Skip to main content

Pusaran Angin, Wisata Nyata Tak Terjamah




Jika anda ingin menikmati panorama alam danau kebanggaan masyarakat Batusangkar dan Solok, Danau Singkarak dari ketinggian, ada baiknya anda mengunjungi tempat ini. Namanya Pusaran Angin. Sesuai namanya, tempat ini adalah tempat perputaran angin dari arah timur ke arah barat. Tepatnya angin yang berhembus dari daerah Solok menuju Padang.
Kawasan wisata ini terletak di jorong Payorapuah, kecamatan Batipuah, kabupaten Tanah Datar. Pusaran Angin sendiri terletak di atas ketinggian sekitar… dari permukaan laut. Dari atas ini kita bisa langsung menyaksikan luas dan indahnya Danau Singkarak yang memisahkan dua kabupaten di Sumatra Barat, Batusangkar dan Solok.
Ditemani semilir angin dan kabut, anda akan sangat terbuai dan terpana. Seolah-olah anda sedang berada di atas awan. Jika anda sedang beruntung, cuaca cerah dan langit bersih di siang hari, maka anda akan sangat terkagum-kagum dengan panorama alam yang begitu memukau. Namun jika tidak, yang akan anda lihat hanyalah kabut tebal, yang membuat pemandangan hanya berjarak semester ke depan. Selebihnya kabut.
Belum lagi lereng Pusaran Angin. Sepanjang jalan menuju tempat ini, dipenuhi padi ladang milik masyarakat. Selain itu, pohon-pohon sawo berjejeran sepanjang jalan. Walaupun kawasan ini tempat wisata, namun masyarakat boleh bercocok tanam. Asal tidak merusak kawasan wisata ini.
Sekitar 200 meter menuruni jalan beraspal tipis dengan lebar 1,5 meter, tempat wisata Pusaran Angin, anda akan langsung disuguhi pemandangan yang eksotik. Telaga pemandian. Luas telaga ini sekitar seperempat hektar. Di telaga ini, kebetulan di belakang masjid, masyarakat menjalankan kegiatan sehari-hari; mandi dan mencuci. Air telaga ini tidak digunakan warga untuk memasak dan minum. Juga tidak untuk membuang hajat.
Airnya tidak terlalu jernih. Walau begitu telaga ini selalu ramai dikunjungi warga setempat. Bukan berarti mereka tidak memiliki sumur. Namun ini lah kebiasaan masyarakat sekitar. Jika anda berkunjung, anda juga harus mengunjungi telaga yang melegenda ini.
Andainya anda tertarik ke Pusaran Angin, anda bisa langsung ke tempat ini. Dari pasar Padang Panjang anda langsung saja ke Batipuah, sekitar 30 km perjalanan. Kendaraan yang tersedia ada ojek dan mini bus. Sayangnya mini bus hanya beroperasi pada Senin dan Jumat. Karena hari itu adalah hari pasarnya Padang Panjang. Dan penumpang lebih banyak waktu itu. Hari lainnya, mini bus ini tidak beroperasi ke Batipuah.
Pusaran Angin, adalah salah satu kawasan berpotensi di ranah Minang. Seperti tahun 2001 lalu, olahraga paralayang internasional pernah diadakan di tempat ini. Sebanyak 180 negara ikut serta dalam even tersebut. Ada dari Malaysia, Amerika, Australia, dan tentunya dari Indonesia sendiri serta negara lainnya. Karena potensi alamnya yang khas dan menarik.
Sayangnya, beberapa tahun terakhir olahraga ini, jarang diadakan di Pusaran Angin. Pasalnya, masih susahnya jangkauan pengunjung ke tempat ini. Akses transportasi masih minim. Serta pengembangan kawasan wisata pun dari pemerintah setempat belumlah maksimal. Hal ini terbukti dari kuantitas pengunjung ke Pusaran Angin. Tempat ini hanya diramaikan oleh wisatawan pada tahun baru, sesekali akhir pekan. Selebihnya tidak.
Masyarakat dan organisasi karang taruna setempat tidak bisa berbuat banyak. Mereka hanya menunggu kalau-kalau Pusaran Angin bisa menyaingi Ngarai Sianok, ya, setidaknya selevel. Namun hingga saat ini hal tersebut belum menampakkan tanda-tanda. Pusaran Angin masih sepi pengunjung, hanya angin yang berseliweran di tempat itu dan tak pernah bosan.

Comments

Popular posts from this blog

Jakarta Undercover, Seksualitas Membabi Buta Orang-orang Ibu Kota Negara

Judul : Jakarta Undercover 3 Jilid (Sex 'n the city, Karnaval Malam, Forbidden City) Pengarang : Moammar Emka Penerbit : GagasMedia Tebal : 488/394/382 halaman Cetakan : 2005/2003/2006 Harga : Mohon konfirmasi ke penerbit Resensiator : Adek Risma Dedees, penikmat buku Jakarta Undercover, buku yang membuat geger Tanah Air beberapa tahun silam, pantas diacungi empat jempol, jika dua jempol masih kurang. Buku ini menyuguhkan beragam peristiwa dan cerita malam yang kebanyakan membuat kita ternganga tak percaya. Kebiasaan atau budaya orang-orang malam Jakarta yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Ini bukan perihal percaya atau tidak, namun merupakan tamparan fenomena dari kemajuan itu sendiri. Menurut pengakuan penulis dalam bukunya, Moammar Emka (ME), yang seorang jurnalis di beberapa media lokal Ibu Kota, tentu saja cerita ini didapatkan tidak jauh-jauh dari pergulatan kegiatan liputannya sehari-hari. Tidak kurang enam tahun menekuni dunia tulis menulis, ME pun menelurkan ber...

Gilby Mohammad

Kado Setelah Ujian Skripsi

Tak terasa sudah lebih tiga tahun menggeluti Program Studi Sastra Indonesia di salah satu kampus negeri kota Padang ini. Pada hari itu, Rabu, 20 Juli 2011, sekitar pukul 08.00 waktu setempat, saya mulai mempertanggungjawabkan tugas akhir atau skripsi yang saya buat di depan para penguji, baik yang bergelar professor, doctor, dan seterusnya. Memakan waktu sekitar 2 jam, saya mati-matian mempertahankan teori dan interpretasi saya mengenai gender dan feminisme di depan penguji. Alhamdulillah, saya dinyatakan lulus oleh professor yang membimbing tugas akhir saya di kampus. Sebelumnya, Selasa malam, saya menerima pesan pendek dari Panitia Lomba Menulis tentang Bung Hatta yang diadakan oleh Perpustakaan Proklamator Bung Hatta Bukittinggi sekitar sebulan lalu, Juni 2011. Isi pesan itu, saya disuruh mengecek siapa saja yang beruntung menang dalam perlombaan tersebut, ada yang terpampang di home page nya ataupun terpampang di Harian Umum Singgalang pada Rabu itu. Ya, karena cukup sibuk memper...