Skip to main content

Posts

Showing posts from November, 2009
Memungut di Lumbung Ilmu Oleh Adek Risma Dedees Tak malu-malu mereka kembali memilih dan mengambil barang-barang bekas orang-orang minum tersebut di sekitar kampus. Sambil bercakap-cakap sesekali diselingi gelak tawa, dua bocah umur belasan ini sigap menjangkau apa saja yang ia temukan dan dikira dapat dijual. Di bawah gedung bertingkat yang megah ini, walau sedang dalam tahap perbaikan akibat gempa tempo lalu, dua putri dari daerah Gunung Pangilun ini terengah-engah memikul tiga kantong cukup besar di paundaknya. Sekitar lima kilogram berat masing-masing kantong yang dibawanya. Begitu rutinitas Riri dan Ija setiap hari. Budak kecil ini setiap hari sepulang sekolah rutin mengais-ngais rezeki dari sisa bekas minuman orang lain di sekitar daerah tersebut. Mengumpulkan gelas-gelas plastik bekas minuman. Kawasan mereka beroperasi biasanya sepanjang daerah Alai sampai Gunung Pangilun, kota Padang. Pukul tiga sore mereka mulai menemukan benda-benda yang bisa menjadi hak mereka. Waktu itu h...
Cerita Saya dengan Novel Urang Awak Beragam kegiatan ditawarkan dalam sebuah sekolah ke setiap muridnya, mampu membawa mereka pada keterampilan yang beraneka macam pula. Keseimbangan ilmu pengetahuan, katakanlah hapalan dan saintis, dipadukan dengan keterampilan yang lebih banyak mengasah otak kanan, cara baru dalam melahirkan generasi muda yang lebih dinamis dan kompeten. Tidak hanya itu, ketekunan, kesungguhan dalam menggali ilmu, dibumbui dengan aturan dan disiplin yang tegas serta sanksi yang mendidik tak kalah pentingnya. Ditambah keikhlasan murid diajar dan keikhlasan guru mengajar, konsep ini yang semakin menggaungkan ‘man jadda wajada’ dalam novel best seller Negeri 5 Menara ini. Demikian Ahmad Fuadi, sang yang punya ide, memaparkan bagaimana kehidupan Alif dan kelima temannya di Pondok Madani, salah satu pesantren khusus putra di Jawa Timur. Menuntut ilmu jauh-jauh dari salah satu kampung kecil di pinggir danau Maninjau, Sumatra Barat, menyeberang lautan hanya untuk memenuhi...
Kepada Perempuan dan Hujan Tak rambut yang kau sisir saat mentari memancar Tak pula konde yang kau lirik diramainya majelis Tapi coba kau bumbun lili di pagar belakang Mekarnya dapat redakan isak si upik sayang Oiii.. upik yang rindu pada hujan Jejak kecilmu gemericik dicelah genangan Lekaslah naik dan terbang ke pangkuan Karena rembulan sebentar lagi kan terbenam Oiii.. upik yang rindu pada hujan Tak guna bermain lilin di buaian Panasnya kan rayapi jemari kepalan Hingga gelak deraimu redup mendiam Adek Risma Dedees Mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia BP 2007
Dalam Renungan Kita Berbagi Oleh Adek Risma Dedees Pentas itu dipenuhi onggokan-onggokan benda yang beragam ukuran dan bentuk. Ada bulat, persegi, panjang, dan beberapa kardus-kardus bekas meramaikan panggung itu. Kotak yang menyerupai televisi, bertuliskan pascagempa, beberapa batuan beton, sisa-sisa reruntuhan, serta sebaskom air kekuningan bercampur tanah, juga menghiasai Laga-laga Taman Budaya, Padang, Sumatra Barat malam itu. Tiba-tiba tiga orang memasuki panggung, bertelanjang dada, dan menggiring sesuatu yang bergerak-gerak di dalam karung biru muda yang terikat, tampaknya kuat sekali. Dua lelaki lainnya langsung meninggalkan panggung. Sedangkan yang satu tinggal dan mamatut-matut benda, yang entah apa isinya, itu dengan sangat tenang. Tidak lama karung itu ia tinggalkan dan menuju kotak menyerupai benda yang bisa memuat gambar apapun bergerak secara sempurna. Duduk rapi di dalamnya. Ayunan musik mulai meramaikan pendengaran penonton. Mungkin, banyak di antara penonton, tidak...
Lagu Sore di Kampus Selatan Kelahiran karya sastra anak nagari (Sumatra Barat) dari A. Fuadi sontak tidak hanya membuat urang awak ranah Minang berdecak kagum, namun juga masyarakat Indonesia secara universal. ‘Negeri 5 Menara’ begitu tulisan besar-besar tertulis di bagian depan sampul buku ini. Karangan yang bertema pondok pesantren ini menyajikan bacaan yang tentunya beda dari bacaan kebanyakan. Setting pendidikan pun masih menjadi pilihan novel, mungkin sekitar lima tahun mendantang akan terus menjadi buah ‘bibir’ masyarakat. Kampus Selatan Universitas Negeri Padang (UNP) tepatnya Fakultas Bahasa Sastra dan Seni (FBSS) mengajak mahasiswanya, beramai-ramai memecahkan tendens yang disampaikan oleh anak Maninjau ini. Melalui tokoh-tokohnya, Alif, Raja, Dulmajid, Baso, dan Said, tergambarkanlah sekaligus mewakili keinginan dan cita-cita kebanyakan anak bangsa. Beragam cara yang mereka lakukan hingga suatu hari, setelah tidak di pondok lagi, mereka kembali bersua di negeri yang sama s...