Skip to main content

Posts

Showing posts from May, 2009
Nasib Baik Tak Pernah Berpihak pada Si Pembual Mungkin slogan demikianlah cocok untuk seorang pembual yang tak pernah habisnya membohongi dan ‘meng-ota-i’ orang lain hanya untuk sekedar hiburan diwaktu senggang. Seringkali seseorang membesar-besarkan sesuatu yang padahal hanya masalah sepele. Hal-hal kecil akan menjadi besar dan mengundang orang lain lebih banyak terlibat dalam masalah yang tidak sewajarnya menjadi wah dan menarik khalayak ramai. Bagi si pembual sendiri, ide untuk membuat suatu lelucon menjadi besar dan dahsyat bukanlah hal yang sulit. Dengan ‘bumbu’ dan ‘mantra’ angek-angek cik ayam persoalan ataupun salah ungkapan dan bicara seseorang bisa menjadi bahan tertawaan sampai sekian waktu. Dan tidak menutup kemungkinan akan menjadi sebuah pendahuluan yang ‘bagus’ dari awal perkelahian dan pertengkaran antar sesama. Begitulah ulah dari si pembual. Tak pernah kehabisan ide untuk membuat orang lain tertawa sekaligus kesal dan mar
Senja Berselimut Tatkala kata kabut kalbu penuh berlumurkan petaka bohong Kerisauanku pada sejarah terdera sudah Dan kusadari langkah ini berat terseret asa Kereta ku tak mampu lagi bedakan aku dan kamu Tak juga dikenal siapa ia Terlarut dalam mimpi nyata kesemuan hari Jauhnya pergi tak bisa kucegah dengan kecemburuanku Pandangannya mengecil di kelok jalan sepi Tak tampak dalam kesendirian dan semakin kabur dalam benakku Ah…apa daya semua kenang hanya susunan waktu yang lebih cepat dari waktu ini Tak berbeda jika dia alami kenyataan waktu justru tak kenal nurani mana yang ia singgahi Sayang hari ini lebih sore dari hari kemarin dan lampu geladak tak bercahaya lagi ketika kita pernah bercerita tentang senja, waktu, dan lilin
Latah Berbahasa Adek Risma Dedees Semakin banyak penulis memperkenalkan kosa kata baru dalam karya-karya mereka, maka semakin banyak pula terlahirnya manusia-manusia latah, plagiat dan tak bertanggung jawab menggunakan kata-kata tersebut. Kata-kata ‘mewah’ tersebut seolah-olah mampu menyalurkan suatu energi yang akan ‘menyulap’ pendengar atau pemakainya menjadi sosok yang tidak berbeda atau mirip dengan tokoh yang digambarkan mendekati kesempurnaan dalam cerita. Sangat naïf, jika kita lebih percaya dengan kata yang sebatas simbol berbahasa dari pada kekuatan dan kemampuan sendiri. Fenomena nyata di sekeliling kita adalah penggunaan kata ‘mimpi’. Penggunaan kata mimpi mendapat rating tertinggi dalam berbagai diskusi, khusus diskusi mahasiswa. Kata ini pertama sekali lebih dipopulerkan oleh Andrea Hirata sang penulis fenomenal novel Laskar Pelangi. Salah satu kalimat yang sangat digandrungi adalah ‘ Bermimpilah, maka Tuhan akan memeluk mimpimu’ (kurang lebihnya seperti itu), sangat da
Catatan Kuliah Adek Risma Dedees Sstttt…..Diam, Lagi Doa Ni “Jangan ngota lah fren …” Demikian ungkapan seorang teman sambil berbisik ketika sedang mengikuti upacara Peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) 2 Mei lalu. Ungkapan itu ia sampaikan ketika pak rektor membacakan pidato resmi Hardiknas. Pidato yang dibacakan rektor memang lebih panjang dari pidato lainnya, misal pidato sambutan pembukaan atau peresmian suatu gedung, dan sebagainya. Tak heran jika hal ini cukup membosankan bagi pendengar, apalagi jika mendapat barisan di bagian ketiga, keempat atau justru di belakang. Penyampaian pidato yang kurang menarik tersebut, bagi mereka, mengundang teman-teman untuk ‘berpidato’ pula di belakang. Apa yang mereka ‘pidatokan’? Beragam. Mulai dari curi-curi pandang pada mahasiswa lain yang tidak hanya beda fakultas tapi juga pada siswa menengah atas yang sejajar barisannya. Sedikit lucu, tapi inilah realnya. Selain itu, memelototi penampilan mahasiswa
Termudah Menjadi Orang yang Gampang Senyum Senyum adalah sedekah. Senyum dapat mencairkan suasana dan mengakrabkan diri dengan orang lain. Tapi kita terkadang agak sulit untuk tersenyum. Terlebih jikaharus foto bersama. Tak peduli wajah anda fotogenik atau tidak, kalau tidak senyum rasanya kurang memikat. Bagaimana caranya agar anda menjadi ornag yang mudah senyum??? Caranya gampang. Lakukan kiat-kiat mudah berikut: 1. bercerminlah 2. lihat wajah anda di cermin 3. bayangkan anda sedang menerima uang, atau berjabatan tangan dengan orang yang anda kenal atau bayangkanlah hal-hal lain yang membuat hati anda merasa senang dan gembira. 4. rasakanlah kesenangan itu hingga wajah anda tersenyum dengan sendirinya. Mungkin anda pernah menerima uang atau hadiah yang membuat hati anda berbunga-bunga. Coba anda ingat, wajah anda langsung tersenyum, bukan??
Sajak Adek Risma Dedees Cerita setangkai mawar putih dan kekalutan Deretan pagar bonsai Luruhkan hatimu ketika laluinya Tiga ramadhan lalu, kau masih bersamaku Hiasai pelupuk matamu nan sayu Ah, kau begitu putih Tuk sebuah pengorbanan Jangankan tangis, matamu tak berbisik lagi Tangan ini, eluskan jenggot bonsai itu pada wajahku Tiga ramadhan lalu, kau masih bersamaku Derai tawa, temani bibirmu Ya, kau begitu putih Tuk sebuah pengorbanan Tinggal kampung ini, ketika kau belakangiku Dan si putih ini, merbaknya merona lagi Cekal tenggorokanku pagi itu Namun roda tak mungkin kuhentikan berputar Ah, biarlah Mati pun aku tlah sendiri Lepaskan Berat, ikhlasnya Lemah, bisikannya Kau jajari keretamu dengan ku Kau kadokan sebuah senyuman iringi jalanku Satu, dua, tiga lamanya Ku mulai enggan bawa keretaku karena kau, bersamamu Ku lepaskan tawaku karena kau, sambutanmu Empat, lima, enam lamanya Awan berirama
Sajak Adek Risma Dedees Hikayat Nenek Tak Bersamar “Tanganmu alirkan semangatku. Mencuat lagi di pagi ini. Lekaslah jalani arung jeram ini. Begitu, jika ingin bebas dari kungkungan. Ya, kehijauan, dan keemasan semburat mentari, hangati jalanmu. Begitu, damainya tanah ini. Kami dekati, kami jamah, dan kami kuasai. Tak kan kami lari dari pekatnya abad ini. Begitu, tetapkan hati”. Beriak awan ini, hingga aku hadir. Tapi tanganku tak mengalir. Sudah kucoba. Sama saja. Semua, lamat-lamat terjeram. Aku terpekik. Sama saja. Kungkungan ini hantarkanku ke sudut tak bertepi. Sama saja. Hingga huruf-huruf tak bermakna. Dan suara tak berkasta lagi. Semakin sama jika kita tak berkaca.
Bunuh Diri, Solusi ‘Cerdas’ yang Tak Pantas Oleh Adek Risma Dedees Baru-baru ini, hampir disetiap media massa baik cetak maupun elektronik, lokal maupun nasional, kembali membahas tragedi pembunuhan dengan cara bunuh diri. Apakah itu dengan gantung diri, seperti yang dilakukan Hendriadi, warga Jorong Gantiang, kenagarian koto Tangah, kabupaten Agam ( Singgalang , Minggu 26/4), memotong urat nadi, meminum racun, melompat dari ketinggian, menusuk bagian tubuh, dan menembak diri, seperti yang dilakukan oleh Kapolsek Padang Utara Ajun Komisaris Polisi Asril Radjam. Ini hanya segelintir dari kasus pembunuhan di sekeliling kita. Belum lagi dari kalangan rakyat biasa, bunuh diri juga sesuatu yang jamak. Namun, karena yang bunuh diri hanya rakyat biasa dan tidak cukup punya nilai berita maka bunuh diri seorang buruh miskin, pemuda yang sedang patah hati atau anak yang gagal masuk universitas tidak begitu menjadi sorotan. Semakin maraknya kasus bunuh diri yang tidak hany

hari yang seksi

Cinta Ala Beli Sepatu Oleh Adek Risma Dedees Banyak fenomena sekarang dalam kehidupan kita yang semakin bergeser kepada hal-hal yang sebenarnya tidak ditemukan oleh leluhur kita zaman tempo dulu. Sebut saja cara berpacaran anak muda. Justru sekarang lebih berani dengan mengatakan cara bercinta. Dasyat dan terlalu berani dengan kata-kata dan kalimat seperti ini. Tulisan ini adalah refleksi pengalaman dari proses pembelajaran penulis di bangku perkuliahan. Salah satu dosen begitu berani ‘menelanjangi’ hobi mahasiswanya tentang kegiatan cinta-cintaan baik di kampus, di kos, di pasar, di bus kota, ataupun di jalan raya. Sang dosen dengan gamblang mengatakan kalau anak muda sekarang tidak kenal dengan kata malu lagi. Malu telah bergeser menjadi kesenangan sendiri-sendiri antar individu. Ya, itulah malu. Malu tidak seperti waktu sang dosen muda dan belum mengarungi bahtera rumah tangga. Malu itu hanya symbol pada waktu ini. Malu ya si malu yang tidak tahu