Skip to main content

Posts

Showing posts from January, 2016

Memaknai Malam secara Kultural

Kita mungkin perlu berterimakasih kepada kota-kota yang hidup-menyala hingga larut malam. Melaluinya, kita tidak hanya diajari mengenai hangatnya cahaya, tapi juga sejuknya gulita. Jika siang menyuguhi kita pandangan serba kesibuk-riuhan, maka malam menawari kita alunan-alunan yang lebih gemulai dan tak tergesa-gesa. Duduk santai di sudut taman kota, ditemani secangkir kopi, beratapkan gemintang semesta, di sanalah malam mulai diurai kata per kata. Menikmati malam-malam seperti di Yogyakarta, Jakarta, Medan, atau Makassar adalah menikmati sisi lain dari maskulinitasnya sebuah kota. Bisakah kita menyebut malam sebagai sisi femininitas kota? Mungkin tidak, tapi mungkin juga bisa iya. Tidak, karena malam sudah duluan diberi label negatif, bahwa segala praktik kekerasan dan kedina-hinaan terjadi di kala malam. Mamak berujar ke keponakan, “Makanya, anak perempuan tak boleh keluar malam!”. Tapi, bisa jadi iya, karena ketika malamlah wajah asli sebuah kota ditampilkan. Bisa wajah yang

The Hateful Eight dan Kebencian Atas Tubuh

The Hateful 8 (2015), film kedelapan Quentin Tarantino ini dibuka dengan akting seorang nigger , Major Marquis Warren (Samuel L. Jackson) duduk santai sembari menghisap cerutu di atas seonggok mayat di tengah badai salju bagian utara Amerika Serikat. Niatnya, menghadang siapa saja yang lewat di jalur itu guna mendapatkan tumpangan ke Red Rock, pemukiman terdekat di padang salju tersebut. Cerita mulai mengalir ketika kereta kuda yang ia cegat merupakan kereta yang membawa seorang pemburu bayaran ( bounty hunter ) yang membunuh tawanannya dengan cara digantung hidup-hidup. The Hangman itu ialah John Ruth (Kurt Russell). John Ruth, memborgol dirinya bersama Daisy Dormegue (Jennifer Jason Leigh), saudara perempuan Jody Dormegue (Channing Tatum), ketua gang pembunuh bayaran yang kepalanya dihargai paling tinggi, sebesar US$ 50 ribu bagi pemburunya. Film ini hanya mengambil satu latar tempat yakni rumah persinggahan Minnie’s Haberdashery. Minnie dan Dave, sang pemilik rumah yang ramah