Skip to main content

K0P3r, Komunitas Nyentrik ala Kita-Kita




Awalnya, memang keterbatasan pendanaan di kantung masing-masing kami mahasiswa. Bagaimana tidak, duit sebanyak Rp 500 ribu per bulan sudah masuk sewa kost dan kontrakan serta uang bakwan untuk jajan di sore hari, mana cukup untuk hidup mahasiswa. Belum lagi listing kebutuhan kuliah, seperti buku-buku tua request dari sang dosen yang harus dipenuhi, foto copy selebaran sana sini yang berisi silabus dan seterusnya yang mengular, seperti ular piton. Dan yang paling apes mahasiswa yang tengah berulang tahun, atawa mahasiswa yang tiga kali seminggu jalan ke luar dengan si boy, ya harus bawa ‘password’ dong baliknya ke kost atawa kontrakan. Jika tak ingin mati berdiri digigit nyamuk di luar sana pada malam hari yang kelam dan dingin. Bagaimana tidak kere?

Nah, inilah awalnya kami mendirikan sebuah komunitas yang secara nggak sadar diberi nama oleh saudara tiri saya, Mbak, K0P3r, alias komunitas online perai. Ya, perai itu artinya ogah membayar tapi tetap mau update status, heee. Kira-kira K0P3r ini tak sengaja kami deklarasikan pada minggu-minggu saya sering kembung karena banyak makan jengkol dan sambel sehingga masuk angin, yang sebentar-bentar saya bersendawa, kentut, hingga mencret. Perlu diketahui, pada saat itu saya kerap sekali membayangkan kematian. Mimpi jumpa ni kunti, badan panas dingin, dan mual-mual. Ngeri dech pokoknya. Sekitar pertengahan September 2011, ya mulai tanggal 11 hingga 24 Septemberlah. Dimana pada bulan itu, kota Padang Tercinta Kujaga dan Kubela sedang susah-susahnya meredam banyak hujan yang turun ke bumi Sitti Nurbaya itu. Saat itulah Mbak, dengan tampangnya yang aneh dan gagah perkasa plus tingkat kepercayaan diri yang tak terhingga ala Bung Karno mendeklarasikan K0P3r kepada saya yang hanya mesem-mesem mendengarkannya.

Cara kerja K0P3r itu begini, awalnya kita sepakat via hape atawa face to face berjanji akan menuntaskan niat mengaupdate status ini tanpa membayar, ya K0Per. Biasanya kalau nggak Mbak ya aku yang mulai. Nah, isi SMS ato telponnya begini.
Aku : “Mbak, kita K0P3r ntar sore yuk?” atawa
Mbak : “Dek, ntar siang kemana? K0P3r yuk?”
Biasanya dua ajakan ini via hape butut kita masing-masing. Ya si Mbak pake hape Samsungnya yang pink kayak udang abis ditampar itu, atawa Nokia mungil yang nggak jelas warnanya itu. Kalau aku, via hape Nexian. Hape gratisan yang nggak bisa ngapa-ngapain selain nelpon dan SMS. Sial banget dapat hape hadiah. Tampangnya mah cool, tapi isinya, kayak kubangan kerbau, masa mau FB an mesti nunggu si Mbak pulang dari umrah baru nongol tuh banner biru Facebook . Ya paling-paling sumpah serapah mewarnai tuh hape. Walaupun begitu, aku tetap sayang hape Cina itu.
Nah, jawaban SMS ato telponnya biasanya begini nih.
Mbak : “Ah boleh-boleh. Jam berapa? Jangan lupa bawa colokan ya, hihi”
Dan kalau aku,

Aku : “Mantab tuh, abis Zuhur ya Mbak, sampe malem, hahaha”
Ini negosiasi yang pake hape. Kalau hidung jumpa hidung, lain lagi ceritanya. Mau tahu kan? Begini dialognya.
Mbak : “Dek, udah lama nih kita nggak K0P3r. Mbak suntuk banget. Dan nggak tahu juga mau kemana malam ini (hihi, ketauan si Mbak jomblo),” atawa

Aku : “Mbak, Adek mau kirim email nih, (alasannya mah kirim email biar nampak keren dan sibuk), tapi kayaknya lebih asyik deh kalo kita K0P3r. Nggak kemana-mana kan sore ato ntar malem?”

Dan kita ngejawabnya dengan lirikan mata dan senyum penuh arti. Ups, lu-lu yang baca jangan mikir macem-macem dulu ya. Kita nggak lebong kok, alias lesbian. Inget tuh. Karena, Mbak itu saudara aku.

Selanjutnya, sesuai jadwal K0P3r yang telah disetujui, kami pun menuju kawasan kampus yang sekitar 75% menyediakan free wi-fi kepada siapa saja yang punya notebook serta laptop yang terkoneksi wi-fi dengan baik. Kalau laptopmu ndeso dan jauh dari pergaulan, ya kamu bakal bejamur nunggu agar bisa terkoneksi dengan wi-fi kampusku. Ngadat abis dan pasti jengkelin banget. Bisa bikin kamu gantung diri di musala kampus juga tuh. Abis semua orang keasyikan ama kotak ajaib mereka sedangkan kamu cuma gigit jari sambil mikirin gimana kerennya cara gantung diri.

Nah, kalau kami biasanya mangkal di fakultas seni, ya fakultas kami dong. Banyak juga kawasan yang cukup asyik ditongkrongi kapan saja. Baik itu di kawasan fakultas maupun di kawasan nonfakultas. Selain makan minum, kamu juga bakal lebih santai lagi nongkrong di sana. Karena nggak jarang juga yang justru K0P3r ama pasangan masing-masing. Ya itung-itung hemat pacaran, hoho.

Dan biasanya kita berangkat pakai scoopy Mbak yang jago abis. Karena tu scoopy bisa ngerti perasaan kita, kapan Mbak mesti ngebut dan kapan mesti ngesot jalannya. Tu scoopy ngerti banget deh apa yang kita inginkan. Siap sedia kapan ajah. Yang jelas tu scoopy harus dikasih makan, ya kalau nggak spageti minimal jagung bakar lah. Kalo udah kenyang, kemana pun kita pergi bakal dianter deh.

Udah jelas hal yang paling digemari waktu K0P3r ya facebook. Di sana kita bisa apa ajah. Mau intip-intip, mau nyebarin gossip, mau bikin orang gerah, mau pasanng ranjau, dan mau selingkuh juga okeh tuh. Paling asyiknya ya bikin orang penasaran. Semua jalinan jadi semakin hangat mah di fb itu. Udahlah, pasti kalian yang baca paham maksud aku.

Selain fb, tentu banyak juga situs lain yang bisa diakses yang bikin kita terkekeh-kekeh hingga perut meledak. Banyak situs yang bikin kami geleng-geleng, sorak sorai, ataupun memaki-maki nggak jelas gitu. Dan Mbak suka terharu dan berdecak kaget. “Kok gitu ya Dek?” dengan ekspresi yang udah kebayang nelangsanya.

Beberapa hari setelah K0P3r…

Alhasil, setelah kami sadari ternyata banyak buanget pengikut K0P3r itu. Memang sih tidak seperti kami, terdaftar dengan jelas. Dengan setia Mbak ketua, saya anggota. Nggak jelas dari mana asal muasal tuh spesies. Dan setahu saya bukan hanya dari fakultas dan kampus kita. Pasti deh ada dari kampus lain nih di kota Padang. Pernah suatu kali, jumpa senior yang udah kerja di kampus yang teknologinya kesohor banget canggihnya di kota ini, eh nggak tahunya nangkring juga di fakultas kita buat, ya buat K0P3r juga. Doi curhat, akses fb aja lamanya minta ampun, susah deh pokoknya di kampus di tengah sawah itu, curhatnya padaku. Weh! Sontak aku kaget hampir mati. Masa sie? Kampus anu lola koneksi internetnya, nggak percaya abis aku. Tapi, dia marah karena aku nggak percaya. Yaudah, aku percaya kalau tu kampus ternyata suka umbar janji.

Untuk beberapa pekan bahkan berganti bulan, pengikut ordo K0P3r pun semakin bejibun. Karena aku dan Mbak suka nongkrong dimana-mana dan tentunya bawa laptop, ya kayak di kfc misalnya, kami pun berusaha mindahin tuh virus ke temen yang cukup dekat. Alhamdulillah yah, beberapa temen mulai ikut-ikutan ordo K0P3r. Horeee. Dan aku merasa ini menjadi sesuatu yang patut aku tulis di blog ini.

Comments

Popular posts from this blog

Jakarta Undercover, Seksualitas Membabi Buta Orang-orang Ibu Kota Negara

Judul : Jakarta Undercover 3 Jilid (Sex 'n the city, Karnaval Malam, Forbidden City) Pengarang : Moammar Emka Penerbit : GagasMedia Tebal : 488/394/382 halaman Cetakan : 2005/2003/2006 Harga : Mohon konfirmasi ke penerbit Resensiator : Adek Risma Dedees, penikmat buku Jakarta Undercover, buku yang membuat geger Tanah Air beberapa tahun silam, pantas diacungi empat jempol, jika dua jempol masih kurang. Buku ini menyuguhkan beragam peristiwa dan cerita malam yang kebanyakan membuat kita ternganga tak percaya. Kebiasaan atau budaya orang-orang malam Jakarta yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Ini bukan perihal percaya atau tidak, namun merupakan tamparan fenomena dari kemajuan itu sendiri. Menurut pengakuan penulis dalam bukunya, Moammar Emka (ME), yang seorang jurnalis di beberapa media lokal Ibu Kota, tentu saja cerita ini didapatkan tidak jauh-jauh dari pergulatan kegiatan liputannya sehari-hari. Tidak kurang enam tahun menekuni dunia tulis menulis, ME pun menelurkan ber...

Review Encoding/Decoding by Stuart Hall

Stuart Hall mengkritik model komunikasi linear (transmission approach) –pengirim, pesan, penerima- yang dianggap tidak memiliki konsepsi yang jelas tentang ‘momen-momen berbeda sebagai struktur relasi yang kompleks’ serta terlalu fokus pada level perubahan pesan. Padahal dalam proses pengiriman pesan ada banyak kode –pembahasaan- baik yang diproduksi (encode) maupun proses produksi kode kembali (decode) sebagai suatu proses yang saling berhubungan dan itu rumit. Proses komunikasi pada dasarnya juga berkaitan dengan struktur yang dihasilkan dan dimungkinkan melalui artikulasi momen yang berkaitan namun berbeda satu sama lainnya –produksi, sirkulasi, distribusi/konsumsi, reproduksi (produksi-distribusi-reproduksi). Landasan Hall atas pendekatan ini adalah kerangka produksi komoditas yang ditawarkan Marx dalam Grundrisse dan Capital, terminologi Peirce tentang tanda (semiotic), serta konsep Barthes tentang denotatif dan konotatif yang bermuara pada ideologi (denotative-connotative-id...

Review The Commodity as Spectacle by Guy Debord

Menurut Debord sistem kapitalisme yang mendominasi masyarakat menciptakan kesadaran-kesadaran palsu para penonton atau audiens untuk memenuhi segala bentuk kebutuhan, baik berupa barang (komoditas) ataupun perilaku konsumtif. Kesadaran palsu ini dibangun melalui citra-citra yang abstrak atau bahkan irrasional, yang dianggap rasional oleh penonton, sebagai bentuk pengidentifikasian diri dalam relasi sosial. Relasi sosial ini bergeser jauh dan dimanfaatkan oleh era yang berkuasa sebagai komoditas dalam dunia tontonan. Kaum kapitalis mempunyai kontrol yang kuat atas apapun termasuk mampu mengubah nilai-nilai personal menjadi nilai tukar. Hal ini sejalan dengan otensitas kehidupan sosial manusia, dalam pandangan Debord, telah mengalami degradasi dari menjadi (being) kepada memiliki (having) kemudian mempertontonkan (appearing). Ketiga aspek ini selalu dikendalikan atau disubtitusikan dengan alat tukar yakni uang. Ketika ketiga aspek ini tidak terpenuhi, penonton tidak hanya terjajah (he...