Skip to main content

Posts

Showing posts from June, 2011

Wisran Hadi Dipanggil Sang Pencipta

Lelaki 66 tahun itu terbujur kaku dengan raut wajah seperti biasanya, namun sedikit pucat. Di atas tempat tidur sederhana, ia tidur-dan akan lebih panjang dari biasanya-berselimutkan kain panjang batik plus semacam selempang yang dipakai lelaki Minang (maaf saya tidak tahu persis apa namanya), berwarna ungu menghimpit jenazah, sang inspirator itu. Sedangkan selendang tipis putih menutupi leher hingga kepalanya yang abu-abu. Ya, ia Wisran Hadi yang kita kenal sudah dipanggil Sang Pencipta pagi tadi pukul 07.30 WIB, Selasa (28 Juni 2011) di Lapai, kota Padang. Begitu penggalan pesan pendek yang saya terima dari Darman Moenir, guru menulis saya. Hujan rintik-rintik mulai menyirami kota ini. Langit dan alam seolah berduka akan kepergian lelaki 'nyentrik' dan pemberani ini hingga dini hari, Rabu (29 Juni 2011) perayaan Isra Mi'raj Nabi Muhammad Saw. Di sisi kanan jenazah terbujur, duduk bersimpuh perempuan tua dan sabar yang senantiasa mendampingi Wisran Hadi sekitar puluhan tah

Pesawat Terbang di Atas Atap

Sejak Rabu (22/7) kemarin pesawat Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara berputar-putar di Kota Padang. Jejeran spanduk di sepanjang jalan Kota Padang, menerangkan atraksi ini akan berakhir empat hari kemudian, Minggu (26/7). Para awak penerbang ini melakukan berbagai atraksi di udara dalam rangka perayaan Aerosport Show TNI AU di Kota Padang. Ada yang terjung payung, atraksi gantole, serta tak ketinggalan pesawat-pesawat TNI AU berseliweran setiap sekitar lima menit sekali. Cukup menghibur sekaligus memekakkan telinga. Pagi ini, Kamis (23/7) kami sedang menikmati kerupuk dengan sambal lado, ya sebut saja sebagai sarapan anak-anak kos yang jauh dari Ibunda. Sedang asyik-asyiknya makan sambil bercengkerama dengan teman-teman tiba-tiba dengung pesawat dari jauh dan mendekat di atas pemondokan kami. Sepertinya dekat sekali dengan atap rumah, karena derunya begitu kencang dan membuat kami menggigil. Semoga saja tak jatuh, harap-harap kami sembari menelan kerupuk-kerupuk tak bervitamin i

Rame-rame Wakafkan Buku pada KPM

Musibah gempa bumi yang meluluhlantakkan Kota Padang, Sumatera Barat tahun 2009 lalu, tak hanya memakan korban jiwa dan harta benda, tetapi juga mengakibatkan Kota Padang serta masyarakatnya mengalami kerugian yang jauh lebih besar, ribuan bahkan ratusan ribu koleksi buku, majalah, jurnal, serta dokumentasi tentang Sumbar hilang, rusak, bahkan hancur. Menyisakan puing-puing yang tak berarti. Dampaknya, masyarakat Sumbar kehilangan bahan bacaan yang beragam dan berkualitas. Hal inilah yang mendasari berdirinya Komunitas Padang Membaca (KPM) di Kota Padang yang dipelopori oleh Yusrizal KW dan kawan-kawan pecinta buku. Mereka menyebutnya Kawan Sapabukuan. Komunitas ini pun telah dideklarasikan pada 23 April 2011 lalu di Padang. “Selain itu, kita juga tak bisa terus-menerus bergantung kepada pemerintah untuk menyediakan buku dan bahan bacaan murah serta berkualitas kepada masyarakat banyak. KPM hadir untuk memfasilitasi masyarakat dan anak-anak Minang agar dapat membaca buku yang berkualit

Kesenian Reog dan Balas Dendam

Kesenian reog yang kita kenal sekarang, ternyata berbeda dengan kesenian reog ketika masa dulu atau waktu reog itu sendiri dilahirkan. Perbedaan-perbedaan tersebut muncul dan berkembang sesuai dengan generasi penerus dan zamannya. Reog, ternyata tak hanya kesenian belaka, namun seni tradisi ini kaya sejarah dan budaya dari salah satu daerah di Tanah Air ini. Di tangan Han Gagas, novel Tembang Tolak Bala, menyajikan perihal tersebut dengan apik dan memukau. Berawal dari petualang jiwa seorang bocah, Hargo. Ia tergolong anak yang berbeda dari kawan-kawan seusianya. Ketika koma, tak sadar diri sekitar sebulan, ia mengalami petualang jiwa dengan berbagai tokoh kharismatik yang membesarkan tradisi reog di Ponorogo. Beruntun, penggalan sejarah dan kisah kelahiran, kebiasaan, dan budaya reog ia dapati dari berbagai tokoh dan warok, pendekar sakti pemanggul reog ketika pertunjukan seni reog Ponorogo. Tak hanya itu, Hargo, tokoh utama novel ini justru dijadikan sebagai gemblak dalam petualan

NII dan Romantisme Masa Lalu

Gerakan pembentukan Negara Islam Indonesia (NII) baru-baru ini yang memakan banyak ‘korban’ menjadi perbincangan hangat serta menjadi topik aktual di tengah-tengah masyarakat. Semua media cetak dan elektronik mengabarkan gerakan yang digawangi oleh anak-anak muda cerdas, pendukung gerakan jihad, dan baik langsung maupun tidak bergulat dengan perpolitikan nasional, setiap hari dengan berbagai berkembangannya. Tak kalah menariknya untuk diikuti, mayoritas pengikutnya berasal dari dunia kampus atau perguruan tinggi. Mahasiswa; kalangan elite, cukup berduit, dan tentu saja lebih cerdas dari masyakarat kebanyakan. Historinya, tahun 1949 lalu, Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo pernah memproklamasikan Negara Islam dengan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) beserta para pendukungnya waktu itu. SM Kartosoewirjo dan rekan-rekan seperjuangan mengganggap pembentukan negara baru akan menjadi pilihan terbaik di tengah mundurnya negara dalam memberikan kehidupan yang lebih sejahtera, berma

Etika Religius Ala Buya Hamka

Kasus mafia pajak Gayus Tambunan yang menyita perhatian masyarakat atau publik sejak hampir setahun lalu masih menyisakan tanda tanya besar. Tanda tanya baik bagi penegak hukum yang langsung menangani kasus ini maupun masyarakat yang hanya bisa mendengar dan menyaksikan lewat televisi-televisi di rumah. Artinya kasus ini belumlah menemukan titik terang. Penggelapan uang rakyat, korupsi, kolusi, dan nepotisme masih subur, awet, bahkan terpelihara apik di republik ini. Kasus Gayus hanyalah salah satu kasus yang menghebohkan Tanah Air. Sebelumnya, beberapa kasus besar yang merugikan rakyat dan bangsa juga sudah berseliweran di tengah-tengah pandangan kita. Kasus lumpur Lapindo, kasus Bank Century, pembunuhan aktivis Munir, serta kasus lainnya masih saja menggantung dan tak jelas rimbanya. Lembaga hukum yang seharusnya menyelesaikan kasus ini dengan tangkas hanya menjadi penonton layaknya masyarakat luas. Lembaga hukum tak berdaya. Panitia khusus, panitia kerja, ataupun satuan tugas yang

Novel Korupsi Tanpa Amanat Antikorupsi

Sebelum bangsa Indonesia memperoleh kemerdekaan pada tahun 1945, Tanah Air ini sudah diramaikan oleh berbagai tulisan (karya sastra) yang menampilkan peliknya problema korupsi dan bahayanya bagi kelangsungan suatu Bangsa. Jika menoleh ke belakang, kita dapat menikmati bagaimana cerita korupsi di dalam Max Havelaar karya Multatuli atau Hikayat Kadiroen oleh Semaun, serta deretan karya sastra (novel dan cerpen) lainnya yang ditulis oleh sastrawan besar di tanah Ibu Pertiwi tentang korupsi. Tahun 2011 ini, Hario Kecik, penulis yang lama melintang dalam dunia kemiliteran ini, terinspirasi menulis novel Sang Koruptor. Inspirasi ini lahir, jika ditilik, tak lepas dari semakin maraknya pemberitaan di media cetak maupun media elektronik bagaimana bahaya laten dan sistemiknya korupsi di Nusantara. Korupsi menjadi ‘hantu’ yang bisa mempengaruhi setiap orang dan membawanya ke dunia antah berantah yang menjerumuskan siapa saja di dekatnya. Novel ini bercerita tentang kerja sama antara dua orang

Romulus dan Remus, Antara Fakta dan Fiksi

Tak hanya Yunani, keberadaan Kota Roma di permukaan bumi pun penuh dengan cerita-cerita sejak ribuan abad sebelum masehi. Cerita-cerita itu berbaur dengan sejarah berdirinya salah satu kota tua dan megah, Romawi. Peradabannya menyebar dan dikenal oleh penjuru dunia, sebagai kota yang penuh dengan peperangan, ritual, serta penghormatan kepada para dewa-dewi yang kemansyurannya terkenal hingga sekarang. Buku Mitologi Romawi ini menyajikan asal usul berdirinya kota Roma dengan dua versi. Kedua versi ini bercampur baur antara sejarah dan fiksi. Namun, hingga sekarang bangsa Romawi mempercayai kedua versi tersebut sebagai asal usul Kota Roma. Versi pertama, Kota Roma didirikan oleh Aeneas, salah satu prajurit Troy yang selamat ketika bangsa Yunani membumihanguskan Troy. Sementara versi yang kedua, kota Roma didirikan oleh Romulus, salah satu putra kembar (Romulus dan Remus yang diselamatkan oleh srigala betina) dewa Mars, dewa perang. Kedua versi tersebut pun dipercayai layaknya sebuah s