorang jurnalis di beberapa media lokal Ibu Kota, tentu saja cerita ini didapatkan tidak jauh-jauh dari pergulatan kegiatan liputannya sehari-hari. Tidak kurang enam tahun menekuni dunia tulis menulis, ME pun menelurkan ber...

Kado Setelah Ujian Skripsi

Tak terasa sudah lebih tiga tahun menggeluti Program Studi Sastra Indonesia di salah satu kampus negeri kota Padang ini. Pada hari itu, Rabu, 20 Juli 2011, sekitar pukul 08.00 waktu setempat, saya mulai mempertanggungjawabkan tugas akhir atau skripsi yang saya buat di depan para penguji, baik yang bergelar professor, doctor, dan seterusnya. Memakan waktu sekitar 2 jam, saya mati-matian mempertahankan teori dan interpretasi saya mengenai gender dan feminisme di depan penguji. Alhamdulillah, saya dinyatakan lulus oleh professor yang membimbing tugas akhir saya di kampus. Sebelumnya, Selasa malam, saya menerima pesan pendek dari Panitia Lomba Menulis tentang Bung Hatta yang diadakan oleh Perpustakaan Proklamator Bung Hatta Bukittinggi sekitar sebulan lalu, Juni 2011. Isi pesan itu, saya disuruh mengecek siapa saja yang beruntung menang dalam perlombaan tersebut, ada yang terpampang di home page nya ataupun terpampang di Harian Umum Singgalang pada Rabu itu. Ya, karena cukup sibuk memper...

Gilby Mohammad