Skip to main content

Posts

Showing posts from June, 2016

Balimau, Mandi Besar Masuk Ramadan

Setiap memasuki bulan puasa, Ramadan, balimau menjadi hal wajib bagi kami di rumah. Balimau merupakan mandi besar, mandi wajib sebelum menjalankan ibadah puasa. Tujuan balimau tentu saja untuk membersihkan dan menyucikan untuk menyambut bulan yang suci. Mandi besar ini dilakukan pada sore hari yang dilanjutkan dengan malamnya melaksanakan salat tarawih. Ini menjadi tradisi di keluarga besar kami di Pesisir Selatan yang kemudian berlanjut ketika tinggal di Mukomuko. Dulu, kalau di kampung, tradisi balimau dilengkapi dengan rempah-rempah dan air wangi. Rempahnya, yang saya ingat, ada bunga mawar dan daun pandan. Itu dua rempah yang paling saya ingat, sepertinya masih ada yang lain. Kata balimau terdiri dari imbuhan ba- dan limau. Ba- sendiri sama dengan ber-, sementara limau, bermakna jeruk. Terjemahan literalnya berjeruk atau memakai jeruk, hahaha. Sementara makna semantiknya memakai jeruk untuk membersihkan diri. Jeruk kan juga identik untuk membersihkan, mewangikan, dan membuat j...

Ramadhan 2016, Tidak Semua Ikut Berpuasa di Rumah

Sejak beberapa tahun belakangan, ramadhan bersama ibu di rumah di Mukomuko menjadi sesuatu yang istimewa. Maklum, selama ramadhan saya kerap jauh dari rumah dan ibu. Jika tidak di Padang ya di Jogja. Ramadhan dihabiskan sendiri atau bersama teman di kosan. Kata ibu, “Ramadhan yang buka dan sahur sendiri.” Ramadhan tahun ini saya di rumah bersama ibu dan kakak-kakak. Ya senang sih, menikmati ramadhan beramai-ramai, tidak sendiri atau dua tiga orang saja. Ditambah pula ramadhan ini rumah kedatangan satu tambahan anggota keluarga: kakak ipar, hehehe. Cerita ramadhan di rumah sepertinya tidak banyak berbeda dengan cerita ramadhan yang sudah-sudah. Bahwa akan selalu ada pihak-pihak yang tidak berpuasa selama ramadhan. Berikut beberapa pihak yang tidak berpuasa selama ramadhan di rumah saya: 1. Da Dedi. Ini abang saya yang sulung. Abang saya ini sangat spesial, sehingga tidak memungkinkan berpuasa di bulan puasa. Kami selalu menjaganya. 2. Aji. Ini kucing kami yang paling ganteng. Umu...

Mencintai Ibu

Bagaimana mencintai ibu? Saya dengan mengambil alih pekerjaan yang dilakukan ibu, yang bisa saya lakukan. Ambil alih pekerjaan ini sebenarnya tidak selalu. Misal, tidak selalu saya yang mencuci piring atau tidak selalu saya yang memasak. Seperti pagi ini, saya tidak memasak, melainkan beliau. Sembari memasak beliau mengerjakan yang lain: membereskan rak piring, mengelap meja. Tapi, jika ada yang berbelanja, saya yang angkat pantat melayani pembeli. Kecuali menjahit. Beliau tidak menjahit pakai mesin, hanya jahit tangan. Menjahit kancing baju kakak yang lepas, menjahit selangkangan celana saya yang robek, menjahit baju nenek yang kepanjangan, atau menjahit sprei yang sobek digaruk kucing. Di depan mata saya, menjahit seakan-akan menegaskan ibu sebagai ibu. Ibu sebenarnya jarang menjahit. Tapi beliau punya banyak koleksi benang dengan berbagai warna. Dan beliau selalu menyimpan perlengkapan jahit ini. Meski tak pernah membantu ibu menjahit, tapi saya juga selalu memiliki perlengkap...