Skip to main content

Jim Carrey dan Friendly, Friendly World


Saya tak bisa memandang remeh pertemuan saya dengan Andy Kaufman (Jim Carrey) dalam Man On The Moon (1999). Saya betul-betul tertarik pada Andy, tidak semata-mata karena model rambutnya: ikal tipis agak panjang dan lepek, tapi juga karakter yang dia mainkan. Bagaimana kita menerjemahkan Man On The Moon? Lelaki di atas bulan? Lelaki dari bulan? Lelaki dalam (berkarakter seindah) bulan? Andy ‘membunuh’ dirinya (mengaku mengidap kanker paru-paru) agar Tony Clifton (karakter lain dari Andy yang tidak disukai publik) leluasa menyanyi dan menari di depan penonton, ketimbang Andy yang innocent, disukai karena pandai melawak atas perintah naskah dan di bawah tekanan produser. Andy sebenarnya tak suka komedi. Baginya itu adalah cerita bodoh dan tak berguna. Awal kalinya ia masih mengikuti selera produser dan penonton guna melakukan lawakan-lawakan konyol yang bahkan ia sendiri tak menikmati. Tapi ia tak betah. Ia masukkan Andy ke dalam peti mati, diiringi lagu perpisahan This Friendly World yang sangat indah dan penuh kasih itu. Setahun kemudian Tony Clifton menjadi primadona, tak ada lagi yang protes ketika ia menyanyi dan menari di panggung semaunya.

Berikut lirik lagu This Friendly World:

In this friendly, friendly world
with each day so full of joy
Why should any heart be lonely?

In this friendly, friendly world
with each night so full of dreams
Why should any heart be afraid?

The world is such a wonderful place to wander through
When you've got someone you love to wander along with you

With the skies so full of stars and the river so full of song
Every heart should be so thankful

Thankful for this friendly, friendly world!


Lagu ini sangat menyentuh dan menemani saya menulis tulisan ini. Ia seperti lagu anak-anak yang bercerita tentang kasih dan persahabatan yang menghiasi dan memenuhi lingkungan dan dunia semesta kita. Komposer Kenneth Lorin Darby atau Ken Darby (1909 - 1992) menciptakan lagu ini dan dinyanyikan oleh Jim Carrey dan Michael Stipe, penyanyi rock alternatif dari Amerika Serikat, dengan sangat menghibur, membuat kita menggoyangkan badan. Dan, lagu ini juga turut membuat saya jatuh hati pada komedian Jim Carrey melalui film-filmnya. Nama Jim Carrey sendiri cukup sering terlintas dalam percakapan mengenai film dengan teman-teman. Namun, tidak menjadi perhatian utama saya laiknya seperti pada Tom Cruise, Brad Pitt, Jamie Foxx, Tom Hank, dan sebagainya. Eternal Sunshine of the Spotless Mind (2004) tidak cukup membuat saya mengerti tentang Jim Carrey yang penuh humor itu. Hal ini mungkin dapat dimengerti karena film-film Jim Carrey bergenre komedi jarang beredar di bioskop di Indonesia. Seperti biasa, bioskop 21 hanya menyiarkan film-film ‘canggih’ dengan teknologi film yang mencengangkan sekaligus yang sangat market-oriented. Pun dalam dunia pergosipan selebritis di televisi Indonesia, nama Jim sepertinya tidak pernah dibicarakan, apalagi cerita kehidupan pribadinya.

Sebelumnya, perkenalan akrab saya dengan Jim Carrey dimulai pada Dumb and Dumber To (2014). Saya mendapatkan film ini secara tidak sengaja pasca menonton film-film yang memenangi Piala Oscar 2015. Saya menonton film ini berulang-ulang karena adegan Jim sangat-sangat penuh percaya diri dan konyol. Jim sendiri menyebut film ini dalam Tonight Show pada salah satu televisi swasta di Amerika Serikat (via Youtube) bukanlah film, tapi sebuah “fenomena” yang ia lafazkan secara ekspresif. Karena, seperti pada film-film Jim era 1990an, improvisasi Jim sangatlah banyak dalam produksi film-film komedi yang dibintanginya. Dumb and Dumber To adalah kelanjutan cerita dua pemuda dungu dari Dumb and Dumber (1994). Butuh 20 tahun bagi Llyod (Jim Carrey) dan Harry (Jeff Daniels) untuk bisa berkumpul bersama lagi. Selama 20 tahun itu Llyod pura-pura patah hati dan depresi di depan Harry, karena mengetahui bahwa Marry Swansons (gadis pujaan Llyod pada film yang pertama) sudah menikah. Llyod dirawat di panti jompo dan membiarkan Harry setiap minggu membawakan permen kesukaannya tanpa pernah menggubris percakapan Harry. “Suatu tindakan gila yang penuh komitmen”, kata Harry ketika mendengar pengakuan Llyod. Kekonyolan cerita ini akan berlanjut pada Dumb and Dumber For yang konon akan diluncurkan 20 tahun yang akan datang, tahun 2034. Saya mencoba untuk bersabar.

Saya tak bisa membayangkan Jim Carrey ketika muda tanpa menonton film-filmnya yang banyak tersebar pada era 90an dan 2000an. Menonton Jim Carrey ada baiknya dimulai dari film-film komedinya, bukan film drama serius, dan agak tidak menikmati jika itu film animasi. Saya sendiri menonton film Jim secara acak. Saya selalu terhibur ketika menonton The Mask (1994), Ace Ventura I dan II (1994 dan 1995), The Cable Guy (1996), di mana kekonyolan Jim sangat kentara di sana. Meski begitu, Jim sendiri tidak selalu bermain dalam film penuh dengan adegan lucu. Pada The Majestic (2001), The Number 23 (1997), Yes Man (2008), dan Mr. Popper’s Penguins (2011), Jim menjadi cukup serius. The Majestic sendiri adalah kritik terhadap kealpaan pemerintah Amerika Serikat atas terbunuhnya anak-anak muda negeri itu dalam peristiwa militer, abdi bagi negara. Dua film lainnya mengusung tema keretakan hubungan sepasang kekasih dan keretakan sebuah keluarga kecil. Tema-tema yang memang akrab dalam perfilman drama Hollywood. Tapi, ketika anda menonton Fun with Dick and Jane (2005), Bruce Almighty (2003) atau Liar Liar (1997), anda akan kembali dibawa kepada sosok Jim yang ‘sebenarnya’: konyol, kadang kasar, tapi sangat ekspresif.

Film-film Jim banyak beredar pada angka tahun 1990an, di mana kehidupan pibadinya terlihat sangat kacau. Ia bercerai, nikah lagi, bercerai lagi, pacaran, lalu putus yang semuanya terjadi pada dekade itu. Pasca satu dekade era 2000, kehidupan asmara Jim penuh dengan gejolak dan cerita duka. Salah seorang bekas pacarnya ditemukan tewas bunuh diri beberapa waktu setelah mereka berpisah. Jim juga dikenal suka berpacaran dengan perempuan yang jauh lebih muda usianya, bahkan seperti sebaya dengan putrinya. Ini cerita lain dari kehidupan keseharian Jim yang tentu saja berbeda dengan cerita di film-filmnya. Tidak saja film di era 90an, saya juga seperti ditarik untuk menonton film-film Jim pada masa 1980an. Akhirnya saya berjumpa dengan Once Bitten (1985), film vampir yang dikemas secara pop, tidak seram dan menakutkan. Agaknya, waktu itu usia Jim baru 23 tahun. Ia cukup tampan, imut, dan pembawaan lucunya sudah terasa dalam tindakan serta dialog antartokoh. Pada film ini, saya terheran-heran dengan adegan-adegan pemuda yang gemar mendekati perempuan lebih dewasa: brondong dan tante-tante saling kedip di pub. Sepertinya itu menjadi cerminan kondisi Amerika Serikat pada masa itu: asap rokok mengepul di mana-mana, seks dan prostitusi secara bebas, serta tuntutan kemandirian bagi remaja. Adegan ini mengusik saya untuk tak bisa melepaskan bayangan akan Jim dua tahun kemudian, usia 25, menikah dengan seorang produser dan memiliki seorang putri, Jane Carrey.

Selain sebagai komedian, Jim Carrey juga dikenal sebagai comic pada Stand Up Comedy Amerika dan juga seorang pelukis. Ia tidak hanya bercerita lucu ketika di atas panggung Stand Up tapi juga ketika tengah menerima awards dari suatu kompetisi. Hal yang sama sebenarnya ia lakukan ketika menjadi bintang tamu di acara-acara talkshow. Kesemuanya itu sepertinya yang membuat dia dianugerahi doktor honoris causa dari MUM (Maharishi University of Management), sebuah universitas yang mengedepankan pendidikan dan pengembangan sosial-psikologi mahasiswanya. Pada sambutan pelepasan wisuda di kampus ini pada 2014, Jim menjelaskan tentang filsafat hidup yang ia sarikan dari kehidupannya sendiri. Ada banyak hal menarik dan lucu dalam pidatonya, tapi satu hal yang berkesan bagi saya bahwa manusia adalah bagian dari semesta di mana kehidupan terjadi bukan untuknya tapi demi dirinya. Oleh karena itu, tak ada batasan bagi seseorang untuk menggapai apa yang diinginkannya. I have no limit!

Jim Carrey adalah ayah dari seorang putri, sekaligus seorang kakek. Jim dikenal sebagai aktor yang cerdas dan jenius dengan beberapa kali dianugerahi penghargaan atas karya dan prestasinya. Bersebab inilah ia kemudian dikenal juga sebagai inspirator dan motivator meski pekerjaannya bukanlah motivator dari seminar ke seminar atau dari pidato ke pidato. Anda bisa berselancar informasi di Youtube tentang Jim Carrey. Ada banyak video motivasi yang membawa namanya, suaranya, serta gambar-gambarnya. Setelah menonton film-film Jim saya mulai bisa membedakan antara suara Jim dengan suara orang lain dalam film animasi, lagu, maupun video lainnya yang tidak menampilkan wajah Jim. Sebuah capaian yang menyenangkan, bukan? Hehehe.

Dari sekian banyak hal menarik tentang Jim Carrey, kebaikan dan kehangatan pada sesama anak manusia adalah yang paling berkesan bagi saya. Kata orang, jika kita mampu memperlakukan seseorang seperti teman lama, maka sepanjang hari hati kita akan penuh cinta dan rasa bahagia. Betul, the world is such a wonderful place to wander through!

Foto: Google

Comments

Popular posts from this blog

Pusparatri, Perempuan Penolak Surga*

Judul : Pusparatri Gairah Tarian Perempuan Kembang Penulis : Nurul Ibad, Ms Penerbit : Pustaka Sastra dan Omah Ilmu Publishing Tebal : x + 220 halaman Cetakan : Pertama, 2011 Genre : Novel Harga : Rp 40.000,- Resensiator : Adek Risma Dedees, Mahasiswa Sastra Indonesia UNP Untuk kesekian kalinya Nurul Ibas, Ms meluncurkan novel bertajuk senada dengan novel-novel sebelumnya, seperti novel Nareswari Karennina yang tergabung di dalam trilogi Kharisma Cinta Nyai, yakni perjuangan seorang perempuan yang ingin keluar dari lembah kemaksiatan dengan lakon lain, Gus Rukh, sebagai juru selamat. Begitu juga dengan novel Puparatri: Gairah Tarian Perempuan Kembang yang baru diluncurkan pertengahan tahun 2011 ini. Di dalam sambutannya, penulis, Nurul Ibad, Ms menyampaikan kepada pembaca, bahwa novel ini mengangkat tema perjuangan perempuan awam untuk memperoleh kehidupan yang layak dan bermartabat, sekalipun mereka harus menjadi perempuan penghibur, bukan istri pertama, ata

Review Encoding/Decoding by Stuart Hall

Stuart Hall mengkritik model komunikasi linear (transmission approach) –pengirim, pesan, penerima- yang dianggap tidak memiliki konsepsi yang jelas tentang ‘momen-momen berbeda sebagai struktur relasi yang kompleks’ serta terlalu fokus pada level perubahan pesan. Padahal dalam proses pengiriman pesan ada banyak kode –pembahasaan- baik yang diproduksi (encode) maupun proses produksi kode kembali (decode) sebagai suatu proses yang saling berhubungan dan itu rumit. Proses komunikasi pada dasarnya juga berkaitan dengan struktur yang dihasilkan dan dimungkinkan melalui artikulasi momen yang berkaitan namun berbeda satu sama lainnya –produksi, sirkulasi, distribusi/konsumsi, reproduksi (produksi-distribusi-reproduksi). Landasan Hall atas pendekatan ini adalah kerangka produksi komoditas yang ditawarkan Marx dalam Grundrisse dan Capital, terminologi Peirce tentang tanda (semiotic), serta konsep Barthes tentang denotatif dan konotatif yang bermuara pada ideologi (denotative-connotative-id

Bisnis Laundry di Tengah Mahasiswa

Menjamurnya usaha jasa cuci pakaian kiloan atau laundry di sekitar kampus mendatangkan keuntungan yang tidak sedikit serta mampu menyerap tenaga kerja di daerah sekitar. Usaha ini pun semakin diminati oleh berbagai kalangan. Kebanyakan para pemilik hanya mengandalkan modal usaha pribadi. Arif Sepri Novan, pemilik Mega Wash Laundry , mengungkapkan mahasiswa merupakan pangsa pasar terbesarnya saat ini. Mahasiswa memiliki banyak kegiatan dan tugas kuliah yang menyita waktu serta tenaga. Untuk itu peluang membuka usaha laundry di sekitar kampus baginya sangat menjanjikan. “Pasarnya cukup luas dan jelas,” ungkap Arif, Selasa (22/3) siang lalu. Arif pun merintis usaha laundry sejak September 2010 lalu di kawasan kampus Universitas Negeri Padang (UNP), di Jalan Gajah VII No.15, Air Tawar, Kecamatan Padang Utara, Kota Padang. Ia mempekerjakan dua karyawan untuk mencuci, mengeringkan, menyetrika, serta mengepak pakaian-pakaian tersebut. Setiap hari Mega Wash Laundry menerima hingg