Skip to main content

Posts

Showing posts from March, 2012

12 Days Your Shadow Played in My Mind

"You know, I just wanna say I like you and I hope you to be patient to listen what I told and what I want. No more baby. But, in my opinion you are very skeptic of my story. It's not ok. And you know that but you still leave me alone. It is so painful right. Whatever, I wish you will stop off on my site blog in dedees-dedees.blogspot.com, may it happen you think the reason you loved me before" (My heart always goes with the tide to your heart) Ini menjadi kutipan tergalau pada pekan akhir Maret 2012. Entah karena udara semakin panas, demo sana sini, atau bahkan karena hutang semakin menggunung, tak juga kunjung gajian. Pun dengan kutipan ini rasanya, ada yang terlepas dari pundak kanan. Beban 2,5 kg serasa terhempaskan. Meskipun diikuti dengan kesan mengemis cinta. Oh, poor me bro! Adalah kisah cinta yang malang Adele semakin mengukuhkan betapa kejujuran mencintai seseorang menjadi dualisme kekuatan baru. Pertama, dengan mengemis cinta plus muka penuh derita, kau benar-be

[Cerita di Minggu Pagi] Jogging dengan Seribu Sejarah

Sekitar 10 menit perjalanan jogging dari tempat tinggalku ke arah utara, kau akan bertemu dengan tiga jenis batu yakni Batu Gilang, Batu Gatheng, dan Batu Gethong. Sebelumnya, di sini di kota ini kita tentu saja tak mengenal hulu dan hilir kawan, karena kota ini adalah kawasan yang terletak di tepi pesisir/laut serta juga lembah. Masyarakatnya mengenal arah dengan sebutan mata angin yaitu biasanya utara, selatan, barat, dan timur. Dan ketiga jenis batu ini adalah obyek peninggalan sejarah Keraton Mataram 1509. Sangat tua bukan kawan? Nah bangunan ini dipugar, dicat ulang, dan dirapikan kembali. Letaknya persis di tengah jalan dan di antara dua pohon beringin tua yang akar gantungnya menjuntai kemana-mana. Oiya, waktu kanak-kanak dulu, di Pulau Rose, beringin adalah rumahnya para wewe gombel serta makhluk halus lainnya. Itu cerita di Pulau Rose dan kami meyakini. Akan tetapi, di kota ini, beringin tidak demikian, mereka tumbuh di tengah-tengah kota, sebagai tempat berteduh dan bermainny

BBM Naik, Matilah Rakyat!

Presiden dan jajaran orang penting serta berduit di negeri ini kembali ambil kebijakan menaiktinggikan harga BBM, sebagai kebutuhan utama rakyat. Analisa dan pertimbangannya, aku tak mau tahu. Namun, dengan bergemanya jeritan rakyat mulai dari Timur hingga Barat, sudah menjelaskan betapa kebijakan itu sangat ditentang dan menjijikkan. Adalah pada bulan ini semakin garang jeritan itu di sana sini. Mulai dari kalangan elit, sebut saja mahasiswa, masyarakat, dan seterusnya. Mereka buka mulut, tak hanya di jalanan, seperti yang sudah-sudah dengan berdemonstrasi, memblokir SPBU, bakar foto-foto pejabat sana sini, serta jika juga tak digubris maki ini itu. Aparat keamanan pun 'bersitungkin' (Minang, artinya bekerja keras) mengamankan jalannya demonstrasi. Media pun ramai orderan. Pun dengan teman-teman yang tak sempat mengacung-acungkan kepalan tangan di jalan, mereka menulis di hampir setiap jejaring yang tersedia. Riset kecil-kecilan, menyimak berita yang lalu lalang tentunya, semb

Suatu Pagi Ketika Ibu Mengharap Telepon

Adalah cerita tentang keengganan patuh pada hasrat dan mental berbelanja. Tak ingin menguras kantung hanya untuk keperluan yang bisa ditangguhkan. Dan tak juga besemangat memperkaya para kapitalis yang belum tentu anak negeri. Hingga mengisi ulang kartu telepon prabayar pun ditepiskan untuk kesekian waktu. Tentu saja ini tak membuat mereka -para kapitalis- segera kere. Ah, jauh panggang dari api. Belum. Masih jauh. Namun, ada kelegaan. Kabar ini pun tersiar kepada kakanda di pulau Rose . Ia mahfum. Dan segera memberi tahu ibu. Tapi apa kata ibu, 'Ini penting! Segera telepon ibu,'. Aku terhenyak. Malam harinya, kakanda bercerita bahwa ibu agak keberatan dengan sikap kami. Dan cerita ibu keberatan ini tersiar ke beberapa kota di pulau Rose. 'Hmm, ibu terlalu khawatir akan tanah Bulb ini,' kataku pada kakanda. Ia setuju. 'Sebagai anak perempuan kita telah berdosa'. Aku menolak. Kujelaskan, setelah kuperdengarkan suaraku pada ibu, ibu terdengar riang dan mulai belaj

[Membantu Si Gundul Hitam] Belai Daku dan Bawalah Berlari!

Meskipun hujan deras begini, tidak berarti tabungan air di kamar melimpah. Persediaan air putih yang sedia semakin menipis. Untungnya para teman tak keberatan berbagi minuman. Walau begitu, tentu saja tidak boleh boros. Karena menyulitkan orang lain itu tidak enak. Dihemat-hematlah minum air putih. Pun dengan berbicara agar tak lekas haus. Selain cangkirnya ditutup, agar tak masuh benda-benda aneh, diawasi juga agar tak tersenggol kaki yang kadang tak terkontrol. Akan tetapi, penyakit lupa yang meletakkan begitu saja roti tak jauh dari cangkir, telah mengundang sekitar lima kepala keluarga semut ke sana. Alhasil, berkerubunglah mereka. Ada yang sedang sibuk mencari celah membobol roti, ada pula yang tengah bermain-main di bibir cangkir. Ini bukanlah pemadangan bagus. Harus segera diungsikan roti dan cangkir dari serangga-serangga lapar itu. Usahapun dimulai. Niatnya ingin mengeluarkan seekor semut yang terlanjur jatuh dan basah kuyup di dalam cangkir. Ternyata serangga satu ini bodohny

Kaum Wangi-wangi Pool dan Rendang Padang

Tengah enak-enaknya makan malam di warung nasi langganan, tiba-tiba si bapak Sumbawa nyeletuk, bahwa perempuan cantik yang berteduh setengah menit tadi, super wangi dan renyah. Saya terbahak dan berhenti menyuap. Si bapak ngotot kemudian mengatakan bahwa saya tidak menyimak wewangiannya. Kali ini saya cengengesan. Orang-orang wangi begitu, sambung bapak Sumbawa, didapatkan memang sudah 'turunan' dari langit. Sudah digariskan bahwa mereka kemana-mana pakai sedan antik dan mahal. Tidak akan bersusah payah dan harus kere dalam mencari makan, seperti kebanyakan penjual makanan di kota ini. Saban hari, lanjut bapak Sumbawa, kerja mereka ya cuma ngumpul-ngumpul sembari tanda tangan ini itu. "Saya memang tak pernah mimpi hidup seperti itu, tapi saya memimpikan untuk anak saya kelak mba," lanjut bapak Sumbawa. Untung ini suapan terakhir, jadi saya bisa mengiyakan angan si bapak. Sembari menyiapkan teh hangat buat dirinya sendiri, si bapak melanjutkan cerita. Luarnya saja Munt