Skip to main content

[Catatan] A Letter to My New Uniform


HIKMAH puasa awal Agustus ini adalah sepucuk surat pengumuman datang dari Unijahda. Isinya, 'So, have you prepared that your new uniform?' Sudahlah, pasti ini akan membuat iri barang satu dua orang. Tapi, kuteruskan juga SMS bahagia ini kepada beliau-beliau yang layak tahu dengan cara diSMS. Sebentar, sebelumnya amak dan abangku di seberang adalah pihak perdana yang berujar alhamdulillah keras-keras di telepon.

Maka, berdebar-debarlah aku meskipun SMS itu belum kukirimkan. Send to many, beberapa menit kemudian, vibra henpon terus beraksi. Ada dari Prof. HET, ada dari Prof. HWS, ada dari kandidat doktor bunda YH. Beliau semua dosen sastra dan jurnalistik di kampus dulu. Mereka mendukung dan memotivasi, seperti yang sudah-sudah. Tak kalah seru sekaligus yang menginspirasi kata pembuka catatan ini datang dari Om YKW yang selalu energik dan tak pernah mati gaya. 'Hikmah puasamu luar biasa' kira-kira begitu isi SMSnya.

Eh, tak kalah berkeringat, selang tiga hari kemudian, sore-sore ketika tengah mempersiapkan seragam kerja, ada nomor baru menelopen. Datang dari profesor jurnalistik, begitu saya menyebutnya diam-diam. Mengucapkan selamat belajar. Dan dengan murah hati akan membantu proses ke depan. "Yang jelas, kau akan melawan pemilik media di negeri ini. Siap-siap!" kata Prof. AH. Saya cengengesan sembari mengiyakan. Telepon diputus. Saya senyum-senyum hingga sahur menjelang.

Yap, benar. Waktu adalah keberuntungan yang pantas kau pikirkan dan pertimbangkan (film yang barusan kutonton). Dalam waktu beberapa bulan ini, aku mencoba menimbang dan mengingat-ingat untuk hari esok, sembari belajar dari masa lalu yang bisa dikatakan sedikit kelam. Maka keputusan dikuatkan oleh amak dan abang di rumah dulu. Berangkatlah dan buatlah almarhum abak bangga di sana, meski beliau secara hukum bumi tak lagi ambil pusing dengan hidup orang-orang di bumi. Aku kembali merantau dalam jilid berbeda.

Seperti yang diterangkan oleh abang di banda sana. Dalam hidup kau jangan bergantung pada satu akar. Meliriklah ke akar lain, agar andai kau tergapai, raut mukamu tak akan mencekam, karena ada akar lain yang tengah kau taksir. Baik, aku buat dua dan tiga rencana. Andai rencana X tak terkendali, maka Y dan Z akan menyusul. Pun andai rencana X tergapai, akan ada Xa, Xb, Xc...Xn yang patut kau sudahi. Oh! hidup sebegini kompetitif. Hei! Ya! karena kau adalah sesembahan kompetitif itu.

Maka, malam itu dimulai dengan yang berbau hari esok. Menabung adalah cara terkeren untuk mempercepat kecerdasan. Jika 17 tahun lalu kau menabung dengan menguras koin jual beli amak dan abak, maka sekarang pikirkan lagi untuk berbuat hal serupa. Karena usia tak menjamin kau adalah penabung yang baik dan cerdas. Selera akan selalu tiga kali lipat raksasanya ketimbang ukuran tubuhmu. Kau pun patut menyewa security untuk mengamankannya. Minimal, usahakan selalu dalam keadaan sadar dan sehat wal'afiat ketika mendorong pintu swalayan dan mall , jika masih ingin selamat.

Untuk itu, target dan capaian akan datang, bukan karena pelit, memang harus dipertimbangkan. Termasuk, kau akan berendam seharian di kamar mandi ketika orang-orang takbir keliling dan bersalaman sehabis salat idul fitri kelak? Memang, hati dan perasaan selalu memiliki 1002 alasan bagi si penyandangnya untuk menangis, sedu sedan, dan hura-hura. Ingat, menabung adalah cara terkeren untuk mempercepat kecerdasan! Tapi, ini adalah penguatan rasa yang sedang labil karena obsesi begitu besar dan liar. Ada pintu negosiasi andai hatimu meraja pada hari itu.

Inilah cerita yang tidak kasat cerita yang dituliskan di sini. Tak mungkin menjabarkan satu dua tiga apa yang akan dilangsungkan kelak oleh si penulis. Dengan berkelok-kelok ini, penulis memang tak bermaksud membuat pembaca paham apalagi sadar. Ini adalah code yang pada hari-hari tertentu saja, seperti 17 Agustus, akan diperjelas maksud dan capaiannya.

Memang, sedari dulu, saya menulis kerap berkeliling-liling, multi makna bahkan mungkin bias makna. Tapi, ya sudahlah. Ini kan kisah yang saya utarakan dengan code-code kerangka alam pikiran saya. Jadi tak perlu heboh dan bersungut-sungut. Selamat malam!

#foto internet

Kota Merah, 00.06.08.2012

Comments

Popular posts from this blog

Jakarta Undercover, Seksualitas Membabi Buta Orang-orang Ibu Kota Negara

Judul : Jakarta Undercover 3 Jilid (Sex 'n the city, Karnaval Malam, Forbidden City) Pengarang : Moammar Emka Penerbit : GagasMedia Tebal : 488/394/382 halaman Cetakan : 2005/2003/2006 Harga : Mohon konfirmasi ke penerbit Resensiator : Adek Risma Dedees, penikmat buku Jakarta Undercover, buku yang membuat geger Tanah Air beberapa tahun silam, pantas diacungi empat jempol, jika dua jempol masih kurang. Buku ini menyuguhkan beragam peristiwa dan cerita malam yang kebanyakan membuat kita ternganga tak percaya. Kebiasaan atau budaya orang-orang malam Jakarta yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Ini bukan perihal percaya atau tidak, namun merupakan tamparan fenomena dari kemajuan itu sendiri. Menurut pengakuan penulis dalam bukunya, Moammar Emka (ME), yang seorang jurnalis di beberapa media lokal Ibu Kota, tentu saja cerita ini didapatkan tidak jauh-jauh dari pergulatan kegiatan liputannya sehari-hari. Tidak kurang enam tahun menekuni dunia tulis menulis, ME pun menelurkan ber...

Review Encoding/Decoding by Stuart Hall

Stuart Hall mengkritik model komunikasi linear (transmission approach) –pengirim, pesan, penerima- yang dianggap tidak memiliki konsepsi yang jelas tentang ‘momen-momen berbeda sebagai struktur relasi yang kompleks’ serta terlalu fokus pada level perubahan pesan. Padahal dalam proses pengiriman pesan ada banyak kode –pembahasaan- baik yang diproduksi (encode) maupun proses produksi kode kembali (decode) sebagai suatu proses yang saling berhubungan dan itu rumit. Proses komunikasi pada dasarnya juga berkaitan dengan struktur yang dihasilkan dan dimungkinkan melalui artikulasi momen yang berkaitan namun berbeda satu sama lainnya –produksi, sirkulasi, distribusi/konsumsi, reproduksi (produksi-distribusi-reproduksi). Landasan Hall atas pendekatan ini adalah kerangka produksi komoditas yang ditawarkan Marx dalam Grundrisse dan Capital, terminologi Peirce tentang tanda (semiotic), serta konsep Barthes tentang denotatif dan konotatif yang bermuara pada ideologi (denotative-connotative-id...

Review The Commodity as Spectacle by Guy Debord

Menurut Debord sistem kapitalisme yang mendominasi masyarakat menciptakan kesadaran-kesadaran palsu para penonton atau audiens untuk memenuhi segala bentuk kebutuhan, baik berupa barang (komoditas) ataupun perilaku konsumtif. Kesadaran palsu ini dibangun melalui citra-citra yang abstrak atau bahkan irrasional, yang dianggap rasional oleh penonton, sebagai bentuk pengidentifikasian diri dalam relasi sosial. Relasi sosial ini bergeser jauh dan dimanfaatkan oleh era yang berkuasa sebagai komoditas dalam dunia tontonan. Kaum kapitalis mempunyai kontrol yang kuat atas apapun termasuk mampu mengubah nilai-nilai personal menjadi nilai tukar. Hal ini sejalan dengan otensitas kehidupan sosial manusia, dalam pandangan Debord, telah mengalami degradasi dari menjadi (being) kepada memiliki (having) kemudian mempertontonkan (appearing). Ketiga aspek ini selalu dikendalikan atau disubtitusikan dengan alat tukar yakni uang. Ketika ketiga aspek ini tidak terpenuhi, penonton tidak hanya terjajah (he...