Surga, Kadang di Telapak Kaki Ayah Oleh Adek Risma Dedees Hidup dalam sebuah keluarga besar tidaklah begitu mengenakkan. Di kamar tidur, semua kasur telah ditempati. Makan pagi, meja makan tak berluang lagi. Jamban di belakang rumah juga antri, untungnya tidak pakai nomor antri. Kamar, meja makan, dan jamban tak pernah sepi. Ada saja yang tidur, duduk, dan jongkok di sana. Kami berempat, semua kaum Adam, aku yang paling telat melihat dunia ini, dipayungi ayah dan ibu, adalah salah satu bagian dari keluarga besar (KB) itu. Ayah dan ibu sama-sama, bisa dikatakan sibuk. Sibuk mencari peruntungan, tentu saja untuk perut kami. Waktu itu aku masih sering menangis, di rumah saja dengan sepupu dari pagi hingga senja. Hingga aku menginjak umur sepuluh tahun, kami masih di rumah itu. Keluarganya KB, tapi rumahnya tidak besar. Semenjak aku mengenal kehidupan di sekelilingku, aku baru tahu bahwa sudah turun temurun klan kami menganut kehidupan seperti ini. Tinggal bersama-sama dengan keluarga a...