Skip to main content

Posts

Showing posts from December, 2010

Sisir

Pagi-pagi buta, aku sudah heboh kepada kakak perempuanku yang masih meringkuk dengan selimutnya di ranjang. Kubongkar rak yang berisi segala pernak-pernik perhiasaan yang biasa kami gunakan kemana-mana. Lemari pakaian semakin berantakan setelah kuobrak-abrik. Rak-rak buku pun tak ketinggalan kujamah. Mana tahu terselip di antara buku-buku. Aku berputar-putar mencari ke sana kemari. Namun, sisir sial itu tak kunjung kutemukan. Hari ini aku akan ada pertemuan dengan orang-orang penting dari Jakarta. Pertemuan ini menyangkut masa depan beberapa orang di tempatku, termasuk aku. Banyak hal yang akan dibicarakan, masa lalu, masa sekarang, dan masa mendatang. Semuanya harus tampak lebih baik dan sempurna dari segi apa pun. Termasuk kerapian rambut, yang kata orang sebagai mahkota perempuan. Nah, bagaimana dengan aku yang pagi ini tak juga menemukan sisir? Bagaimana mungkin aku keluar rumah dengan rambut acak-acakan seperti kucing habis bertengkar. Apa kata orang-orang itu kelak. Wajah pas-p

Tak Dapat Ilmu Sertifikat pun Jadi

Sekelompok orang memasuki ruangan sambil bercakap-cakap. Sesekali diselingi derai tawa. Kedua tangan mereka penuh dengan berbagai tentengan. Ada map berisi beberapa helai materi, buku catatan, pena, dan jadwal kegiatan. Sedangkan tangan yang lain menenteng nasi kotak. Di leher pun tergantung kokarde merah, kuning, biru, dan hijau. Dengan kokarde itu, menunjukkan bahwa mereka sebagai peserta pelatihan yang diadakan oleh sebuah lembaga. Sejak beberapa tahun belakangan, pelatihan kerap diadakan oleh berbagai lembaga, baik lembaga pemerintah maupun nonpemerintah. Tujuannya meningkatkan keterampilan karyawan serta mutu kerja baik secara personal maupun berkelompok. Selain itu, juga menjadi poin penting dalam menunjang kenaikan jabatan dan tentunya gaji bagi karyawan atau peserta pelatihan, salah satunya ditandai dengan pemerolehan sertifikat pelatihan. Berbagai ajang pelatihan pun digelar. Tak jarang sebuah pelatihan memakan biaya, waktu, serta tenaga yang tidak sedikit. Penyelenggara pun

Pelatihan Nan Mencerahkan

Apa yang terbayang ketika mendengar kata pelatihan, workshop, ataupun training? Sekumpulan orang menenteng map berisi beberapa helai materi, notebook, pena, dan jadwal kegiatan. Tak ketinggalan di leher tergantung kokarde merah, kuning, biru, atau hijau. Saban hari, biasanya, berkutat dengan teori-teori, pendekatan, hipotesis, dan sedikit latihan dalam ruangan ber AC yang melenakan. Setidaknya seperti itu gambaran pelatihan yang kerap dilaksanakan baik oleh badan pemerintahan ataupun badan usaha atau lembaga nonpemerintah. Sementara itu, sejauh apakah penularan ilmu dari pemateri atau instruktur kepada peserta selama pelatihan berlangsung? Apakah ilmu yang diperoleh dapat diterapkan langsung pada lembaga dimana peserta bekerja? Atau hanya sebagai penyegaran bagi peserta pelatihan? Keefektivitasan pelatihan pun disangsikan. Pelatihan yang dilaksanakan oleh suatu lembaga, guna meningkatkan keterampilan karyawan serta mutu kerja baik secara personal maupun berkelompok, tak jarang memaka

PERTAMINI ANAK ECERAN PERTAMINA? Bukan

As (25 th), pemilik kios bensin yang terletak di Desa Lubuk Sanai, Kecamatan XIV Koto, Kabupaten Mukomuko, Bengkulu ini (19/11), mengaku bahwa nama kios bensin miliknya ini adalah bagian dari strategi dagang pribadinya. Tidak ada hubungannya dengan Perusahaan Tambang Minyak Indonesia (Pertamina), “Orang-orang penasaran, jadi beli minyak (bensin) ke saya.” Jadi, siapa bilang plesetan hanya bisa dijual oleh dan di pulau Jawa, di atas selembar kaos Dagadu misalnya? Jangan-jangan strategi ini memang khas milik Nusantara.

Jika Telah Senja

Setelah sepertiga abad pengabdian, tiba saatnya bagiku menyingkir dari semua tetek bengek berbau penelitian, seminar sana sini atau membuat jurnal. Kegundahanku terhadap perangai mahasiswa di tempat selama ini mengajar, tak lagi menyerang. Tiga bulan lalu, pasangan hidup teramat aku cintai tak lagi menemani hari-hariku. Istriku, dalam keadaan sehat-sehat saja, tiba-tiba tersedak dan meninggalkan kehidupan fana ini. Waktu itu, adalah masa-masa tersulit bagiku. Usiaku yang merangkak senja, membuatku lebih cepat lelah dari sebelumnya. Pemikiranku katanya selalu kontroversi di kampus, tak kupungkiri dan aku semakin membutuhkan seseorang yang mampu memahamiku luar dalam. Keberadaan istriku, selalu menghangatkan pemikiran-pemikiranku. Kesediaan istriku terkasih, selalu melapangkan semua kesesakan yang mendera. Istriku tempat bertanya sekaligus pasangan luar biasa yang pernah aku miliki. Namun kini berbeda. Sejak itu, separuh dari roh kehidupanku lamat-lamat menguap dan hilang. Pagi-pagi bu