Skip to main content

Termudah Menjadi Orang yang Gampang Senyum

Senyum adalah sedekah. Senyum dapat mencairkan suasana dan mengakrabkan diri dengan orang lain. Tapi kita terkadang agak sulit untuk tersenyum. Terlebih jikaharus foto bersama. Tak peduli wajah anda fotogenik atau tidak, kalau tidak senyum rasanya kurang memikat.

Bagaimana caranya agar anda menjadi ornag yang mudah senyum??? Caranya gampang. Lakukan kiat-kiat mudah berikut:

1. bercerminlah

2. lihat wajah anda di cermin

3. bayangkan anda sedang menerima uang, atau berjabatan tangan dengan orang yang anda kenal atau bayangkanlah hal-hal lain yang membuat hati anda merasa senang dan gembira.

4. rasakanlah kesenangan itu hingga wajah anda tersenyum dengan sendirinya. Mungkin anda pernah menerima uang atau hadiah yang membuat hati anda berbunga-bunga. Coba anda ingat, wajah anda langsung tersenyum, bukan??

5. lakukanlah beberapa hari setiap kali anda bercermin.

6. ketika anda ingin difoto dan fotografer akan bilang cheese, bayangkan terlebih dahulu trik tadi. Anda pasti langsung tersenyum.

7. jika anda suda terbiasa, maka bawah sadar akan mengambil alih fungsi ini. Jadi setiap kali anda ingin tersenyum, dengan otomatis anda akan tersenyum.

Percayalah, saya sendiri sudah mempraktekkan dan membuktikannya... maka mulai sekarang berilah senyuman termanis yang anda miliki kepada saudara anda, tapi ingat jangan sampai senyum anda mengandung arti negative bagi orang lain…^_^ (dari berbagai sumber)

Comments

Popular posts from this blog

Jakarta Undercover, Seksualitas Membabi Buta Orang-orang Ibu Kota Negara

Judul : Jakarta Undercover 3 Jilid (Sex 'n the city, Karnaval Malam, Forbidden City) Pengarang : Moammar Emka Penerbit : GagasMedia Tebal : 488/394/382 halaman Cetakan : 2005/2003/2006 Harga : Mohon konfirmasi ke penerbit Resensiator : Adek Risma Dedees, penikmat buku Jakarta Undercover, buku yang membuat geger Tanah Air beberapa tahun silam, pantas diacungi empat jempol, jika dua jempol masih kurang. Buku ini menyuguhkan beragam peristiwa dan cerita malam yang kebanyakan membuat kita ternganga tak percaya. Kebiasaan atau budaya orang-orang malam Jakarta yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Ini bukan perihal percaya atau tidak, namun merupakan tamparan fenomena dari kemajuan itu sendiri. Menurut pengakuan penulis dalam bukunya, Moammar Emka (ME), yang seorang jurnalis di beberapa media lokal Ibu Kota, tentu saja cerita ini didapatkan tidak jauh-jauh dari pergulatan kegiatan liputannya sehari-hari. Tidak kurang enam tahun menekuni dunia tulis menulis, ME pun menelurkan ber...

Review Encoding/Decoding by Stuart Hall

Stuart Hall mengkritik model komunikasi linear (transmission approach) –pengirim, pesan, penerima- yang dianggap tidak memiliki konsepsi yang jelas tentang ‘momen-momen berbeda sebagai struktur relasi yang kompleks’ serta terlalu fokus pada level perubahan pesan. Padahal dalam proses pengiriman pesan ada banyak kode –pembahasaan- baik yang diproduksi (encode) maupun proses produksi kode kembali (decode) sebagai suatu proses yang saling berhubungan dan itu rumit. Proses komunikasi pada dasarnya juga berkaitan dengan struktur yang dihasilkan dan dimungkinkan melalui artikulasi momen yang berkaitan namun berbeda satu sama lainnya –produksi, sirkulasi, distribusi/konsumsi, reproduksi (produksi-distribusi-reproduksi). Landasan Hall atas pendekatan ini adalah kerangka produksi komoditas yang ditawarkan Marx dalam Grundrisse dan Capital, terminologi Peirce tentang tanda (semiotic), serta konsep Barthes tentang denotatif dan konotatif yang bermuara pada ideologi (denotative-connotative-id...

Review The Commodity as Spectacle by Guy Debord

Menurut Debord sistem kapitalisme yang mendominasi masyarakat menciptakan kesadaran-kesadaran palsu para penonton atau audiens untuk memenuhi segala bentuk kebutuhan, baik berupa barang (komoditas) ataupun perilaku konsumtif. Kesadaran palsu ini dibangun melalui citra-citra yang abstrak atau bahkan irrasional, yang dianggap rasional oleh penonton, sebagai bentuk pengidentifikasian diri dalam relasi sosial. Relasi sosial ini bergeser jauh dan dimanfaatkan oleh era yang berkuasa sebagai komoditas dalam dunia tontonan. Kaum kapitalis mempunyai kontrol yang kuat atas apapun termasuk mampu mengubah nilai-nilai personal menjadi nilai tukar. Hal ini sejalan dengan otensitas kehidupan sosial manusia, dalam pandangan Debord, telah mengalami degradasi dari menjadi (being) kepada memiliki (having) kemudian mempertontonkan (appearing). Ketiga aspek ini selalu dikendalikan atau disubtitusikan dengan alat tukar yakni uang. Ketika ketiga aspek ini tidak terpenuhi, penonton tidak hanya terjajah (he...