AGAKNYA, tidak semua orang pernah mengalami musim kering bertubi-tubi seperti yang pernah kami alami di salah satu daerah pinggiran di Bengkulu. Sekitar satu dasawarsa lalu, di setiap musim kemarau, jika anda berkunjung, anda akan menyaksikan warga berbondong-bondong menenteng jerigen dan ember di kiri kanan mereka. Besar kecil, tua muda, laki perempuan menuju pusat dimana dahaga dan kelangsungan hidup harus tetap terjaga. Ialah Sungai Manjunto, sungai terpanjang dan terbesar yang membelah beberapa daerah di provinsi ini. Sungai inilah penolong utama kami di musim kemarau. Dan keluargaku adalah ‘pelanggan’ utama dari sekian banyak ‘pelanggan’ yang menggantungkan hidup pada sungai ini di musim kering. Jangan ditanya apakah air sungai ini layak dikonsumsi dan higienis. Bagi ibuku, selama air ini jernih dan tak berbau, selama itu pula ibu tak menghiraukan apa-apa. Ada yang menarik dari cara ibuku memanfaatkan air di musim kering. Dengan imek-imek (baca; sedikit-sedikit) ibu menuangka...