Skip to main content

Posts

Showing posts from March, 2010

Perempuan-perempuan di Tanah Transmigran

Suasana Desa Beringin Lestari “Udahlah, giliranku yang main. Aku kan diset kedua”. Demikian kalimat yang keluar dari mulut Desmawati, setelah sekian set menunggu giliran menunjukkan kemampuan dalam bermain voli. Olahraga ini setiap sore, kalau tak hujan, selalu diadakan di lapangan pusat desa Beringin Lestari. Desa yang dibangun di tengah-tengah perkebunan kelapa sawit milik perusahaan ternama. Beringin Lestari salah satu desa dari sekian banyak desa transmigrasi di kecamatan Tapung Hilir, kabupaten Kampar, Riau. Sorak-sorai ibu-ibu pemain voli pun semakin riuh. Apalagi jika ada pemain yang siap-siap melakukan smash, meruntuhkan pertahanan lawan. Dan berhasil, kedudukan pun dengan cepat berubah. Macam-macam kalimat terlontar dari mulut mereka, ada yang kesal dan ada juga yang tertawa cekikikan. Sedangkan sang kapten langsung memasang trik, bagaimana agar pertahanan tidak kebobolan lagi. Yang namanya main ibu-ibu, tentu lebih banyak berisiknya. Karena sembari bermain, mereka juga s

Kabar Pilu dari RT 05

Langit tampak mendung. Sepertinya perkampungan ini baru saja diguyur hujan semalaman. Jalan-jalan tanah tak beraspal semakin lunak dipijak. Tak sedikit tanah-tanah itu singgah di terompahku dan langkah pun semakin berat. Sepelemparan batu dari tempatku berdiri, tampak dua perempuan, duduk bertingkat, sepertinya sedang mencari kutu. Mereka juga sedang bercakap-cakap sesuatu. Terlihat dari komat-kamit mulut mereka yang tak henti. Sesekali dialog-dialog itu diselingi tawa, senyum, dan nada bicara yang meninggi. Dia Sumi, dan anaknya Ida yang baru saja menikah, “Sekitar tiga bulan lalu,” jawab Sumi, Rabu (3 Maret 2010). Sumi, ibu rumah tangga yang kesehariannya berjualan di sekolah dasar desa Beringin Lestari, kecamatan Tapung Hilir, kabupaten Kampar, Riau. “Saya jual nasi goreng di sana, sebungkus Rp 500 perak,” cerita ibu tujuh anak ini. Kulitnya sawo matang, hidung rendah, ukuran mata sedang, dan rahang yang sedikit menonjol ke depan. Sangat khas dengan ras Malanesia. Dan kalimat-kalim

Sejenak di Kebun Sawit

Kami memulai perjalanan dengan memasuki perkebunan pohon sawit milik sebuah perusahaan ternama di Riau. Kawasannya jauh ke dalam. Sekitar tujuh kilometer dari pusat kota Kandis. Sepanjang mata memandang, yang ada hanyalah pepohonan penghasil minyak goreng ini. Nyaris tak ada perumahan. Sepintas, pemandangan ini menakutkan. Apalagi ditambah dengan suhu udara yang mulai menurun, ketika kita telah memasuki wilayah perkebunan. Teduh di sekeliling dan sunyi. Sesekali kesunyian dipecahkan dengan deru kendaraan; mobil, dan motor, para buruh maupun lainnya yang, tidak selalu, lalu lalang di jalanan. Setengah jam di atas mobil yang membawa kami ke tempat ini, perjalanannya pun terasa berbeda. Jalannya tidak beraspal dan tidak pula jalan berbatu. Namun jalan dengan pasir putih, yang mungkin hanya akan anda temui di tempat ini. Berkelok-kelok dan menanjak, naik turun dengan ketinggian yang mampu membuat mual. Walau begitu, suasana yang cukup mencekam tadi, seketika mencair dengan pemandangan