Skip to main content

My Fast_The Second Week_August 2011



Memasuki pekan ke dua mengikuti puasa ramadhan 1432 Hijriah tahun 2011 ini, saya ditemani gadis kecil baru. Ia mahasiswa baru yang ngekost di tempat kostku. Bertubuh mungil, rambut panjang lurus nan lebat dan legam serta teronggok kaca mata minus yang cukup tebal di wajahnya. Oh, rupanya gadis kecil ini mengalami kerusakan mata di usia yang sangat muda. Aku jadi kasihan. Karena ia begitu sulit, bagiku, membaca SMS dan membaca apa saja yang ada di kamar ini.

Pekan ke dua puasa ini, cobaan sepertinya semakin besar dan menuntutku agar lebih kuat. Mulai dari tingkah sedikit aneh gadis kecil di kamarku, aktivitas kampus yang semakin padat dan sepertinya untuk yang terakhir kali aku penuhi, undangan sana sini buka puasa yang cukup membuat kocekku terseok-seok, dan cobaan dalam bentuk lain. Puasa ini begitu mengharu biru dan berbeda dari puasa tahun kemarin.

Pada puasa ini pula, aku menargetkan untuk selalu memenuhi salat sunah tarawihku baik kulakukan di masjid dan musala maupun di kamar kostku sendiri. Tak apa. Karena bagiku, melengkapi setiap malam ramadhan dengan salat sunah tarawih merupakan sesuatu yang tak ingin kulewati lagi. Aku merasakan kenikmatan yang luas biasa dengan salat sunah satu ini. Salat sunah yang selalu kujalankan sebanyak 8 rakaat plus 3 rakaat ini kuusahakan selalu mengiringiku sebelum menjelang melepas lelah, tidur. Salat ini begitu menenangkan dan membuatku semakin dekat dengan orang-orang yang kucintai dan tentu saja dengan Sang Pencipta kita.

Tak beberapa lama, puasa pekan ke dua ini pun dipenuhi dengan orang-orang yang membuat aku selalu gembira dan terpingkal-pingkal, ya teman-teman kostku yang gokil dan noraknya minta ampun. Kebahagian ramadhan memang tak bisa disangka-sangka. Allah Swt, sangat mencintai dan peduli kepada kita dengan caranya sendiri-sendiri. Ya, mengirimkanku teman-teman dari orang-orang terbaik ciptaan-Mu. Untuk kesempatan ini aku kembali mengucap syukur akan karunia berlimpah yang diberikan kepadaku dengan tangan-tangan-Nya. Ah, ramadhan sebenarnya aku tak mau kau tinggalkan.

Pun begitu dengan teman hati yang menemaniku sejak dua tahun terakhir. Satu sisi, kadang ia membuatku malu dan jengkel setengah mati. Namun sisi positif dan konstruktifnya jauh lebih besar. Ia memotivasi, memberi saran ini itu, dan apresiasi yang tulus kepadaku ketika aku mengalami hal-hal positif dan membanggakan. Pun ia menjadi orang pertama untuk aku curhati dalam keadaan tertentu. Selain keluargaku tercinta yang segala-galanya bagiku, saat ini. Terima kasih. Allah Swt, mengirimkan satu makhluk ‘aneh’ yang siap siaga menjadi kawan hati dan sahabat baik.

Namun, ada sedikit penurunan yang kualami, mungkin karena sitaan waktu yang lebih besar mengurus sana sini, kuantitas aku menulis jadi berkurang. Ya menulis hal-hal yang sangat aku sukai waktu ini. Menulis segala hal mengenai keadaan di sekitar lingkunganku. Ya, aku jarang beli koran, karena kadang tak di kota ini ketika akhir pekan. Mengurus urusan lain yang jauh lebih penting dan mendadak. Urusan yang menyangkut masa depan. Tapi, tentu saja aku tak mencoba meninggalkan diri untuk mengikuti perkembangan informasi di dunia online, tentang apa saja yang tentu saja bermanfaat untukku. Detik-detik terakhir aku di kampus ini cukup menyita banyak waktu, tenaga, dan uang. Tabungan pun mirip macan ompong yang melongo saja ketika aku bongkar untuk memenuhi kebutuhan semua ini.

My fast ini begitu menggugah dan bermakna. Jauh lebih bermakna dari tahun kemarin. Ramadhan menjadi jauh lebih berarti dan mencoba mengikis dosa-dosa selama ini yang tertumpuk di dalam diriku. Kepada Allah Swt, aku berharap besar, setelah ramadhan tak lagi mendampingiku, aku tak ingin semua berjalan seperti biasa-biasa saja. Hidup ini tentu saja berjalan dengan caranya sendiri dan tentu saja mampu membuat kehidupanku jauh lebih baik dan berarti sesuai dengan mimpi-mimpi yang kubangun dengan apik dan elok selama ini. Melalui jiwa struggle harus kupupuk dengan baik sejak sekarang ini. Jiwa itu telah tumbuh dan segar dalam tubuhku, tinggal sekarang bagaimana aku memupuk agar jiwa struggle ini berkembang dan membawa kebaikan serta kemuliaan baik untuk diriku, keluarga, maupun untuk masyarakatku. Semoga ya Allah Swt.



Comments

Popular posts from this blog

Jakarta Undercover, Seksualitas Membabi Buta Orang-orang Ibu Kota Negara

Judul : Jakarta Undercover 3 Jilid (Sex 'n the city, Karnaval Malam, Forbidden City) Pengarang : Moammar Emka Penerbit : GagasMedia Tebal : 488/394/382 halaman Cetakan : 2005/2003/2006 Harga : Mohon konfirmasi ke penerbit Resensiator : Adek Risma Dedees, penikmat buku Jakarta Undercover, buku yang membuat geger Tanah Air beberapa tahun silam, pantas diacungi empat jempol, jika dua jempol masih kurang. Buku ini menyuguhkan beragam peristiwa dan cerita malam yang kebanyakan membuat kita ternganga tak percaya. Kebiasaan atau budaya orang-orang malam Jakarta yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Ini bukan perihal percaya atau tidak, namun merupakan tamparan fenomena dari kemajuan itu sendiri. Menurut pengakuan penulis dalam bukunya, Moammar Emka (ME), yang seorang jurnalis di beberapa media lokal Ibu Kota, tentu saja cerita ini didapatkan tidak jauh-jauh dari pergulatan kegiatan liputannya sehari-hari. Tidak kurang enam tahun menekuni dunia tulis menulis, ME pun menelurkan ber...

Gilby Mohammad

Kado Setelah Ujian Skripsi

Tak terasa sudah lebih tiga tahun menggeluti Program Studi Sastra Indonesia di salah satu kampus negeri kota Padang ini. Pada hari itu, Rabu, 20 Juli 2011, sekitar pukul 08.00 waktu setempat, saya mulai mempertanggungjawabkan tugas akhir atau skripsi yang saya buat di depan para penguji, baik yang bergelar professor, doctor, dan seterusnya. Memakan waktu sekitar 2 jam, saya mati-matian mempertahankan teori dan interpretasi saya mengenai gender dan feminisme di depan penguji. Alhamdulillah, saya dinyatakan lulus oleh professor yang membimbing tugas akhir saya di kampus. Sebelumnya, Selasa malam, saya menerima pesan pendek dari Panitia Lomba Menulis tentang Bung Hatta yang diadakan oleh Perpustakaan Proklamator Bung Hatta Bukittinggi sekitar sebulan lalu, Juni 2011. Isi pesan itu, saya disuruh mengecek siapa saja yang beruntung menang dalam perlombaan tersebut, ada yang terpampang di home page nya ataupun terpampang di Harian Umum Singgalang pada Rabu itu. Ya, karena cukup sibuk memper...