Skip to main content

Posts

Showing posts from April, 2012

[Review Hidup] Mari, Mampir Sejenak

Siapa nanya jika perjalanan ini masih membawaku pada jalan yang berliku dan panjang. Jalan yang tak berkesudahan dari malam ke malam lagi. Begitu setiap hari dan petang. Perjalanan yang sungguh melelahkan. Karena selalu berpacu dengan waktu, langkah-langkah pun terbiasa untuk selalu bergerak dan berpindah. Namun, pagi ini, di tengah lapar mendera dan hanya ada seonggok komputer putih di depan mata, ada suara sengau menderu di ulu hati.Ah, hidup. Jika ingin memilih, aku berharap dibesarkan oleh peladang dan tinggal di kaki bukit yang penuh dengan hamparan sayur mayur, beberapa ekor ayam kampung dan sapi perah. Cukup itu. Tentu saja bersama orang-orang yang aku kasihi dan mengasihiku. Rasanya, meneguk teh atau kopi di pagi hari yang merupakan hasil panen sendiri sangat menggiurkan. Belum lagi jika ditambah pula dengan pisang atau ubi rebus atau bakar yang kerap disuguhkan ibu dan nenek di pulau Rose dulu. Sungguh, hari yang menyenangkan dan penuh dengan kebermaknaan. Ini hari penuh

[renungan] Saya pun (kembali) Sadar

Ini mampu membuat kita sangat hormat pada hewan dan tumbuhan, apalagi sesama manusia. Maka, maksimal berbuat baik pada sesama menandakan kita mulai memuliakan diri dan alam semesta. Gambar ini sengaja saya curi dari internet, semata-mata untuk memamerkan kepada anda. Semoga kembali sadar ya ^_______^

[Hari Pejuang Perempuan] Kepada Amak dan Perempuan Pekerja yang Dibentak

April ini, seperti April yang lalu, selalu ada kegiatan, diskusi, acara, dan tulisan di sana-sini menghiasi langit perempuan di negara Indopahit. Warga negara ini, hanya sebagian, merayakan hari pejuang perempuan yang dikenal dengan Hari R.A Kartini. Ini hari khusus mengingatkan akan perjuangan beliau dan kawan-kawan perempuan di pulau manapun di Tanah Air, untuk perempuan yang (pernah) tertindas dan kaum minoritas, sebutlah begitu. Saya pun, seperti dipaksa untuk ikut serta merayakan hari ini walau hanya dengan berkata-kata, yang kadang omong kosong, dengan tulisan di blog tercinta. Apalah yang akan saya bagi, selain cas cis cus saya. Karena, sangat dilarang bukan membagi-bagikan uang gaib dengan motif yang gaib pula di negeri seribu satu genderuwo ini. Tulisan ini tentu tidak hanya ditujukan kepada Amak saya dan perempuan pekerja saja. Jauh lebih penting tulisan ini ditujukan kepada pembaca yang telah sudi mampir dan rela mengobrak-abrik blog lusuh ini. Saya, selalu berangan-

[Catatan Mimpi] Berjumpa Mas Andreas Harsono di SKK Ganto

Rabu, 11 April 2012 sekitar pukul 04.30 WIB karena saya terbangun dari mimpi ini pukul 05.30 WIB. Jadi, saya perkirakan mimpi ini memakan durasi satu jam dengan alur sedikit lebih baik. Saya dan teman-teman mengikuti pelatihan yang kurang jelas tentang apa. Namun, saya yakin pelatihan itu tidak melulu mengenai jurnalistik dan tulis menulis yang kerap saya ikuti. Saya di Jogjakarta waktu itu. Di kampus di Padang, tepatnya di sekretariat Surat Kabar Kampus Ganto, ada agenda bertemuan dan diskusi mendadak, ini sering terjadi, karena ada orang hebat datang berkunjung. Tentu saja, biasanya tak jauh-jauh dari jurnalistik, sastra, dan hukum. Nah, datanglah mentor kita dari Yayasan Pantau di Jakarta sekaligus wartawan hak asasi manusia. Ialah pak/mas/om/abang/koko Andreas Harsono yang tidak asing lagi di telinga kami. Awalnya, saya yakin tak akan bisa datang. Selain karena jauh, juga karena sedang ikut pelatihan. Namun, pelatihan kami cepat usai dan tiba-tiba saya sudah berada di sekretariatan

[TV Kita] Pilih-pilih Mantu dan Penjajahan Sesama Perempuan

"Saya suka sama cowok itu, tapi saya sepertinya tidak termasuk dalam kategori menantu pilihan ibunya." "Saya akan coba usaha lagi sehingga masih mendapat kesempatan untuk memperbaiki citra saya di depan ibunya." "Karena yang akan memilih istri untuk anak saya, ya saya. Jadi, saya berharap mereka, calon istri anak saya, dapat membahagiakan saya selama proses pendekatan ini." Tiga kalimat di atas sering kita dengar ketika teman tak punya pilihan lain untuk mengganti chanel TV ke acara ini. Dalam acara ini, perempuan-perempuan cantik, muda, dan sangat berpeluang untuk cerdas dan sejahtera, mati-matian merebut simpati dari para perempuan gaek, ibu-ibu, yang notabene perempuan yang melahirkan (entah benar entah tidak) dari para lelaki yang mereka dambakan. Nah, selanjutnya berbagai cara pun dilakukan oleh para perempuan muda ini. Ada dengan bergelayut manja, seperti anak kera, kepada si ibu setiap berjumpa. Ada pula mencium tangannya berulang-ulang hingga berba