Skip to main content

Demam Korea

Merebaknya kegemaran anak muda atau remaja Indonesia akan artis-artis kawakan dari Negara-Negara Matahari Terbit seperti Cina, Jepang, ataupun Korea, memberikan keasyikan tersendiri untuk disimak. Berawal dari kegandrungan mengikuti serial filmnya baik di televisi maupun membeli VCDnya, hingga meniru gaya sang idola.
Tak sampai di situ, untuk mengikuti sepak terjang sang aktor dan aktris dalam kehidupan sehari-hari, tak sedikit remaja bela-belain membeli majalah yang memuat idola mereka atau bahkan mengaksesnya di dunia maya, salah satunya mem-follow sang idola pada jejaring sosial seperti twitter ataupun facebook.
Dari sekian banyak aktor dan aktris tersebut, aktor yang berasal dari Korea lebih mendapat tempat. Genre musik dan style tersendiri dari personilnya kelihatan lebih menarik dari yang lain. Mulai dari penampilan aksi panggung sang idola, keterlibatan idola dalam sebuah talk show versi Korea, dan berbagai iven lainnya yang mengikutsertakan sang idola. Walaupun subtansinya hanya sekedar lucu-lucuan. Sang idola dan pemandunya kebanyakan hanya mengadakan acara semacam games yang membuat penonton tertawa.
Demam Korea pun merebak ke Sumatra Barat. Tidak sedikit remaja di Kota Padang menggandrungi band-band asal Korea serta performancenya di atas panggung. Selain mengoleksi lagu-lagu dan videonya, jangan heran ada juga yang mengoleksi foto-foto sang idola. Tidak sediki pula yang mencoba mempraktikkan pola tari serta lagu dari sang idola.
Lalu apa yang didapat dari deman Korea ini untuk para remaja? Menguntungkankah atau sebaliknya. Berkaca kepada apa yang telah terjadi, yang didapat dari deman Korea, pertama memuaskan keinginan menonton, melihat, dan mengamati sang idola dengan segala aktingnya. Memang jika memandang dalam segi ketampanan dan kecantikan, terlepas apakah mereka sudah menjalani operasi plastik atau tidak, orang-orang Korea ataupun sejenisnya jauh lebih menarik dari negara lainnya. Wajah orientalis mereka memang menggemaskan, bahasa remajanya ‘cute’, ‘imut’ dan sepadannya.
Film-film, lagu, dan sebagainya yang berasal dari sang idola, jika ditonton kadang melahirkan sebuah kecanduan tersendiri untuk ingin selalu disimak hingga tamat. Remaja atau penonton secara tak langsung patuh mengikuti setiap seri dari serial film sang idola. Dampaknya, jika tak hati-hati dan cermat, kegiatan ini tentu hanya membuang-buang waktu remaja. Hal ini dikarenakan tidak banyak yang ditampilkan oleh sang idola yang mengandung nilai-nilai edukasi, seperti kearifan budaya Korea, sistem sosial di sana, ataupun lainnya.
Dengan demikian, tak salah jika seorang remaja demam Korea. Namun jika sampai melalaikan belajar, kegiatan bersama dengan teman-teman atau bahkan orang tua, akan menjadi sebuah trouble yang perlu segera dicarikan way outnya. Selain itu, demam Korea di tanah air ataupun di Ranah Minang, juga memberikan tantangan tersendiri bagaimana trik jitu agar band-band tanah air atau sejenisnya juga mampu merebut hati remaja untuk lebih ‘cinta’ dan tertarik pada mereka. Bagaimanapun juga mencintai ‘produk’ tanah air jauh lebih penting, bermakna, dan sangat nasionalis daripada berpaling ke ‘produk’ negara lain.

Comments

Popular posts from this blog

Pusparatri, Perempuan Penolak Surga*

Judul : Pusparatri Gairah Tarian Perempuan Kembang Penulis : Nurul Ibad, Ms Penerbit : Pustaka Sastra dan Omah Ilmu Publishing Tebal : x + 220 halaman Cetakan : Pertama, 2011 Genre : Novel Harga : Rp 40.000,- Resensiator : Adek Risma Dedees, Mahasiswa Sastra Indonesia UNP Untuk kesekian kalinya Nurul Ibas, Ms meluncurkan novel bertajuk senada dengan novel-novel sebelumnya, seperti novel Nareswari Karennina yang tergabung di dalam trilogi Kharisma Cinta Nyai, yakni perjuangan seorang perempuan yang ingin keluar dari lembah kemaksiatan dengan lakon lain, Gus Rukh, sebagai juru selamat. Begitu juga dengan novel Puparatri: Gairah Tarian Perempuan Kembang yang baru diluncurkan pertengahan tahun 2011 ini. Di dalam sambutannya, penulis, Nurul Ibad, Ms menyampaikan kepada pembaca, bahwa novel ini mengangkat tema perjuangan perempuan awam untuk memperoleh kehidupan yang layak dan bermartabat, sekalipun mereka harus menjadi perempuan penghibur, bukan istri pertama, ata

Review Encoding/Decoding by Stuart Hall

Stuart Hall mengkritik model komunikasi linear (transmission approach) –pengirim, pesan, penerima- yang dianggap tidak memiliki konsepsi yang jelas tentang ‘momen-momen berbeda sebagai struktur relasi yang kompleks’ serta terlalu fokus pada level perubahan pesan. Padahal dalam proses pengiriman pesan ada banyak kode –pembahasaan- baik yang diproduksi (encode) maupun proses produksi kode kembali (decode) sebagai suatu proses yang saling berhubungan dan itu rumit. Proses komunikasi pada dasarnya juga berkaitan dengan struktur yang dihasilkan dan dimungkinkan melalui artikulasi momen yang berkaitan namun berbeda satu sama lainnya –produksi, sirkulasi, distribusi/konsumsi, reproduksi (produksi-distribusi-reproduksi). Landasan Hall atas pendekatan ini adalah kerangka produksi komoditas yang ditawarkan Marx dalam Grundrisse dan Capital, terminologi Peirce tentang tanda (semiotic), serta konsep Barthes tentang denotatif dan konotatif yang bermuara pada ideologi (denotative-connotative-id

Bisnis Laundry di Tengah Mahasiswa

Menjamurnya usaha jasa cuci pakaian kiloan atau laundry di sekitar kampus mendatangkan keuntungan yang tidak sedikit serta mampu menyerap tenaga kerja di daerah sekitar. Usaha ini pun semakin diminati oleh berbagai kalangan. Kebanyakan para pemilik hanya mengandalkan modal usaha pribadi. Arif Sepri Novan, pemilik Mega Wash Laundry , mengungkapkan mahasiswa merupakan pangsa pasar terbesarnya saat ini. Mahasiswa memiliki banyak kegiatan dan tugas kuliah yang menyita waktu serta tenaga. Untuk itu peluang membuka usaha laundry di sekitar kampus baginya sangat menjanjikan. “Pasarnya cukup luas dan jelas,” ungkap Arif, Selasa (22/3) siang lalu. Arif pun merintis usaha laundry sejak September 2010 lalu di kawasan kampus Universitas Negeri Padang (UNP), di Jalan Gajah VII No.15, Air Tawar, Kecamatan Padang Utara, Kota Padang. Ia mempekerjakan dua karyawan untuk mencuci, mengeringkan, menyetrika, serta mengepak pakaian-pakaian tersebut. Setiap hari Mega Wash Laundry menerima hingg