Skip to main content

Posts

Showing posts from March, 2011

Bisnis Laundry di Tengah Mahasiswa

Menjamurnya usaha jasa cuci pakaian kiloan atau laundry di sekitar kampus mendatangkan keuntungan yang tidak sedikit serta mampu menyerap tenaga kerja di daerah sekitar. Usaha ini pun semakin diminati oleh berbagai kalangan. Kebanyakan para pemilik hanya mengandalkan modal usaha pribadi. Arif Sepri Novan, pemilik Mega Wash Laundry , mengungkapkan mahasiswa merupakan pangsa pasar terbesarnya saat ini. Mahasiswa memiliki banyak kegiatan dan tugas kuliah yang menyita waktu serta tenaga. Untuk itu peluang membuka usaha laundry di sekitar kampus baginya sangat menjanjikan. “Pasarnya cukup luas dan jelas,” ungkap Arif, Selasa (22/3) siang lalu. Arif pun merintis usaha laundry sejak September 2010 lalu di kawasan kampus Universitas Negeri Padang (UNP), di Jalan Gajah VII No.15, Air Tawar, Kecamatan Padang Utara, Kota Padang. Ia mempekerjakan dua karyawan untuk mencuci, mengeringkan, menyetrika, serta mengepak pakaian-pakaian tersebut. Setiap hari Mega Wash Laundry menerima hingg

Kala Bank Nagari sebagai Mitra Mahasiswa

Bank Pembangunan Daerah atau Bank Nagari selaku mitra kerja Universitas Negeri Padang (UNP) selalu mendukung agenda pengembangan perguruan tinggi ini. Bank Nagari berkomitmen memajukan UNP dengan meningkatkan pelayanan dari aspek perbankan, baik bagi pegawai maupun mahasiswa di kampus tersebut. Hal ini diungkapkan Nurhayani, SE, selaku kepala Cabang Pembantu Bank Nagari di UNP, Kamis (24/3) lalu di ruangannya. Sebagai mitra kerja di perguruan tinggi, Bank Nagari memberikan kemudahan bagi mahasiswa. Kemudahan itu terlihat dari biaya administrasi yang dikenakan kepada nasabah (mahasiswa_red) hanya sebesar Rp 250 per bulan. "Kalau nasabah umum sebesar Rp 5.000. Jauh lebih murah kan?" ujar Mami, panggilan akrab Nurhayani. Selama ini Bank Nagari hanya memiliki dua pelayanan bagi mahasiswa, yakni proses pembayaran SPP secara manual dan menjadikan Kartu Tanda Mahasiswa (KTM) sebagai Kartu ATM. Namun, mulai Mei depan Bank Nagari akan merintis pelayanan SMS Banking bagi mahasiswa untu

Yang Warna-warni di Topi Pelindung

Usaha topi pelindung atau helm semakin diminati banyak orang. Omsetnya cukup tinggi hingga menembus jutaan rupiah per hari. Namun, masih ada beberapa penjual yang menjual helm tidak ber-Standar Nasional Indonesia (SNI). Di lingkungan kampus sendiri, kebutuhan helm semakin banyak setiap tahun. Setiap tahun ajaran baru, mahasiswa baru di kampus-kampus semakin bertambah dan pengguna helm pun meningkat. Peluang ini pun ditangkap oleh Syafrizal, warga Jalan Cendrawasih, Air Tawar, Kecamatan Padang Utara, Kota Padang. Bermodalkan seadanya, ia menjual helm yang sesuai dengan kantung mahasiswa. Setiap bulan, lelaki 48 tahun ini pun membeli berkoli-koli helm. Satu koli berisi 40 helm dengan jenis dan harga yang sama. “Rata-rata harganya di bawah seratus ribu rupiah,” jelas Syafrizal, Selasa (22/3) siang lalu. Lelaki dengan dua putri ini, menjual helm sejak tahun 2003 silam. Ia menjual helm dengan harga Rp 50-75 ribu. Setiap hari ia mampu menjual 3 sampai 5 helm dengan beragam harga. Sya

Selaraskan Kualitas SDM dengan Akhlak Mulia

Rencana strategis (renstra) Politeknik Negeri Padang (PNP) awal tahun2011 hingga 2014 kelak selain meningkatkan kualitas sumber daya manusia baik staf pengajar maupun mahasiswa, PNP ini pun mencoba melebarkan sayap, menjalin kerja sama hingga ke negara luar sebagai bentuk komitmen menjadikan PNP sebagai politeknik bergengsi baik dalam negeri maupun luar negeri. Berbagai kerja sama pun dibangun tidak hanya dengan sesama politeknik ataupun universitas, dengan berbagai perusahaan serta industri-industri pun semakin ditingkatkan. Hal ini disampaikan Direktur PNP, Aidil Zamri, MT, di sela-sela aktivitasnya di PNP, Selasa (1/3) siang lalu di ruangannya. Menurut Aidil, baru-baru ini PNP telah menjalin kerja sama dengan dua universitas di Malaysia serta beberapa industri di Pulau Batam dan Kalimantan. Tak ketinggalan, dalam negeri pun PNP juga telah bekerja sama dengan PT. PLN, Telkom, Trakindo, dan lainnya. Kerja sama PNP dengan berbagai pihak terjalin dalam

Reportase Investigasi dan Etika Wartawan

Dalam melakukan reportase investigasi seorang wartawan harus memiliki pengetahuan yang memadai tentang hukum, perundang-undangan, sosial, budaya, ekonomi, kebiasaan masyarakat, agama, politik, teknologi, serta lingkungan. Hal ini sangat mendukung wartawan dalam menganalisa besar kecilnya penyimpangan yang terjadi. Selain itu, wartawan juga harus dituntut memiliki banyak jaringan atau sumber berita agar mudah dan cepat mengecek suatu informasi sehingga dengan mudah pula memperoleh gambaran awal tentang apa yang akan diselidiki. Hal ini disampaikan Fachrul Rasyid HF, selaku pemateri dengan tema Investigative Reporting di depan 26 peserta, Jumat (18/3) pagi lalu di kantor Harian Umum Haluan Kompleks Lanud di Tabing, Kota Padang. “Oleh karena itu, lobi dan jaringan yang luas dan kuat adalah 60% dari modal sukses seorang wartawan investigasi,” ujarnya. Dalam malakukan reportase investigasi, pemilihan angle atau sudut pandang sangat menentukan. Angle ini harus ditetapkan sejak awal

Ragam Jurnalistik Bantu Kembangkan Bahasa Indonesia

Dalam dunia kewartawanan, penggunaan bahasa Indonesia yang sesuai dengan ragam jurnalistik harus diperhatikan dengan baik. Tidak sedikit surat kabar-surat kabar di Kota Padang, Sumatera Barat, menggunakan bahasa Indonesia dengan ragam jurnalistik masih melenceng dari kaidah yang telah ditentukan. Dampaknya tidak hanya kepada pemberitaan yang sulit dipahami pembaca tetapi juga akan melahirkan kesan kurang profesional bagi surat kabar tersebut. Hal ini disampaikan guru besar dari Universitas Negeri Padang Prof. Dr. Ermanto, S.Pd, M.Hum, di depan 30 peserta Pelatihan Jurnalistik Haluan Media Group Angkatan 1 tahun 2011, Rabu (23/2) lalu di kantor Harian Umum Haluan Kompleks Lanud, Tabing, Kota Padang. Menurut Ermanto, ragam jurnalistik memiliki dua peranan bagi pengembangan bahasa Indonesia ke depannya. Ragam jurnalistik bisa berdampak positif serta bisa berdampak negatif bagi bahasa Indonesia. Sebagai sarana dalam penyampaian berita pada surat kabar-su

Paham Berita dan Kode Etik Jurnalistik

Seorang wartawan dituntut paham dengan konsep berita serta mampu menuliskannya dengan baik kepada pembaca. Selain itu, sebagai pengemban profesi jurnalis ia harus bekerja secara profesional dan menjunjung tinggi etika profesi sebagai landasan ia berpijak. Hal ini menjadi topik utama pembicaraan pada pelatihan jurnalistik di Harian Umum Haluan, Senin (7/3) lalu. Nilai berita berkaitan dengan rasa ingin tahu khalayak atau seseorang terhadap suatu peristiwa, informasi, atau apapun yang berkaitan dengan diri, kehidupan, lingkungan, pekerjaan, sejarah masa lalu, hobi atau kegemarannya. Hal ini disampaikan H. Hasril Chaniago, Konsultan Pengembangan Media di depan sekitar 30 peserta Pelatihan Jurnalistik Haluan Media Group Angkatan 1 tahun 2011, Senin (7/3) lalu di kantor Harian Umum Haluan Kompleks Lanud, Tabing, Kota Padang. Ia menambahkan nilai berita terdiri atas beberapa hal, seperti kebaruan, daya kejut, pengaruh atau cakupan, kedekatan, keanehan, ketokohan, kemanusiaan serta nilai bi

Memoar Pengrajin Sepatu

Di tengah semakin maraknya industri rumahan yang memproduksi sepatu dengan memanfaatkan berbagai kemajuan teknologi, Jasrizal, 52 th, tetap memberdayagunakan peralatan dan kemampuan seadanya. Di kiosnya yang berukuran sekitar 3m x 3m di Jalan Prof. Dr. Hamka No 75, Air Tawar Barat, Kecamatan Padang Utara, Kota Padang, pria asal Padang Pariaman ini mengerjakan semua tahap pembuatan sepatu secara manual dengan perlengkapan seadanya. Di sekitar ia duduk, berserakan perlengkapan pembuatan sepatu, seperti gunting, obeng, lem sepatu, benang, paku-paku kecil, serta peralatan lainnya. Tak jauh darinya, berdiri mesin jahit Singer yang telah berumur puluhan tahun. Sejak 25 tahun lalu, Jas, begitu akrabnya, sudah menghuni kios itu. Warga Siteba ini menyewa kios tersebut sebesar Rp 3,5 juta setiap tahun. Kios itu merupakan ‘sawah dan ladang’ Jas serta keluarga. Dengan kios dan usaha pembuatan sepatunya, Jas telah menamatkan sekolah lima dari tujuh anaknya. Kebanyakan anak-anak Jas lulus dari Se

Antara Pelanggan dan Harga

Dugaan virus flu burung (H5N1) yang tersebar di beberapa tempat di Kota Padang baru-baru ini, dirasakan sudah mulai berimbas ke sejumlah pedagang sate ayam di kawasan Air Tawar, Kecamatan Padang Utara, Kota Padang. Bukan karena pelanggan yang mengonsumsi sate ayam berkurang, tetapi ketersediaan daging ayam ataupun ayam semakin berkurang di pasaran. Hal ini menyebabkan melonjaknya harga daging ayam dari biasanya. Ajo, 56 th, pedagang sate ayam yang selalu mangkal di depan Hotel Basko, jalan Prof. Dr. Hamka, mengeluhkan harga daging ayam yang semakin mahal. Pedagang sate yang satu ini identik dengan sate cekernya. Kaki-kaki ayam itu diramu dan dijadikannya sebagai santapan dengan harga murah meriah. Namun, sejak merebaknya flu burung di Kota Padang, harga ceker pun melonjak. “Biasanya saya membeli 100 ceker hanya Rp 20 ribu, sekarang jadi Rp 30 ribu,” keluh Ajo, Kamis (10/3) malam kemarin. Sedangkan ia tak bisa menaikkan harga sate ceker per tusuknya, pelanggannya bisa beralih ke pedag

Haluan Siapkan Jurnalis Muda

Guna memenuhi kebutuhan wartawan di Haluan Media Group (HMG), CEO HMG H. Basrizal Koto membuka Program Pelatihan Jurnalistik HMG Angkatan 1 tahun 2011. Program ini mempersiapkan calon-calon wartawan agar benar-benar siap bergabung dan bekerja sama dengan berbagai unit kegiatan dan usaha di HMG kelaknya. Hal ini disampaikan Syamsurrizal, selaku ketua pelaksana acara grand launching HMG, Senin (14/2) siang lalu di Lt.6 Best Western Premiere Basko Hotel, Padang. Mengusung tema ‘Menciptakan Jurnalis yang Berkualitas dan Profesional’ acara ini menghadirkan Tarman Azam selaku Ketua Dewan Kehormatan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), Indrawadi Tamin pakar komunikasi, Taufik Ismail sastrawan, serta CEO HMG H. Basrizal Koto. Selain itu, acara ini juga diikuti oleh pihak-pihak dari Basko Group baik yang tersebar di Riau, Kepulauan Riau, maupun di Padang sendiri. Dalam sambutannya, Tarman Azam menekankan kerja profesionalisme dalam dunia media menjadi utama dan tak bisa ditawar-tawar. Profesio

Deretan Barak di Politeknik Negeri Padang

Kafetaria menjadi tujuan pertama pelepas penat setelah disibukkan dengan berbagai kegiatan perkuliahan. Kafetaria tidak hanya sebagai tempat memesan dan mengisi perut dengan berbagai jajanan. Tetapi, juga sebagai berkumpul, bersenda gurau, berdiskusi, ataupun sebagai tempat pacaran. Begitu juga dengan kafetaria-kafetaria di Politeknik Negeri Padang (PNP). Mahasiswa di sini menyebutnya dengan barak. Sejak pukul 07.00 WIB, kafetaria-kafetaria ini telah menjajakan berbagai makanan serta minuman yang diminati mahasiswa. Harganya pun tentu disesuaikan dengan kantung mahasiswa. Walaupun sederhana dan bahkan seadanya, tetap saja kafetaria-kafetaria ini diramaikan oleh mahasiswa menjelang sore. Rosna (52), warga Kelurahan Koto Tuo, kompleks Universitas Andalas, setelah azan subuh berkumandang segera mendatangi baraknya. Ditemani oleh suami atau anak gadisnya, Rosna pun memulai beraktivitas, seperti memasak nasi, membuat gulai atau sambal, menyiapkan bahan-bahan lotek, memasak lontong sayur,

Dari Pasal ‘Karet’ hingga KPU

Kriminalisasi atau terpidananya seorang wartawan semata-mata dikarenakan ketidakprofesionalan mereka bekerja dalam memberitakan suatu perkara dan sebagainya. Kejahatan penghinaan ini disebutkan pada pasal 310, 311, dan 315 dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP). “Tidak hanya wartawan, penerbit dan percetakannya pun bisa dijerat,” jelas Rusdi Zen, SH, pengacara serta Ketua DPD KAI Sumatera Barat, Jumat (25/2) lalu, di kantor Harian Umum Haluan Kompleks Lanud, Tabing, Kota Padang. Rusdi menambahkan, kejahatan atau delik yang dilakukan melalui media massa merupakan delik umum. Sebagai delik umum, pasal-pasal yang digunakan pun bebas untuk menjerat si pelaku. “ Jadi para wartawan ini dijerat tidak selalu dengan UU Pers No 40 itu,” ungkapnya. Agar wartawan ataupun profesi lainnya tak terpidanakan, kepatuhan terhadap kode etik atau profesi sangat diutamakan. Pemberian materi dalam Pelatihan Jurnalistik Haluan Media Group Angkatan 1 tahun 2011 ini tidak hanya tentang delik pers tetap

Seniman Jalanan Saluang dan Suliang “Daripada Meminta-minta Lebih Baik Menghibur Orang”

Alunan saluang menyayat dari kejauhan. Suaranya berkejaran dengan deru sepeda motor dan mobil yang lewat. Seakan tak mau tahu, Rizal dengan khusyuk memainkan saluang dan suliangnya bergantian. Berharap kepada siapa saja yang datang dan berkenan memberinya uang barang seribu atau berapa pun. Selembar ribuan pun dimasukkan oleh seorang pemuda ke dalam kardus bekas di depan Jasril. “Mokasih (terima kasih_red),” katanya sambil memamerkan senyum terindah yang ia miliki. Hembusan angin sore ikut serta mengabarkan alunan saluang dan suliang itu kepada siapa saja yang berlalu lalang di sekitar lapangan sepak bola Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Padang sore itu, Rabu (15/3) lalu. Sesekali beberapa mahasiswa yang sedang jogging ataupun bermain bola kaki melempar pandang ke arah Rizal. Ada juga dari kejauhan beberapa mahasiswa memperhatikan laki-laki berusia 35 tahun itu memainkan alat-alat musik yang dibawanya. Rizal telah 19 tahun menghabiskan hidupnya dengan saluang. Sejak b

Ilmu Lain di Luar Bangku Sekolah

Judul : Sekolah Sambil Berpetualang Penulis : Rahul Alvares Penerjemah : A. Rachmatullah Penerbit : ONCOR Semesta Ilmu Tebal : viii + 156 halaman Cetakan : Pertama, 2010 Harga : Rp 35.000,- Tak mudah mengambil keputusan setelah tamat Sekolah Menengah Atas berpetualang ke daerah-daerah lain yang belum diketahui. Apalagi jika hal ini dilakukan oleh seorang bocah belasan yang tindak tanduknya masih harus dipantau oleh kedua orang tua. Tapi siapa sangka bocah dari salah satu daerah di India, dalam usia 16 tahun memutuskan berpetualang ke daerah-daerah yang belum pernah dilaluinya selama dua belas bulan kemudian. Bagi si bocah, memperoleh pengetahuan tidak hanya di bangku sekolah. Ia bisa mendapatkan ilmu lebih banyak dan rinci dengan langsung turun ke tempat-tempat dimana ia bisa belajar. Untuk memenuhi keinginan dan hasrat itu ia tak segan-segan dan tak takut untuk hidup menumpang dan makan seadanya kepada orang yang baru ia kenal. Menjadi pesuruh di sebuha toko aquarium, men

Sampah Visual

Keberadaan sinema elektronik atau sinetron semakin banyak mendapat sorotan di masyarakat. Kisah ceritanya ditampilkan dengan puluhan atau bahkan ratusan episode hanya untuk mengisahkan seorang gadis malang yang tiba-tiba dicintai banyak pihak, terutama kaum lelaki. Semua itu dikisahkan berputar-putar, klasik, tak masuk akal, bahkan terkesan lebay. Ada-ada saja yang diarahkan oleh sang sutradara untuk membuat cerita menguras emosi penonton, tapi lebih banyak sumbang. Pihak yang berkepentingan atau tidak, mengecam keberadaan sinetron yang dinilai merusak moral anak bangsa. Unsur edukasi diabaikan hanya karena demi memperoleh rating tertinggi. Unsur hiburan pun terabaikan. Karena sinetron tak lagi menghibur penonton dengan kisah-kisahnya yang dibuat-buat rumit dan melelahkan. Sinetron, film-film picisan produk dalam negeri, pun menuai berbagai kritik. Isinya bermacam-macam, ada yang ingin mengatur jam tayang sinetron, tak lagi prime time, ada yang mencemooh dan mengolok-olok dengan berbag