Skip to main content

Posts

Showing posts from August, 2009
Peran Mamak dan Seni Berpakaian Keponakan Maraknya anak-anak minang, baik si bujang maupun si gadis, mengenakan pakaian ala orang berenang di kolam renang semakin ‘menyilaukan’ mata. Celana pendek di atas lutut dengan warna-warni pelangi, atasan Tank Top (katebe, dalam bahasa urang awak) semakin diminati. Padahal norak, namun biasanya cepat-cepat disanggah ketinggalan mode tuh, jika tak mengikuti. Fenomenanya, coba perhatikan di pusat perbelanjaan kota Padang. Di salah satu mall, tak sedikit kita menjumpai anak muda minang memakai pakaian seperti ini, dan biasanya lebih banyak oleh si gadis. Hal ini tidak hanya di mall, di pasar tradisional Pasar Raya pun tak susah menemukan gadis dengan penampilan serupa. Budaya ‘baru’ sekarang aneh. Memperlihatkan paha putih, lengan tangan atas, atau malah ketiak, mendapat tempat di hati remaja. Budaya ini menyusup seiring dengan menyebarnya virus kegandrungan terhadap sinetron. Gaya baru dan style banget sekarang memakai celana pendek, baju pas-pasa
Persma Sebagai Entitas Masyarakat Ilmiah Kampus Pers Mahasiswa (Persma) adalah salah satu corong bagi mahasiswa untuk lebih menyuarakan suara mereka kepada para birokrat dan antek-anteknya. Peran persma tidak terlepas dari bagaimana pengaktualisasian diri masyarakat lingkungannya. Jika pada media umum, pers lebih terkenal sebagai pilar keempat dari elemen-elemen demokrasi, begitu juga dengan persma dalam lingkup kampus sebagai sebuah miniatur negara. Persma pun juga berperan besar dalam perjalanan kekuasaan lembaga mahasiswa. Karena bagaimanapun, ingat, persma tidak hanya berkutat pada pemberitaan, namun juga sangat mempengaruhi pergerakan mahasiswa. Pers Mahasiswa mengandung dua istilah yang sama-sama ‘berani’ di dalamnya, yaitu pers, dan mahasiswa. Pemahaman pers, mengacu pada teori secara umum yang terpatri dalam Undang-undang Pers Nomor 40 tahun 1999 bab 2 pasal 3 ayat (1) dinyatakan pers nasional mempunyai fungsi sebagai media informasi, pendidikan, hiburan, dan kontrol so
Perempuan Bergelombang Kembali kuangkat dan kubersihkan ubi-ubi itu dari gerobak yang disodorkan ayah. Tanaman berkarbohidrat tinggi ini akan diolah menjadi panganan godok. Ibu akan menjualnya besok hari, Minggu pagi di pasar. Sudah beberapa bulan ini setiap Sabtu Minggu aku berkutat di dapur. Menyiapkan berbagai panganan. Mulai dari godok ubi, kacang hijau, bakwan, tahu isi, dan beberapa gorengan lainnya. Usaha ibu yang sudah lima tahun terakhir dilakoninya. Penambah uang dapur, kata ibu pada orang-orang. Aku tak bergabung lagi dengan teman-temannku di los pasar lama, 50 meter dari rumahku. Biasanya aku lebih sering di sana, waktu masih sekolah SMP dulu. Sekarang tidak. Apalagi ke sekolah. Ah itu tak mungkin. “Sudah kau bersihkan ubi itu Mar?” buyarkan lamunku. “Kau ini, pemalas sekali, minta uang kau bergegas. Gadis apa itu,” dengus ayah sambil berlalu dari dapur ke ruang depan. Aku hanya diam. Tak kuidahkan. Aku tahu gaek itu selalu begitu. Kalau tak punya uang lagi, pas