Skip to main content

Posts

Showing posts from August, 2011

Dirgahayu ke-66 Republik Indonesia, Jayalah Indonesiaku

Sejak dua hari lalu, jalan-jalan yang kutelusuri dari tempat aku dibesarkan, Lubuk Sanai Mukomuko, beberapa kampung diwarnai dengan bendera Merah Putih di setiap halaman rumah warga. Bermacam-macam, ada bendera yang berkitar merah menyala, ada pula bendera yang mulai kusam warnanya serta tak bergerak sama sekali. Pun demikian dengan tiang bendera. Ada yang sengaja memakaikan kayu bagus serta dicat dengan baik. Ada pula hanya dengan sebilah bambu dan diikatkan pada pagar rumah-rumah warga. Pemasangan bendera ini tentu saja untuk mengenang dan menghargai jasa para pahlawan bangsa ini yang telah bersusah payah memerdekakan bangsa kita, Indonesia. Tradisi tahunan ini, memasang bendera Merah Putih, ataupun jika ada dana mengadakan lomba makan kerupuk, pacu lari karung, dan sebagainya, semata-mata untuk memeriahkan Hari Ulang Tahun Negara Kesatuan Republik Indonesia ini dengan penuh suka cita. Bangsa besar ini tentu tak mau dicap sebagai generasi pembangkang dan tak menghargai pengo

My Fast_The Second Week_August 2011

Memasuki pekan ke dua mengikuti puasa ramadhan 1432 Hijriah tahun 2011 ini, saya ditemani gadis kecil baru. Ia mahasiswa baru yang ngekost di tempat kostku. Bertubuh mungil, rambut panjang lurus nan lebat dan legam serta teronggok kaca mata minus yang cukup tebal di wajahnya. Oh, rupanya gadis kecil ini mengalami kerusakan mata di usia yang sangat muda. Aku jadi kasihan. Karena ia begitu sulit, bagiku, membaca SMS dan membaca apa saja yang ada di kamar ini. Pekan ke dua puasa ini, cobaan sepertinya semakin besar dan menuntutku agar lebih kuat. Mulai dari tingkah sedikit aneh gadis kecil di kamarku, aktivitas kampus yang semakin padat dan sepertinya untuk yang terakhir kali aku penuhi, undangan sana sini buka puasa yang cukup membuat kocekku terseok-seok, dan cobaan dalam bentuk lain. Puasa ini begitu mengharu biru dan berbeda dari puasa tahun kemarin. Pada puasa ini pula, aku menargetkan untuk selalu memenuhi salat sunah tarawihku baik kulakukan di masjid dan musala maupun

Kota Padang Ultah Ke-342

Hari ini tanggal 7 Agustus 2011. Bertepatan dengan hari Minggu, libur rutin, hampir setiap orang. Termasuk saya, yang mencoba tidur seharian seperti bangkai di kamar kost. Mencoba menikmati akhir pekan pertama bulan puasa tahun ini dengan kesendirian, oh tentu saja tidak. Saya tak pernah sendiri. Walaupun pernah mencoba untuk sendiri. Ada kado tiga novel bagus-bagus yang menemani. Bercengkerama, mulai dari sebelum berbuka puasa, malam menjelang, setelah sahur, dan setia menemaniku di dalam angkutan kota yang selalu bising. Mayday. Sehalaman koran lokal di kota ini dipenuhi oleh iklan ucapan Selamat Ulang Tahun untuk Kota Padang yang ke-342 tahun. Saya terpaku kemudian disusul senyum dikulum membaca iklan tersebut. Aha, hari jadi ke-342, tua banget, pikirku. Secepat kilat otakku berpikir, ini momen yang bagus dan yahud untuk menulis sesuatu tentang kota yang telah kudiami sekitar empat tahun ini. Ah, aku jadi ingat nenek-nenek dan kakek-kakek yang pernah beumur ratusan tahun.

Menularkan Tradisi Membaca dan Menulis

Sekitar 50 peserta antusias mengikuti undangan berdiskusi tentang tradisi membaca dan menulis oleh penyair Taufiq Ismail. Penyair Taufiq Ismail selaku pembicara, menyampaikan bahan diskusinya tentang tradisi membaca dan menulis dengan judul ‘Menutup Babak Generasi Rabun Membaca Buku, Pincang Menulis Karangan’. “Kita, orang Minang, memiliki tradisi membaca dan menulis yang tinggi. Apalagi zaman kemerdekaan dahulu. Tradisi ini harus kita tularkan dan lestarikan untuk generasi mendatang,” ungkap Taufiq Ismail di Rumah Puisi Taufiq Ismail, di Nagari Aie Angek, Padang Panjang, Sabtu (23/7) lalu. Dalam materinya, Taufiq membandingkan bagaimana sekolah-sekolah di luar negeri menjadikan mata pelajaran membaca dan mengarang sebagai mata pelajaran wajib diikuti oleh para siswa. Sekolah-sekolah tersebut tidak hanya menyediakan berbagai buku sastra yang dikarang oleh sastrawan-sastrawan besar dunia tetapi juga mewajibkan mengarang yang kelak akan dicetak menjadi buku-buku karangan para siswa terse

My Fast_The First Week_August 2011

Sengaja membuka puasa tahun 2011 ini di rumah bersama Ibu, Nenek, dan kakak-kakak. Tak mau membuat Ibu sedih, kalau anak bungsunya tak mudik ketika Ramadhan menjelang. Ramadhan menjadi bulan paling sakral dan bahkan penuh dengan sesuatu yang mengharu biru-dalam keluargaku. Bulan ini semua orang harus hadir di depan mata, bagaimanapun keadaannya. Termasuk aku, yang sedang sibuk di tahun akhir perkuliahan. Siapa lagi yang akan membuat Ibu senang dan bahagia kalau bukan kami-anak-anaknya yang sudah lumayan besar dan dewasa. Salah satunya berkumpul, bercerita, berdebat, memasak, berjualan, dan berziarah bersama ke makam Ayah. Sejak kepergian Ayah, kami semakin menyadari dan paham kehidupan harus tetap dilanjutkan tanpa beliau lagi. Dan berziarah, salah satu luapan rindu kepada beliau dan tetap mensyukuri yang ada dalam kehidupan kami. Perjalanan dimulai H-5 Ramadhan, ketika aku meninggalkan kota dimana aku bermukim sejak empat tahun terakhir ini, kota Padang Tercinta, Kujaga dan Kubela-beg